Dari paro kedua abad ke 19 hingga
jaman kini seni dan sastra dan filsafat, bahkan politik, dipengaruhi, secara
negatif maupun positif, oleh cara perasaan kita dalam merasakan sesuatu. Dalam
pengertian yang lebih umum, ini merupakan ciri khas dari apa yang disebut
gerakan romantisme.
Gerakan
romantisme, pada tahap awalnya, tidak bersangkut-paut dengan filsafat, kendati
jauh sebelumnya ia memiliki hubungan dengannya. Dengan politik, lewat Rosseau, ia sudah terkait sejak
awal. Namun sebelum kita dapat memahami pengaruh politik dan filsafatnya, kita
mesti membahasnya dalam bentuknya yang paling mendasar, yakni sebagai
perlawanan terhadap standar etika dan estetika yang telah mapan.
Sosok
terkemuka pertama dalam gerakan ini adalah Rosseau, namun dalam batas waktu
tertentu dia hanya mengangkat kecenderungan-kecenderungan yang telah ada.
Kalangan yang menjunjung tinggi tata krama diperancis abad ke 18 mengagumi apa
yang mereka sebut la sensibilite, yang
berarti mudah menangkap perasaan, dan lebih khusus lagi terhadap simpati, agar
benar-benar memuaskan, perasaan meski bersifat langsung, keras dan tidak
tersentuh oleh fikiran. Orang yang peka akan terharu dan meneteskan air mata melihat satu
keluarga petani yang sangat miskin, namun bersikap dingin terhadap rencana
matang untuk memiskinkan kaum petani sebagai sebuah kelas, kaum miskin
diseyogyakan lebih memiliki kebaikan ketimbang kaum berpunya, orang bijak diyakini adalah seorang
yang meninggalkan kebobrokan istana menuju kedamaian hidup diperdusunan yang
suasananya tidak ambisius. Sebagai perasaan yang diungkapkan, sikap ini
didapati dikalangan penyair hampir disetiap periode.
Rosseau
tertarik dengan pengkultusan kepekaan yang ada, dan memberinya lingkup yang
sebenarnya tidak ia miliki. Dia seorang demokrat, tidak hanya dalam teorinya namun juga dalam seleranya. Dalam
waktu yang lama dia menjadi gelandangan miskin, mendapat perlakuan baik dari
orang yang hanya sedikit lebih miskin darinya. Dia membayar kebaikan ini dengan
tindakan nyata, acapkali dengan ucapan terima kasih yang berlebihan. Namun dari
sisi perasaan, tanggapan itu adalah hal yang paling sering dilakukan oleh mereka
yang mengkultuskan kepekaan. Dengan selera sorang gelandangan dia
mendapati bahwa pengekangan oleh komunitas paris sangat menjengkelkan darinya
kalangan romantis mempelajari kebencian akan pembatasan ketentuan. Pertama,
dalam hal berpakaian dan bertingkah laku dalam lagu dan syair
kepahlawanan, dan kemudian dalam seni dan cinta, dan yang terakhir dalam
keseluruhan lingkup moral tradisional.
Pada jaman Rosseau,
banyak orang yang mulai bosan dengan yang namanya keamanan, dan mulai
mengidamkan kegembiraan. Revolusi perancis dan Napoleon bisa memberikan apa
yang mereka idamkan. Pada tahun 1815 dunia politik memang kembali tenang, namun
ini adalah yang sangat tidak hidup, sangat kaku, sangat bertentangan dengan
kehidupan yang bergairah, yang hanya bisa dinikmati oleh kaum konservatif yang
merasa terancam. Akibatnya, banyak ketidaksetujuan, secara diam-diam, terhadap
status quo sebagaimana pernah terjadi diperancis dibawah kekuasaan Roi Soleil
dan inggris hingga masa-masa Revolusi perancis. Pemberontakan abad ke 19
terhadap sistem Aliansi Suci memiliki dua bentuk. Disatu sisi, terdapat
pemberontakan industrialisme, kapitalis dan proletariat, melawan monarki dan
aristokrasi; ini nyaris tak tersentuh oleh romantisme, dan dalam banyak hal
menyerupai kondisi abad ke 18. Gerakan ini direpsentasikan oleh kalangan filsuf
radikal, gerakan perdagangan bebas, dan sosialisme Marxis. Yang sangat
berbeda-beda dari ini adalah pemberontakan kalangan romantik, yang sebagian
bersifat reaksioner, dan sebagian revolusioner. Dalam periode pasca revolusi
mereka secara bertahap memasuki dunia politik lewat nasionalisme. Tiap bangsa
dianggap memiliki jiwa kolektif, yang tidak bisa bebas selama ada perbedaan antara
batas-batas Negara dengan batas-batas Bangsa. Dalam paro pertama abad ke 19,
nasionalisme merupakan prinsip revolusi yang kuat, dan sebagian besar kalangan
romantis mendukungnya.
Watak kalangan
romantis banyak dibahas dalam fiksi. Mereka menyukai hal-hal aneh ; hantu,
kastil kuno yang berantakan, dan kemurungan keturunan terakhir dari bekas
keluarga ternama, praktisi hipnotis dan ilmu ghaib, dan penguasa tiran yang
telah runtuh. Fielding dan Smollet menulis tentang orang awam dalam lingkungan
yang mudah dijumpai ; juga tentang seorang realis yang bereaksi terhadap
romantis, tema-tema itu terlalu biasa ; mereka merasa hanya terilhami oleh
hal-hal yang besar, jauh, dan angker. Ilmu pengetahuan dari jenis yang agak
meragukan, bisa dimanfaatkan jika ia mengarah kesesuatu yan mengherankan; namun
pada intinya jaman pertengahan, dan apa yang kini dianggap berasal dari jaman
itu, sangat menyenangkan bagi kalangan romantis. Meraka ahkan acapkali terasing
dari realita aktual, baik masa lalu maupun kini. The ancient marinir adalah
contoh yang khas, dan karya coleridge, kublakhan nyaris bukan merupakan
gambaran historisnya monarki Marcopolo. Letak geografis romantisme cukup
menarik : xanadu hingga “pantai Chorasmian”, tempat-tempat yang mereka minati,
adalah tempat yang cukup jauh, situs purbakala, dan kawasan asia.
Gerakan romantisme
pertama kalinya muncul dijerman, kendati salah satu sumbernya adalah Rosseau.
Kaum romantik jerman adalah kaum muda dipenghujung abad ke 18, dan dimata muda
itulah mereka mengungkapkan apa yang menjadi ciri khas pandangan mereka. Mereka
yang tidak mati muda pada akhirnya membiarkan individualitas mereka dikaburkan
dalam keseragaman gereja katolik. (seorang romantik bisa menjadi katolik jika
dia terakhir sebagai protestan, namun sebaliknya yang sudah katolik tidak bisa
menjadi protestan, lantaran diperlukan perpaduan katolisme dengan pemberontakan
atau protes). Karya coleridge dan shelley banyak dipengaruhi oleh kaum romantik
jerman, terlepas dari pengaruh jerman, pandangan romantis juga menjadi lazim
diinggris dalam tahun-tahun awal abad ke 19. Diperancis, kendati dalam bentuk
bentuk yang lemah, ia berkembang pada jamannya victor Hugo hingga periode
pasca-Restorasi. Di Amerika, aliran ini hampir tampak murni dalam karya
Melville, Thoreau, dan Brook Farm, dan tampak agak lembut dalam karya Emerson
dan Hawthorne. Kendati romantisme condong kepada katolisme, terdapat unsur
protestanisme yang suka hilang dalam individualitas pandangan
mereka. Adapun keerhasilan permanen mereka dalam membentuk adat-istiadat,
pendapat umum, dan lembaga hampir seluruhnya terbatas pada negara- negara Protestan.
Awal romantisme
diinggris dapat kita ketahui dari tulisan para satris. Dalam karya Sheriden Rivals (1775), pahlawati diseyogyakan untuk menyenangkan
para pendukungnya dan orang tuanya; namun pria kaya yang mereka seleksi
berhasil mendapatkan cintanya dengan cara merayunya menggunakan nama samaran
dari berpura-pura jadi miskin. Jane Austen mengkomedikan romantisme dalam
Northanger Abbey dan sense and sensibility (1779-8). Northanger Abbey
menampilkan tokoh pahlawati yang disesatkan dalam karya ultra-romantik Mrs.
Radcliffe, mysteries of udolpho, yang diterbitkan pada tahun 1794. Karya
romantik pertama yang baik diinggris - selain karya blake, yang beraliran
swedonborgian dan nyaris tidak menjadi anggota gerakan manapun – adalah ancient
marinernya coleridge yang diterbitkan tahun 1799. Ditahun berikutnya, dia
dipasok dana oleh nedgword, dia pergi kegottingen dan menjadi sangat
terpengaruh oleh Kant, yang justru tidak menjadikan tulisannya lebih baik.
Setelah
coleridge, wordsworth, dan southney menjadi reaksonis, kebencian terhadap dan
Napoleon mengerem laju sementara perkembangan romantisme inggris. Namun
kemudian dijalankan kembali oleh Byron, Shelley dan Keats, dan dalam batas
tertentu mendominasi keseluruhan jaman viktoria.
Gerakan
romantisme pada dasarnya, bertujuan membebaskan kepribadian manusia dari
belenggu kesepakatan dan moralitas sosial. Sebagian belenggu ini tidak mampu
mencegah dilaksanakannya aktivitas yang dikehendaki,
karena setiap komunitas kuno telah mengembangkan aturan berperilaku yang bersifat
tradisional. Namun hasrat egois, bila sudah diumbar, tidaklah mudah
dikembalikan untuk kepada kebutuhan masyarakat. Nasrani, dalam batas tertentu,
telah berhasil menjinakkan ego, namun faktor ekonomi, politik dan intelektual
memicu pertentangan terhadap gereja. Sementara gerakan romantisme membawa
pemberontakan itu ke arah moral. Dengan mendorong muncul ego yang tidak patuh terhadap hukum ia menjadikan kerja sama
sosial mustahil, dan menghadapkan muridnya pada pilihan anatara monarki ataukah
Despotisme, Egosime, pada awalnya, menjadikan manusia berharap adanya sikap
baik dari sesamanya, namun ketika mereka mendapati, dengan rasa marah, bahwa
orang lain juga memiliki ego sendiri, mereka mengubah hasrat akan kebaikan
menjadi kebencian dan tindak kekerasan manusia bukanlah binatang. Menyendiri,
dan selama kehidupan masyarakat terus berlangsung, penyadaran-diri bukanlah
prinsip luhur etika.
0 komentar:
Posting Komentar