Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fotografi. Tampilkan semua postingan

Persiapan kegiatan public relations dibidang Humas beserta tujuan

Sebelum melaksanakan kegiatan public relations, kita harus melakukan perencanaan yang matang dan diawali dengan analisis situasi yang konkrit. Mengutip apa yang pernah dikatakan oleh Lenin dalam buku Cristhopher Hill Teori dan Praktek Revolusioner. “analytic concrete and situation concrete”. Ada beberapa pendekatan situasi yang bisa dilakukan. Misalnya public relation ingin dilakukan dalam kelembagaan organisasi tentunya ada dua kategori yang bisa dilakukan. Apakah bersifat internal maupun eksternal.

A. Internal public relation

Kelembagaan dalam organisasi yang bersifat komunitas. Tentunya lebih pada beberapa persiapan sebelum public relation ini dilaksanakan. Ada beberapa syarat yang harus dipersiapkan :

1. Memberikan undangan maupun pemberitahuan (Bisa berbentuk formal surat ataupun media)
2. Buku Absensi atau Kehadiran
3. Menyiapkan tempat pertemuan
4. Rincian dana akomodasi pelaksanaan
5. Agenda acara
6. Penanggung jawab
7. Setting Forum

Kemudian ketika tahapan itu dilalui baru diuji dibidang kehumasan. Mengutip Lerbinger (1988) dalam public relations review yang dikutip oleh Ngurah Putra (1999) mengemukakan jenis penelitian dalam kehumasan yakni Irregular model yang menggunakan pendekatan ad hoc karena didorong adanya krisis yang sedang dihadapi oleh sebuah organisasi.1 dalam sebuah organisasi, kelembagaan maupun komunitas apapun. Sering terjadinya pasang surut progressifitas kinerja dalam kelompok tersebut. Untuk kemudian memperlancar apa yang menjadi tujuan tentunya dibutuhkan scanning terlebih dahulu. Misalnya ketika dalam suatu organisasi ingin melakukan penyelesaian persoalan dengan anggotanya. Si A bermasalah dengan B dan C sebagai penengah. Tentunya si C membutuhkan si D sebagai humasnya yang akan mengkomunikasikan si A dan B untuk hadir dalam undangan si C. ada alangkah baiknya humas mencoba mengklarifikasi persoalannya. Kemudian, si C sebagai orang penengah menyiapkan agenda kritik oto kritik keduanya. Agar kedua orang yang bermasalah tersebut terselesaikan secara kekeluargaan.

B. Eksternal public relation

Bagian eksternal dalam kelompok organisasi dalam melakukan public relation harus diwadahi beberapa persiapan. Karena ini akan berhadapan diluar komunitas tersebut :
1. Terwujudnya satu pemahaman
2. Punya kepentingan dan target yang sama
3. Ada perjanjian diatas kertas hitam dan putih
4. Peningkatan kinerja yang bisa memaksimalkan satu sama lain
5. Bukan atas landasan kepentingan manapun kecuali indenpendentsial bersama
6. Segala sesuatunya bersifat mufakat dan musyawarah melalui dua kelembagaan organisasi yang berbeda

Selanjutnya tugas dari kehumasan dibagian eksternal. Mengutip Lerbinger (1988) dalam public relations review yang dikutip oleh Ngurah Putra (1999) mengemukakan jenis penelitian dalam kehumasan yakni Social Audit umumnya merupakan survey sikap dan pendapat yang mengukur persepsi berbagai publik tentang keresponsifan sosial sebuah organisasi.2 Dalam percaturan politik kampus, tentunya sikap dalam kelompok sebuah organisasi untuk membangun kekuatan tidak cukup kekuatan internalnya saja. Tapi, juga harus melebarkan sayapnya untuk membanguan kekuatan diluar sayap organisasinya yang lain. Misalnya dalam percaturan pemilu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Masing-masing kelom[pok punya kepartaian mahasiswa untuk melakukan perebutan kekuasaan di UMY satu. Yakni, Presma (presiden mahasiswa). Percaturan kompetisi ini mereka yang berbagai komunitas punya arfiliasi maupun antusian yang besar siapa yang akan mendapatkan kursi satu tersebut. Dalam perihal ini, tentunya masing-masing oragnisasi punya pembacaan politik yang berbeda-beda dikampus. Ada yang mendukung partai si A. Serta ada yang mendukung partai si B, serta terus selanjutnya. Tentunya ini membutuhkan humas yang handal untuk membaca pihak lawan. Kira-kira dia pembacaan kemana dan berpihak ke siapa. Untuk selanjutnya diwadahi pihak eksternal yang memiliki pembacaan yang sama untuk masuk dalam bagian internal organisasinya dia. Tujuannya hanya satu mengedepankan kepentingan bersama yakni perebutan kekuasaan kursi satu presma UMY.

Dalam menentukan tujuan dalam kelompok, organisasi atau apapun. Biasanya ada dua kategori. Politis dan ideologis. Misalnya politis biasanya ini pendekatan pada perebutan kekuasaan. Salahsatunya ada kompetisi pemilihan dan skretaris dalam kelembagaan internal masing-masing organisasi. Yang saling menjatuhkan satu sama lain. Lebih dari itu target dan tujuannya sama. Ketika ada sisi pergantian organisasi yang dikendalikan menjadi lebih baik dan maju dari sebelumnya. Pendekatan ideologis lebih pada mencari keanggotaan atau pengkaderasian dalam kelompok komunitas tersebut. Dalam hal ini membutuhkan kecerdikan sang humas memikat kesadan massa. Simpulan akhir memiliki tujuan yang berintegritas yang satu, sepemahaman dan kepentingan yang sama.

Catatan Kaki :

1http://iskandar840.blogspot.com/2012/10/modul-6-proses-kerja-humas-kegiatan.html
2http://iskandar840.blogspot.com/2012/10/modul-6-proses-kerja-humas-kegiatan.html

Exposure

Exposure Triangle menjelaskan bagaimana elemen-elemen exposure (Aperture, Shutter-Speed, ISO) memberikan dampak pada foto-foto Anda.

Exposure adalah tentang seberapa terang atau gelap kah foto-foto Anda, tingkat kecerahan itu mengacu pada jumlah cahaya yang terekam oleh sensor kamera yang Anda gunakan. Sebuah foto yang memiliki exposure pas atau normal bisa dilihat dari membandingkan tingkat kecerahan foto Anda dengan obyek foto aslinya. Foto yang memiliki exposure buruk entah itu terlalu terang atau gelap atau malah dipenuhi dengan banyak area gelap atau terang yang tidak memiliki detail obyek sama sekali (sering disebut dengan blown-out).

Exposure Triangle

Exposure Triangle merupakan suatu cara yang mujarab untuk mendeskripsikan relasi antara ke Tiga aspek atau elemen dari exposure. Setiap sudut dari gambar segitiga dibawah merepresentasikan Satu dari Tiga variabel yaitu, aperture, shutter speed dan ISO. merubah hanya satu dari ketiga elemen tersebut akan membuat foto Anda akan tampak lebih gelap atau terang dan akan merubah tampilan-nya berdasarkan elemen apa yang Anda rubah. Sebagai contoh: Penggunaan Shutter Speed yang lama atau slow speed akan mengakibatkan motion-blur pada foto tetapi akan membuat foto bertambah terang (peningkatan exposure) dikarenakan jumlah cahaya lebih yang masuk ke dalam sensor. 

Kerja Exposure Triangle adalah semua "otak" kamera digunakan untuk mendapatkan exposure yang pas. Nah, sekarang jika Anda tahu dan mengerti bagaimana cara kerjanya, Anda bisa mengambil alih sendiri serta membuat keputusan pengaturan seperti apa yang Anda inginkan. Apa yang bisa Anda lakukan dan kamera tidak? Anda bisa memberikan sentuhan kreatifitas pada hasil foto Anda. Untuk memperjelas statement diatas coba lihat beberapa skenario dibawah ini:

Anda berada di sebuah acara pernikahan, dan acara tersebut di dalam ruangan yang kurang cahaya (remang-remang). Anda diharuskan untuk memegang kamera dengan solid karena tidak membawa tripod. Anda telah men-setting shutter speed pada 1/60s, itu adalah ukuran minimal agar hasil foto tidak terpengaruh akan shake kamera. Anda menginginkan aperture kecil untuk depth-of-field yang lebar agar seluruh tempat acara tampak fokus,  dan Anda memilih f8. Anda memotret dan tampaknya terlalu gelap. Dengan menggunakan Exposure Triangle Anda bisa menganalisa bahwa untuk mendapatkan cahaya lebih bisa dengan meninggikan setting ISO pada kamera Anda. Hal ini akan memberikan dampak adanya noise pada foto, tetapi Anda masih bisa mendapatkan Depth-of-Field dan ketajaman yang Anda inginkan. Jika Anda menganggap noise terlalu banyak, maka Anda bisa menggunakan aperture besar tetapi ini akan mempersempit bidang fokus pada frame Anda.

= Anda berada pada air terjun di sebuah hutan. Anda ingin memotret aliran air dengan motion-blur. Anda memasang kamera pada Tripod, dan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam kamera maka Anda menggunakan aperture kecil f/22 dan ISO paling rendah yaitu 100. Dengan melihat pada Exposure Triangle kita dapat melihat bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan cukup cahaya yang masuk ke dalam kamera adalah dengan menggunakan shutter speed yang lama. Pada kondisi tersebut penggunaan Shutter selama 1/2s, sempurna untuk mendapatkan nuansa blur pada air.

Stops

"Stop" merupakan sebuah bentuk istilah yang digunakan oleh fotografer untuk mendeskripsikan jumlah cahaya, nilai exposure. Anda bisa merubah jumlah cahaya yang terekam dengan menggunakan setiap sudut dari Exposure Triangle. ISO 100 akan merekam 1 stop lebih sedikit dibandingkan ISO 200, Shutter Speed 1/125 akan mendapatkan cahaya 1 stop lebih ban/yak dibandingkan 1/250 dan yang terakhir aperture f/5.6 akan merekam cahaya 1 stop lebih sedikit dibandingkan f4. Pada intinya Anda bisa mendapatkan foto dengan kecerahan yang sama dengan kombinasi pengaturan yang berbeda. 1/60, f/11, ISO 200 dan 1/1000, f/2.8, ISO 200 keduanya akan mendapatkan tingkat kecerahan yang sama tetapi Depth-of-Field yang berbeda.

pengaturan

Jika Anda membutuhkan 1/60, f/2.8 serta ISO 400 untuk mendapatkan foto yang diinginkan tetapi hasilnya tetap gelap, anda masih memiliki pilihan. Tepat di bagian tengah gambar segitiga Exposure Triangle. Rubah jumlah cahaya yang ada, Flash akan sangat berpengaruh pada kondisi seperti ini. Anda juga bisa mengurangi cahaya dengan menggunakan filter lensa.Cobalah untuk bereksperimen, tinggalkan mode AUTO pada kamera Anda dan coba analisa setiap foto yang Anda dapatkan.

_http://www.infotografi.com/2012/07/konsep-exposure-triangle-dalam.html

Aperture

Aperture = atau yang sering juga disebut dengan difragma atau bukaan lensa adalah berfungsi untuk mengatur seberapa besar lensa akan terbuka. Fungsi ini lebih tepatnya terletak pada lensa. Logikanya, semakin besar bukaannya, maka akan semakin banyak cahaya yang akan masuk.

Efek ketajaman dari Aperture = Seperti obat batuk yang memiliki efek sampingan, begitu juga dengan aperture. Efek sampingnya adalah semakin besar bukaan lensa, maka akan semakin kecil daerah fokusnya. Dan sebaliknya. Daerah fokus inilah yang biasa dikenal dengan DOF (Depth of Field).

Shutter Speed = Atau yang biasa disebut juga dengan speed atau kecepatan rana bertugas untuk mengatur berapa lama mirror terbuka lalu menutup kembali untuk membatasi berapa banyak cahaya yang akan masuk.

Efek dari Shutter Speed = Semakin cepat shutter speed, maka akan gambar akan semakin terlihat diam (freeze). Dan sebaliknya, apabila speed terlalu lamban gambar akan terlihat blur ini kerana gerakan yang terlalu cepat, sehingga objek terlihat bergerak sangat cepat.

ISO atau ASA = Adalah tingkat sensitifitas medium dalam menerima cahaya. Semakin tinggi nilainya, maka akan semakin tingkat sensitifitasnya. Ertinya, apabila kita merubah nilai ISO atau ASA ini menjadi lebih tinggi, sedangkan aperture dan speednya tidak diubah, maka medium akan menerima cahaya lebih banyak. Dan sebaliknya.

Efek Samping ISO atau ASA = ISO adalah tingkat sensitifitas sensor (medium), sedangkan ASA adalah tingkat sensitifitas film (medium), jadi perbezaannya hanya dimediumnya saja. Tapi logikanya sama. Kecuali efek sampingnya. Dimana apabila menggunakan film ASA tinggi, maka gambar akan terlihat grainnya (berbentuk titik kecil namun banyak). Sedangkan penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise, namun demikian kecanggihan teknologi skrg membolehkn ISO ditinggikn sehingga yg mampu dihander oleh kecanggihan kamera itu
namun perlu diingat semakin tinggi ISO maka semakin tinggi kebarangkalian Noise atau titik-titik kecil akan muncul

P/s: Mahirkan diri dgn teknik pengawalan Speeed, Aperture dan ISO maka anda akan mendapat gambar yg tak over dan tak under, ok jika tak paham jugak rajin2 join outting.

Higlight & Shadow


HIGHLIGHT

Highlight adalah cahaya yang di berikan kepada objek fotografi , dimana membentuk bagian terang. Bagian yang di maksud adalah bagian yang paling banyak mendapatkan cahaya.



SHADOW

Shadow adalah bagian dimana objek yang paling sedikit mendapatkan pencahayaan/cahaya , sehingga yang dihasilkan nanti adalah bidang gelap (bayangan). Shadow tercipta karena cahaya yang datang terhalang oleh bagian tertentu dari objek yang akan di potret.
 

Semakin keras cahaya yang menyinari objek, maka akan tercipta perbandingan highlight dan shadow yang amat kontras. Bagian terang menjadi sangat terang dan bagian gelap menjadi sangat gelap. Hal ini sangat mungkinkan terjadinya kehilangan detail dari objek yang difoto. Sedangkan apabila intensitas cahayanya semakin lembut menuju objek, maka dengan sendirinya perbandingan rasio ini menjadi turun. Namun apabila terlalu lembut, maka foto yang dihasilkan pun bisa terasa datar/flat.




Teknik Diafragma Dalam Fotografi


Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual (M)

Manual mode (dilambangkan dengan huruf M) pada kamera digital disediakan bagi mereka yang ingin berkreasi dengan eksposure dalam fotografi. Intinya, kendali akan nilai shutter dan diafragma yang digunakan, sepenuhnya ditentukan oleh sang juru potret. Tidak seperti mode lain (P/A/S) yang menjadikan light-meter kamera sebagai penentu referensi eksposure yang tepat, pada mode M inilight-meter hanya menjadi indikator seberapa banyak eksposure yang kita tentukan mendekati eksposure yang dianggap tepat oleh kamera.Tantangan yang dihadapi dengan memakai mode manual ini hanya dua : kalau kita salah menentukan eksposure, hasil foto bisa menjadi under-exposed (terlalu gelap) atau justru menjadi over-exposed (terlalu terang). Tujuan fotografi yang baik tentu menghindari adanya over atau under pada sebuah foto yang mana perlu adanya kendali akan eksposure yang tepat dan teliti.

Sekedar mengingat tulisan saya terdahulu soal optimalkan fitur manual pada kamera, bukaan diafragma dan kecepatan shuttermemegang peranan utama dalam menentukan nilai eksposure. Diafragma menentukan seberapa banyak intensitas cahaya yang dibolehkan untuk masuk ke kamera secara bersamaan, sementarashutter menentukan seberapa lama cahaya mengenai sensor sebelum foto diambil. Sebagai pedoman dalam fotografi, dikenal istilah f-stop, yang intinya menyatakan seberapa banyak penambahan atau pengurangan intensitas cahaya yang memasuki kamera (Exposure value/Ev). Setiap kelipatan 1-stop artinya kita menambah cahaya dua kali lipat dari nilai stop sebelumnya, atau mengurangi cahaya setengah dari nilai stop sebelumnya.

Pengaturan Bukaan Diafragma

Untuk dapat mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lensa, diafragma pada lensa kamera bisa membuka dengan besaran diameter yang bisa dirubah. Besar kecilnya bukaan diafragma dinyatakan dalam f-number tertentu, dimana f-number kecil menyatakan bukaaan besar dan f-number yang besar menyatakan bukaan kecil. Selain itu, secara karakteristik optik lensa, bukaan besar akan membuat foto yang DOFnya sempit (background bisa blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF lebar (background tajam).



Saat mengatur nilai diafragma (aperture), ingatlah bahwa setiap stop ditandai dengan nilai f-numbertertentu yang digambarkan dalam deret berikut, urut dari yang besar hingga kecil :

f/1 – f/1.4 – f/2 - f/2.8 – f/4 – f/5.6 – f/8 – f/11- f/16 – f/22 – f/32 dst

Sebagai contoh :

jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, maka kita akan mengurangi setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Jika kita berpindah 1-stop dari f/8 ke f/5.6, maka kita akan menambah intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya.

Perhatikan kalau kamera modern umumnya memberi keleluasaan untuk merubah diafragma di skala yang lebih kecil, dalam hal ini perubahan f-stop dilakukan pada kelipatan 1/2 hingga 1/3 f-stop sehingga bisa didapat banyak sekali variasi eksposure yang bisa didapat dari mengatur nilai diafragma. Sebagai contoh, diantara f/5.6 hingga f/8 bisa terdapat f/6.3 dan f/7.1 yang memiliki rentang 1/3 stop.


Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi diafrgama, dengan sebuah foto referensi di f/5.6 (nilai shutter dibuat tetap di 1/125 detik dan ISO 100). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah bukaan diafragma terhadap eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan kelipatan 1-stop.


Dari contoh di atas tampak pada 3 stops diatas referensi normal, foto tampak amat terang (over) yang ditandai dengan banyaknya area yang wash-out (highlight-clipping). Demikian juga pada 3 stops dibawah referensi normal, foto tampak amat gelap (under).

Pengaturan Kecepatan Shutter

Sama halnya dengan diafragma, setelan kecepatan shutter pun punya pedoman berupa deret yang mewakili 1-stop. Berikut adalah variasi kecepatan shutter dengan kelipatan 1-stop, urut dari yang lambat hingga yang cepat ( d menyatakan detik ) :

1d – 1/2d - 1/4d – 1/8d – 1/15d - 1/30d – 1/60d – 1/125d – 1/250d – 1/500d – 1/1000d


Sebagai contoh :

jika kita berpindah 1-stop dari 1 detik ke 1/2 detik, maka kita akan mengurangi setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera. Jika kita berpindah 1-stop dari 1/60 detik ke 1/30 detik, maka kita akan menambah intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya.

Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil foto yang didapat dari variasi kecepatan shutter, dengan sebuah foto referensi di 1/125 detik (nilai diafragma dibuat tetap di f/5.6 dan ISO 125). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah kecepatan shutter terhadap eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan kelipatan 1-stop.


Dari gambar di atas terlihat bahwa semakin cepat shutter speednya, maka cahaya yang masuk ke dalam sensor akan semakin kecil sehingga gambar menjadi lebih gelap. Begitu juga sebaliknya untuk kecepatan yang semakin lambat, cahaya yang masuk akan bertambah banyak sehingga gambar menjadi lebih terang. Dengan kata lain, kita bisa menyatakan bahwa di 1/500 detik hasil fotonya under exposed sebanyak 2 stops dan di 1/30 detik fotonya over exposed sebanyak 2 stops.

Reciprocity

Maka itu dalam memakai mode manual, perubahan nilai diafragma tidak bisa mengabaikan nilaishutter dan sebaliknya. Artinya untuk mendapat eksposure yang tepat, baik diafragma dan shuttermemegang peranan yang sama. Ada sebuah istilah penting dalam berkreasi dengan eksposure, yaitu reciprocity, dimana artinya adalah bagaimana setelan shutter dan diafragma harus saling berlawanan untuk meniadakan efeknya. Jadi bila kita mengekspos sensor dengan waktu yang lebih lama, maka secara di sisi yang lain kita mengecilkan bukaan diafragma untuk mengurangi cahaya yang masuk sehingga bisa mendapat eksposure yang sama. Prinsipnya sebuah eksposure konstan bisa didapat dari berbagai variasi nilai shutter dan diafragma, selama mempertahankan prinsip reciprocity ini.

Untuk mencobanya, siapkan kamera anda dan gunakan mode manual. Bila kamera sudah berada di nilai eksposure yang tepat, coba naikkan diafragmanya 1 stop sehingga indikator light-meter akan menunjukkan eksposure bergeser -1 stop. Selanjutnya kurangi kecepatan shutternya 1 stop, tampak indikator light-meter akan kembali ke nilai eksposure normal. Begitulah cara kerja reciprocity, kalau yang satu ditambah, satu lagi dikurangi, sehingga hasil akhirnya tetap sama.


Contoh diatas menunjukkan beberapa variasi reciprocity yang memberi eksposure konstan. Dari percobaan ini tampak bahwa untuk menjaga supaya eksposure tetap sama, nilai diafragma danshutter harus saling berlawanan. Bila membuka diafragma besar (f/2), maka shutter harus dibuat cepat (1/1000 detik). Bila mengecilkan diafragma (f/16), konsekuensinya shutter harus dibuat lebih lama (1/15 detik). Inilah esensi dari prinsip reciprocity. Perhatikan dengan bukaan diafragma besar (f/2 hingga f/2.8), didapat foto yang punya background blur, sebaliknya dengan bukaan kecil (f/11 hingga f/16) didapat background dan objek yang sama-sama tajam.

Catatan Kaki :

Contoh foto pengujian dan sebagian tulisan di atas diambil dari artikel pada ayofoto.com yang berjudul “Konsep Reciprocity Dalam Menentukan Exposure” yang dibuat oleh Taufik Zamzami, dengan seijin penulis yang bersangkutan pada 19 November 2008.

http://gaptek28.wordpress.com/2008/11/20/mengatur-diafragma-dan-kecepatan-shutter-dalam-mode-manual-m/ 04 : 05 Selasa 23-04-2013