Tempur


Maaf ini bukanlah kosa-kata untuk bicara soal kontak senjata maupun tragedi perang. Akan tetapi disini penulis akan berbicara tentang keindahan Dusun Tempuran. Dusun Tempuran dibawah naungan Desa Taman Tirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Dilengkapi panorama sawah yang sekelilingnya menghampar hijau. Ada yang ingin berpose tentunya dipersilakan kepada para pendatang maupun pengunjung untuk merasakan suasana yang adem didusun Tempuran. Ada wisata pemandian dan sarana tempat ibadah satu Musholla yang baru saja didirikan beberapa bulan lalu. Alhamdulillah sudah digunakan awal puasa yang lalu hingga hari ini dan berikutnya.


Keramah-tamahan warga yang selalu menemani penulis hingga penulis tidak pernah merasa kesepian sedikitpun. Kebetulan disinilah tempat penulis bermukim alias bersemedi pada dunia keintelektualannya. Jarak yang tidak begitu jauh oleh kota Malioboro. Serta, juga akses kampus UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

Refleksi kicauan burung gereja sangat menghiasi hiruk-pikuk dihamparan hijaunya persawahan. Serta, warung makan dan tempat perbelanjaan yang lengkap. Apalagi bicara soal tempat nongkrong, Pastinya tidak akan menyulitkan para pendatang untuk yang mencarinya. Bicara soal kultur keagamaan pastinya warga disini sangat menghargai toleransi yang luar biasa hingga jarang sekali ada cekcok didusun tersebut. Cuman, satu perihal yang harus disiapkan selimut dan jaket harus diprioritaskan. Jika, anda sampai disusun tersebut. Persoalannya suasana dingin dimalam hari dan siang. Bagi penulis sama saja. Dingin melebihi dingin kondisi normal yang biasanya. Aktivitas sibuk kendaraan roda dua dan empat terjadi hanya waktu tertentu yang berkisar jam 08:00 pagi dan 17:00 sore hari. Kebetulan itu merupakan aktivitas para pekerja berangkat bekerja dan student pelajar dan mahasiswa kekampus. Akhirnya diwaktu istirahat bisa full Time tanpa ada yang menganggumu diwaktu sleeping.

Semoga saja didaerah tersebut mampu memberikan ketenangan pada penulis dalam berkreatifitas dan mendatangkan sejuta inspiratif tanpa ada Tapal-Batas. Tapal-Batas merupakan refleksi penulis terhadap suasana laut lepas yang dalam satu sebulan sekali penulis akan selalu mewajibkan diri untuk meluangkan waktunya untuk Tour pantai yang berdekatan dengan pesisiran air laut. Tidak lain dan tidak bukan untuk mencari serta memotivasi diri untuk terus menghargai alam dengan bertanya apa saja yang terkandung didalam dasar laut tersebut ?




0 komentar:

Posting Komentar