Dalam Catatan seorang Vanguard yang
meyakini kesetiaannya adalah solusi konkrit dituangkan dalam sebuah
Ideologi. Rasa yang dimiliki tidak hanya rasa bertanggung jawab. Tapi,
juga rasa adil atas kinerja yang ilmiah dan progresspun akan selalu
mendampingi atas kesulitan maupun kekurangan yang selalu menghantui
jejak hitam diatas putih seorang Vanguard.
Ada pertanyaan kecil yang muncul dalam benaknya. Apakah dia siap Mati ?......
Dunia memang penuh dengan nilai kontradiksi......
Pergulatan Klas yang tidak bisa dihindari....
Nilai Historis yang telah banyak menciptakan persepsi......
Sampai pada tahapan ideologipun ada sebuah ilusi......
Pola
pikirnya yang diinjak, Fisiknya ditembaki dan sekujur tubuhnya
dihancurkan sebuah Atom yang mematikan oleh nilai-nilai kimia yang
diperhalus dan dibungkus dengan sedemikian rapi.
Memang,
analogi penindasan terkadang sulit dihindari oleh yang namanya
kematian. Tapi lagi-lagi bukan sebuah kematian yang harus dituangkan
disini. Tapi, hanya kata Revolusi bergerak melawan segala bentuk Tirani.
Sekalipun perjuangan butuh keberpihakan yang pasti nan penuh
nilai-nilai sebuah konsekuensi.
Teriakan kecil hatinya berkata
"Sekali lagi perjuanganku hanya kupersembahkan pada Massa. Massa yang
bisa merubahnya. Tanpa mereka Vanguard bukanlah apa-apa dalam forum yang
maju maupun organisasi yang tak terasa umurnya semakin larut."
Memang
dalam hal internal organisasi sosok revolusioner seorang Vanguard mampu
menunjukkan taringnya. Baik angkat bicara strategi maupun solusi.
Tapi,
kenapa otaknya seolah-olah terbungkus. Ketika ada orang yang dia kasihi
menciptakan dunia bisu tanpa arti sebuah ungkapan. Aku mati dengan
sikap dan perilakunya yang sulit dipahami untuk dimaknai sejuta arti.
Malam
yang hanya ditemani frestea didepannya. Apache hobby kesejatian lelaki
yang murahan dalam identitas money. Senyumlah yang hanya bisa
terrelaksasi dalam bibir dan mata yang membingungkan.
Harapan terbesar atas jiwa-jiwa nan suci yang tanpa harus marah dengan situasi :
"Bintang yang mempertemukan kita,
Cinta yang mempertemukan kita,
Oh Tuhan dengarkan Doa,
Dari Cinta yang terlarang.
Rasa yang mempersatukan kita,
Cinta yang mempertahankan kita,
Oh Tuhan dengarkan Do'a.
Dari Cinta yang terlarang."
Sekalipun terasa sakit disebelah mata kanan. Tapi, tidak ia katakan digenggaman tangan kirinya.
Semoga
waktu yang terlalu kejam mendidik seorang Vanguard. Mendidik ia semakin
kuat segala situasi dan kondisi. Jika Rakyat yang menolak penggusuran
lahan mengharuskan mereka berhadapan dengan tameng dan kawat berduri.
Dalam logika seorang Vanguard "Diam_Nya ada persoalan yang berkecamuk ala logika romantisme yang tak pasti. Ampuunnn."
0 komentar:
Posting Komentar