Tanaman Tumbuh Subur Lewat Sisa Makanan

Pamali rasanya membuang sisa makanan. Bagaimana jika Anda mencoba membaginya pada tanaman di rumah? Sisa makanan merupakan kompos sampah yang dapat memberikan nutrisi pada tanaman.

Mungkin Anda bingung membuatnya, bagaimana cara dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompos yang baik. Tetapi kini Anda tak usah khawatir, karena ada beberapa item sisa makanan yang memang dapat memabantu penyuburan tanpa harus diolah.

Ampas kopi

Kopi memiliki kandungan nitrogen yang baik, kandungan ini sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Tetapi jika Anda menggunakannya teralu banyak, tanaman Anda akan mati. Caranya yaitu dengan cara menaburkan bubuk kopi pada tanah dalam pot. Kulit biji kopi segar pun juga dapat Anda manfaatkan sebagai pupuk alami.

Kulit pisang

Kulit pisang tidak hanya memberikan nutrisi pada tanaman, tetapi juga dapat mengusir hama. Caranya yaitu dengan cara memotong kulit pisang dengan ukuran kecil-kecil. Kulit ini dapat disimpan kapan pun sehingga Anda dapat menggunakannya kapan saja. Letakan kullit pisang dalam pot yang berisi tanah di sebelah tanaman Anda, hal ini akan membantu tanaman Anda terhindar dari hama.

Kulit telur

Kulit telur kaya akan kalsium yang baik untuk tanaman. Caranya yaitu dengan cara, cuci kulit telur lalu dikeringkan dan dipotong kecil-kecil, selanjutnya tabur kulit telur di atas tanah tanaman Anda.

Rempah-rempah

Beberapa rempah-rempah yang sering digunakan untuk mengusir hama yaitu kayu manis dan cabai bubuk. Tetapi Anda harus rajin menaburnya, karena bentuknya yang kering membuat bumbu ini mudah tertiup angin. Daun thyme atau rosemary juga dapat berpatisipasi, yaitu dengan cara mencampurnya dengan air atau minyak. Campuran ini akan menjadi insektisida yang baik, semprotkan secara rutin pada tanaman.

Bonggol dan sekam jagung

Sisa makanan ini cocok digunakan untuk tanaman yang membutuhkan banyak air. Bonggol jagung dapat mempertahankan kelembapan pada tanaman, selain itu cacing juga gemar terhadap bonggol jagung. Ini akan membuat tanaman Anda menjadi subur. Sedangkan sekam jagung berfungsi untuk memberikan nutrisi pada tanah.

Sumber: Vivanews

Daftar Pemenang Hadiah Nobel di Bidang Ekonomi

Berikut daftar para pemenang penghargaan Nobel Ekonomi yang sudah dibuat oleh Bank Sentral Swedia pada tahun 1968 dan pertama kali diberikan pada tahun 1969 itu:

2011: Thomas Sargent dan Christopher Sims (AS)
2010: Peter Diamond dan Dale Mortensen (US) and Christopher Pissarides (Siprus-Inggris)
2009: Elinor Ostrom dan Oliver Williamson (AS)
2008: Paul Krugman (AS)
2007: Leonid Hurwicz, Eric Maskin, dan Roger Myerson (AS)
2006: Edmund S. Phelps (AS)
2005: Thomas C. Schelling (US), Robert J. Aumann (AS-Israel)
2004: Finn Kydland (Norway), Edward Prescott (AS)
2003: Robert F. Engle (US), Clive W.J. Granger (Inggris)
2002: Daniel Kahneman (Israel-US) dan Vernon L. Smith (AS)
2001: George Akerlof (US), A. Michael Spence (US), Joseph Stiglitz (AS)
2000: James Heckman (US), Daniel McFadden (AS)
1999: Robert Mundell (Kanada)
1998: Amartya Sen (India)
1997: Robert Merton (US), Myron Scholes (AS)
1996: James Mirrlees (Britain), William Vickrey (AS)
1995: Robert Lucas Jr (AS)
1994: John Harsanyi (AS), John Nash (AS), Reinhard Selten (Jerman)
1993: Robert Fogel (AS), Douglass North (AS)
1992: Gary Becker (AS)
1991: Ronald Coase (Inggris)
1990: Harry Markowitz (AS), Merton Miller (AS), William Sharpe (AS)
1989: Trygve Haavelmo (Norwegia)
1988: Maurice Allais (Prancis)
1987: Robert Solow (AS)
1986: James Buchanan (AS)
1985: Franco Modigliani (AS)
1984: Richard Stone (Inggris)
1983: Gerard Debreu (AS)
1982: George Stigler (AS)
1981: James Tobin (AS)
1980: Lawrence Klein (AS)
1979: Theodore Schultz (AS), Arthur Lewis (Inggris)
1978: Herbert Simon (AS)
1977: Bertil Ohlin (Swedia), James Meade (Inggris)
1976: Milton Friedman (AS)
1975: Leonid Kantorovich (Uni Soviet), Tjalling Koopmans (AS)
1974: Gunnar Myrdal (Swedia), Friedrich von Hayek (Inggris)
1973: Vassily Leontief (AS)
1972: John Hicks (Inggris), Kenneth Arrow (AS)
1971: Simon Kuznets (AS)
1970: Paul Samuelson (AS)
1969: Ragnar Frisch (Norwegia), Jan Tinbergen (Belanda)

Lokasi SPBU Pemasangan RFID

Untuk melakukan Sistem Monitoring Pengendalian (SMP) pemakaian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, maka PT Pertamina (Persero) membuat suatu sistem pengendalian yang berbasis Teknologi Informasi dengan menggunakan RFID atau kepanjangan dari Radio Frequency Indentification. RFID ini akan dipasang pada setiap kendaraan roda dua dan roda empat dan digunakan sebagai alat pengendalian pembelian BBM bersubsidi. Pemasangan RFID sudah dilakukan secara bertahap sejak 1 Juli 2013.
Berikut ini daftar lokasi Posko Registrasi SMPBBM. 

Area Jakarta Pusat 

1. SPBU 34-10201 Jl. Penjernihan 
2. SPBU 34-10202 Jl. Abdul Muis No. 68 Kel. Petojo Selatan 
3. SPBU 34-10205 Jl. Cideng Timur 
4. SPBU 31-10303 Jl. Cikini Raya Kel. Cikini Kec. Menteng 
5. SPBU 34-10401 Jl. Kramat Raya No. 116 
6. SPBU 34-10505 Jl. Letjen Suprapto 
7. SPBU 34-10506 Jl. Letjen Suprapto Kel. Galur 

Area Jakarta Selatan 

1. SPBU 34-12701 Jl. Warung Jati Barat RT. 07/03 
2. SPBU 31-12802 Jl. MT Haryono Kav. 18 
3. SPBU 34-12805 Jl. Casablanca Menteng Dalam 
4. SPBU 31-12902 Jl. HR. Rasuna Said Kav. X2/2 
5. SPBU 31-12702 Jl. Kapten Tendean No. 38 
6. SPBU 34-12702 Jl. Kapten Tendean No. 34, Mampang Prapatan 
7. SPBU 34-12705 Jl. MT. Haryono, Cikoko 
8. SPBU 34-12503 Jl. Raya Pasar Minggu No. 100 RT. 001/06 Pejaten 
9. SPBU 34-12703 Jl. Raya Pasar Minggu 14, Pancoran 
10. SPBU 34-12115 Jl. Radio Dalam No. 123 
11. SPBU 34-12902 Jl. Gatot Subroto Kav. 31 
12. SPBU 34-12203 Jl. Kemandoran VII, Kebayoran Lama 
13. SPBU 34-12507 Jl. Raya Cilandak KKO 
14. SPBU 34-12510 Jl. TB. Simatupang 

Area Jakarta Barat 

1. SPBU 34-11103 Jl. Raya KS. Tubun No. 20 
2. SPBU 34-11104 Jl. Hayam Wuruk No. 74-75 Kel. Taman Sari Kec. Mapar 
3. SPBU 34-11403 Jl. Kemanggisan Utama Raya No. 6-8 RT. 11 RW. 06 Palmerah 
4. SPBU 34-11407 Jl. Kemanggisan Utama Raya No. F 6-7 Palmerah 
5. SPBU 34-11511 Jl. Kemanggisan No. 13 Batusari 
6. SPBU 34-11702 Jl. Duri Kosambi 
7. SPBU 34-11703 Jl. Kamal Raya 
8. SPBU 34-11707 Jl. Kamal Raya 
9. SPBU 34-11708 Cengkareng 
10. SPBU 34-11710 Jl. Outor Ring Roud, Cengkareng 
11. SPBU 34-11713 Jl. Raya Daan Mogot KM.10, Pesing 

Area Jakarta Timur 

1. SPBU 31-13101 Jl. Pramuka Raya 
2. SPBU 34-13306 Jl. Jatinegara Timur No. 54 
3. SPBU 34-13407 Jl. Raden Inten 2 No. 49 Duren Sawit 
4. SPBU 34-13409 Jl. Raden Inten 
5. SPBU 34-13410 Jl. Raden Inten II 
6. SPBU 34-13412 Jl. Basuki Rahman No. 9 
7. SPBU 34-13414 Jl. Basuki Rahman No. 64 
8. SPBU 34-13415 Jl. Pol Sukamto No. 21A9 
9. SPBU 34-13417 Jl. DI Panjaitan 
10. SPBU 34-13419 Jl. Raden Inten, Kec. Duren Sawit 
11. SPBU 34-13420 Jl. Raya Kalimalang, Cipinangbali 
12. SPBU 34-13421 Jl. I Gusti Ngurah Rai, Pondok Kopi 
13. SPBU 34-13503 Jl. Raya Taman Mini Pintu 1 
14. SPBU 34-13506 Jl. Pusdik Depnaker No. 80 Pinang Ranti 
15. SPBU 34-13804 Jl. Supriyadi No. 100 Kel. Susukan, Kec. Ciracas 
16. SPBU 34-13806 Jl. Supriyadi No. 27 Ciracas 
17. SPBU 34-13907 Jl. Centra Primer 
18. SPBU 34-13908 Jl. Hamengkubuwono IX 
19. SPBU 34-13910 Jl. Hamengkubuwono IX Kav 24 Cakung 
20. SPBU 34-13208 Jl. Rawamangun Muka Raya No. 1 
21. SPBU 34-13210 Jl. Pemuda No. 9A 
22. SPBU 34-13201 Jl. Cipinang Lontar 
23. SPBU 34-13205 Jl. P. Kemerdekaan 
24. SPBU 34-13206 Jl. Raya Pemuda Rawamangun 
25. SPBU 34-13903 Jl. Raya Penggilingan 
26. SPBU 34-13602 Jl. Sutoyo 
27. SPBU 34-13604 Jl. Dewi Sartika 
28. SPBU 34-13801 Jl. Pintu 2 TMII 
29. SPBU 34-13802 Jl. Raya Pondok Gede 
30. SPBU 34-13505 Jl. Raya Bogor KM… Jakarta Timur 
31. SPBU 34-13802 Jl. Raya Pondok Gede, Jakarta Timur 

Area Jakarta Utara 

1. SPBU 34-14103 Jl. Semper, Plumpang Jakarta Utara 
2. SPBU 34-14107 Jl. Raya Cakung Cilincing (KBN) No 17 Jakarta Utara 
3. SPBU 34-14201 Jl. Boulevard Barat Raya, Kelapa Gading Jakarta Utara 
4. SPBU 34-14204 Jl. Raya Yos Sudarso, Jakarta Utara 
5. SPBU 34-14205 Jl. Boelevard Timur KP GADING Jakarta Utara 
6. SPBU 34-14207 Jl. Plumpang Semper Jakarta Utara 
7. SPBU 34-14209 Jl. Logistic No 85 Pegangsaan Jakarta Utara 
8. SPBU 34-14210 Jl. Sentra Bisnis Artha Gading Blok D Kav 2 Jakarta Utara 
9. SPBU 34-14301 Jl. Sunter Paradise Jakarta Utara 
10. SPBU 34-14304 Jl. Tongkol No 7 Kel Tanjung Priok Jakarta Utara 
11. SPBU 34-14307 Jl. Danau Sunter Selatan Blok 05 No 10 Jakarta Utara 
12. SPBU 34-14308 Jl. Enggano Jakarta Utara 
13. SPBU 34-14310 Jl. Gaya Motor III Sunter Tg.Priok, Jakarta Utara 
14. SPBU 34-14403 Jl. Pluit Raya Selatan No 10 Kel. Pluit, Kec Penjaringan, Jakarta Utara 
15. SPBU 34-14405 Jl. Kampung Bandan, Jakarta Utara 
16. SPBU 34-14413 Jl Benyamin Sueb, Ex Bandara Kemayoran, Jakarta Utara

Teleskop Hubble

Teleskop Hubble dan Sejarahnya
Teleskop Hubble dan Sejarahnya - Tata Surya hanyalah potongan kecil. Mungkin, boleh dibilang, Matahari beserta planet-planet mengorbitinya hanya secuil dari satu kue tart besar. Jadi, tentu saja kita tidak sendirian. Bukan tak mungkin ada kehidupan lain selain kehidupan di Bumi.

Galaksi Bima Sakti pun tidak sendirian. Masih ada ribuan galaksi lain yang ada di alam semesta. Tapi, tidak pernah ada yang tahu hal itu sebelum ilmuwan menciptakan sebuah perangkat mutakhir, sebuah teleskop yang mampu mengintip isi alam semesta di sekeliling Bumi. Perangkat itu bernama Hubble.
Teleskop Hubble dan Sejarahnya
Hubble adalah sebuah teleskop luar angkasa yang berada di orbit Bumi. Namanya diambil dari nama seorang ilmuwan terkenal Amerika, Edwin Hubble, yang tidak lain adalah penemu hukum Hubble, yang berlaku di dalam astronomi. Asal Anda tahu, sebagian besar benda-benda angkasa yang berhasil diidentifikasi sampai hari ini adalah berkat jasa teleskop Hubble.

Diluncurkan 1990

Cikal-bakal teleskop Hubble dimulai pada tahun 1923. Melansir Wikipedia, sejumlah badan antariksa di Bumi, termasuk NASA, European Space Agency (ESA), dan Space Telescope Science Institute, merekomendasikan untuk membangun sebuah teleskop angkasa raksasa. Mengingat harganya yang mahal, yakni senilai 1,5 miliar dollar AS, dana kolektif yang terkumpul pun memakan waktu hampir lima dekade lamanya.

Sekitar era 1970-an, dana untuk projek tersebut mulai terlihat. Sempat akan diluncurkan pada tahun 1983, peluncuran Hubble batal karena isu teknis, kekurangan dana, dan trauma kecelakaan Challenger yang masih membekas. Akhirnya, projek peluncuran Hubble sukses dilakukan pada 24 April 1990.

Hari ini, Hubble masih melayang-layang mengorbiti Bumi setinggi 559 kilometer di atas permukaan laut. Memakai reflektor (pemantul cahaya) Ritchey-Chretien, teleskop dengan lensa utama berdiameter 2,4 meter ini mampu menyuguhkan citra objek-objek antariksa yang jaraknya jauh sekali dari Bumi.

Dengan laju 28.000 kilometer per jam, Hubble mampu mengelilingi Bumi dalam waktu 97 menit. Energi Hubble berasal dari dua panel surya yang dapat menyediakan daya 2.800 watt. Daya ini yang dibutuhkan teleskop berbobot kurang lebih satu ton, atau seukuran satu bus kota, setiap kali mengorbit.

Sekadar diketahui, jarak galaksi terjauh yang ditangkap oleh Hubble mencapai 10 miliar tahun cahaya. Jika satu tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer, sungguh sulit membayangkan jarak yang berhasil dipantau oleh teleskop Hubble. Sebagai perbandingan saja, Bulan sebagai benda langit terdekat dengan Bumi, jaraknya sekitar 385 ribu kilometer dari Bumi.


Read more: http://putracenter.blogspot.com/2013/12/teleskop-hubble-dan-sejarahnya.html#ixzz2sHnVyBHY

Aung San Suu Kyi

{mosimage} Aung San Suu Kyi (dibaca Aung Sawn Su Chee) adalah salah satu tokoh pembebasan dan anti kekerasan yang terkenal di dunia, ia telah menjadi tokoh pejuang demokrasi bagi rakyat Burma (sekarang Myanmar) sejak tahun 1988. Suu Kyi lahir pada tanggal 19 Juni 1945, anak kedua dari 3 bersaudara, adiknya meninggal karena tenggelam pada usia sangat muda sedangkan kakaknya akhirnya menetap dan menjadi warga negara Amerika di San Diego California.
Pada tanggal 19 Juli 1947 pada saat Suu Kyi berumur 2 tahun ayahnya dibunuh, Ibunya kemudian menjadi tokoh gerakan sosial yang ternama, memimpin sebuah badan perencanaan dan kebijakan sosial . Pada tahun 1960 Ibunya pergi ke India menemui Duta Besar Burma untuk India dan sejak saat itulah Suu Kyi melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi Shri Ram. Kemudian pada tahun 1964 ia melanjutkan pendidikan di Universitas Oxford dan memperoleh gelar B.A di bidang Filsafat, Politik dan Ekonomi pada tahun 1967.
Selama di Inggris, Suu Kyi tinggal bersama kedua orang tua angkatnya bangsawan Lord Gore-Booth mantan duta besar Inggris untuk Burma dan Komite Tinggi di India dan istrinya. Selama tinggal dengan orang tua angkatnya inilah Aung San Suu Kyi berkenalan dengan Michael Aris seorang mahasiswa yang mengambil jurusan Peradaban Tibet, seorang yang kelak menjadi suaminya. Pada tahun 1969 Suu Kyi kembali melanjutkan studinya ke New York dan tinggal bersama sahabat keluarga mereka yang bernama Ma Than E, seorang staff di PBB yang pada saat itu dipimpin oleh U Thant dari Burma.

Setelah menyelesaikan pendidikannya Suu Kyi bergabung di Sekretariat PBB sebagai asisten sekretaris, komite penasehat administrasi dan keuangan. Pada sore hari dan akhir pekan Suu Kyi menjadi relawan di salah satu rumah sakit, membantu pasien-pasien yang berasal dari keluarga miskin untuk mengajarkan mereka membaca dan persahabatan. Pada tanggal 1 Januari 1972 Michael Aris dan Aung San Suu Kyi menikah, kemudian Suu Kyi mendampingi suaminya pergi ke Bhutan untuk menjadi pengajar bagi keluarga Kerajaan Bhutan di pegunungan Himalaya dan memimpin Departemen Penerjemah sementara Suu Kyi bekerja sebagai peneliti pada kementerian luar negeri Kerajaan Bhutan.
Tahun 1973 mereka kembali ke London untuk melahirkan putra pertama; Alexander, kesempatan ini juga dimanfaatkan Michael Aris untuk memperdalam pendidikannya di bidang Kajian Tibet dan Himalaya di Oxford University. Putera kedua pasangan ini, Kim lahir pada tahun 1977 dan pada masa inilah Suu Kyi mulai menulis, meneliti Biografi Ayahnya dan mendampingi suaminya melakukan kajian-kajian tentang Himalaya. Dari hasil riset terhadap biografi ayahnya inilah Suu Kyi pada tahun 1984 menerbitkan sebuah buku berjudul “Aung San” di sebuah seri pemimpin Asia yang diterbitkan oleh lembaga penerbit Universitas Queensland. Untuk bacaan kaum muda, Suu Kyi menerbitkan buku “Let’s Visit Burma” juga buku mengenai Nepal dan Bhutan pada seri yang sama yang diterbitkan oleh perusahaan penerbitan Burke, London.

Pada tahun 1985 Suu Kyi mendapat kesempatan berkunjung ke Pusat Kajian Asia Tenggara di Universitas Kyoto-Jepang tempat dimana ia melakukan riset terhadap masa-masa kunjungan ayahnya di Jepang. Putera bungsunya, Kim bersamanya saat itu sedangkan Alexander bersama Michael yang sedang menghadiri program persahabatan di sebuah institut di Simla-India Utara. Sebagai penganut Buddhis, Michael dan Suu Kyi memberikan kesempatan kepada kedua putera mereka untuk ambil bagian dalam sebuah upacara tradisional Buddhis menjadi samanera sementara, pada sebuah kunjungan rutin mereka tahun 1986 ke Rangon untuk menjenguk sang nenek; Daw Khin Kyi.

Dari Jepang kemudian Suu Kyi dan Kim bergabung dengan Michael dan Alex di Simla-India pada tahun 1987, kemudian di tahun yang sama ia menerbitkan”Socio-Political Currents in Burmese Literature 1910-1940” di sebuah jurnal di Universitas Tokyo. Tahun ini pula Suu Kyi dan keluarga kembali ke London untuk menemani Ibunya menjalani operasi katarak, kemudian Suu Kyi bekerja di program paska sarjana Perguruan London untuk Kajian Oriental dan Afrika.

Awal bersejarah kembalinya Suu Kyi ke Rangon adalah karena mendapat telepon yang mengabarkan bahwa sang Ibu, Daw Khin Kyi mengalami stroke pada tanggal 31 Maret 1988, Suu Kyi merawat dan mendampingi ibundanya di rumah sakit, kemudian memindahkannya ke rumah mereka di lingkungan sebuah universitas dekat danau Inya di Rangon. Pada saat inilah terjadi pengunduran diri Jenderal Ne Win seorang diktator yang memimpin Burma sejak 1962, hari itu tepat tanggal 23 Juli 1988, para demonstran yang melakukan aksi-aksi protes terus berlanjut hingga meluas dan menjadi aksi demonstrasi massa yang sangat besar dan luas di hampir seluruh wilayah Burma pada tanggal 8 Agustus 1988, pemerintahan militer membalas aksi dengan melakukan tindakan kekerasan yang mengakibatkan terbunuhnya ribuan orang.

Karena menyadari betapa menderitanya rakyat Burma akibat kesewenang-wenangan pemerintahan militer inilah Aung San Suu Kyi memulai aksi politiknya yang pertama pada tanggal 15 Agustus yakni dengan mengirimkan surat terbuka kepada pemerintah, mempertanyakan susunan Komite Konsultatif Independen untuk Pemilu multi partai, selanjutnya tanggal 26 Agustus ia melakukan orasi di depan Shwedagon Pagoda yang dihadiri oleh ribuan orang untuk menuntut pemerintahan yang demokratis, suami dan kedua puteranya turut mendampinginya. Militer yang mulai gerah dengan manuver Suu Kyi kemudian membentuk State Law and Order Restoration Council (SLORC) tanggal 18 September, pertemuan politik yang dihadiri lebih dari empat orang dilarang, penangkapan dan interograsi tanpa pengadilan mulai terjadi terhadap para aktivis. Di tengah-tengah kondisi politik memanas inilah National League for Democracy (NLD) didirikan yakni pada tanggal 24 September, Aung San Suu Kyi terpilih sebagai Sekretaris Jenderal. Kebijakan partai adalah anti kekerasan dan pembangkangan sipil. Tiga bulan selanjutnya Suu Kyi aktif melakukan orasi-orasi ke berbagai daerah dengan melibatkan massa dalam jumlah yang sangat besar menentang larangan yang dibuat SLORC.

Pada saat meninggalnya Daw Khin Kyi; sang Ibunda, tanggal 27 Desember 1988 pada usia 76 tahun yang pemakamannya dihadiri oleh ratusan ribu orang tanggal 2 Januari 1989 itu, Aung San Suu Kyi menyatakan bahwa sebagaimana Ayah dan Ibunya yang telah mengabdikan seluruh hidupnya bagi rakyat Burma, maka ia pun bersumpah akan berjuang bagi rakyat Burma hingga kematian menjemputnya. Hingga juli kemudian ia terus melakukan kampanyenya walaupun intimidasi, penangkapan dan pembunuhan oleh tentara terus berlanjut. Menjelang pemilihan umum, tanggal 17 Februari Suu Kyi dinyatakan dilarang mengikuti pemilu. Pada tanggal 5 April terjadi sebuah tragedi di Delta Sungai Irawaddy pada saat itu dengan sangat berani Aung San Suu Kyi berjalan menuju para tentara yang ingin menangkapnya. Selanjutnya Suu Kyi dijebloskan dalam tahanan rumah, tanpa tuntutan ataupun pengadilan.

Kedua puteranya turut mendampingi, Michael dating pada hari ketiga, pada saat itu Aung San Suu Kyi melakukan mogok makan selama 3 hari meminta agar dirinya dikirim ke penjara bergabung bersama-sama mahasiswa yang ditahan disana, aksi ini berhenti setelah militer berjanji akan memperlakukan para mahasiswa dengan lebih baik. Karena merasa tidak mampu mempertahankan cengkeramannya terhadap kekuasaan, junta militer kemudian mempercepat pelaksanaan pemilu pada tahun 1990. Hasilnya adalah kemenangan NLD dengan menguasai 82% kursi di parlemen. SLORC menolak hasil pemilu ini dan tetap mempertahankan pemerintahan junta militernya.

Aung San Suu Kyi telah memenangkan banyak penghargaan internasional, 12 Oktober 1990 ia dianugerahi Penghargaan HAM Rafto, Penghargaan HAM Sakharov dari Parlemen Eropa 10 Juli1991, pemenang Penghargaan Perdamaian 1991 dari Komite Nobel Norwegia pada tanggal 14 Oktober 1991, Medali Kemerdekaan dari Kepresidenan Amerika Serikat, dan Penghargaan Jawaharlal Nehru-India. 10 Desember 1991 mendapatkan Penghargaan Nobel Perdamaian. Pada tahun yang sama buku “Freedom from Fear” diterbitkan oleh Penguin di New York, Inggris, Kanada, Australia, New Zealand, juga diterjemahkan dalam berbagai bahasa seperti Norwegia, Perancis dan Spanyol.

Setelah memperoleh Nobel, Suu Kyi mengumumkan pada tahun 1992 bahwa hadiah berupa uang sebesar US$ 1,3 juta akan digunakan untuk membangun kesehatan dan pendidikan bagi rakyat Burma. Pada tahun 1993, sekelompok penerima Nobel tidak diijinkan memasuki Burma oleh pemerintah militer, kemudian mereka mendatangi para pengungsi Burma di perbatasan Thailand dan menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi. Seruan mereka kemudian dikumandangkan kembali di Komisi HAM PBB di Jenewa. Kontak pertama Suu Kyi dengan orang luar selain keluarganya sejak ditahan adalah pada tahun 1994 yakni pada bulan februari, pemerintahan junta militer Burma mengijinkan perwakilan PBB, anggota kongres Amerika, dan reporter New York Times. Kemudian bulan September-Oktober pimpinan SLORC menemui Suu Kyi yang terus menuntut diadakannya dialog publik.

10 Juli 1995 akhirnya Aung San Suu Kyi dibebaskan setelah 6 tahun penahanan, namun pemerintah Junta Militer Burma yang senantiasa gentar oleh keberanian dan konsistensi Suu Kyi kembali menahannya pada tahun 2000-2002 tanpa alasan yang jelas, kemudian kembali ditahan dibalik jeruji bulan Mei 2003 dengan alasan keamanan dirinya, setelah peristiwa berdarah yang menewaskan lebih dari 100 orang pendukungnya karena di serang oleh kroni-kroni rejim militer dan narapidana yang sengaja dilepaskan untuk mengacaukan pertemuan Suu Kyi dengan para pendukungnya. Ia kemudian dipindahkan dari penjara kembali ke tahanan rumah pada akhir 2003 dan ditahan hingga saat ini.

Selama dalam tahanan Suu Kyi benar-benar diisolasi dari dunia luar, beberapa kesempatan untuk bebas sebenarnya di dapat Suu Kyi, misalnya saat suaminya sakit ia diberi ijin dan dibujuk pemerintah junta militer untuk menjenguk ke London namun Suu Kyi menolak karena ia tahu, sepulang dari London pemerintah tidak akan memberikan ijin masuk kembali ke Burma. Karenanya ia memilih tetap ditahanan dan meneruskan perjuangannya membebaskan rakyat Burma bahkan saat suaminya meninggal karena kanker prostat di London tanggal 27 Maret 1999 pun Suu Kyi tidak dapat menghadiri pemakamannya. Ia harus merelakan kepentingan-kepentingan dan emosi pribadinya dikorbankan demi kepentingan besar seluruh rakyat Burma. Sebelumnya Michael Aris sempat membuat petisi agar ia diijinkan menjenguk Suu Kyi untuk terakhir kalinya namun ditolak oleh penguasa Burma, terakhir kali pertemuan Suu Kyi dan keluarganya adalah pada akhir tahun 1995. Aung San Suu Kyi hingga hari ini terus berjuang dari balik tahanan dan terus menyerukan kepada dunia untuk membantu perjuangan demi pembebasan di Burma, dengan mengatakan “Please use your liberty to promote ours”

sumber : http://hikmahbudhi.or.id/?p=33
gambar : http://depesimaginarium.blogspot.com/2010/12/ra-kartini-aung-san-suu-kyi-dhanny.html