Curhatku pada Alam

Gulungan ombak yang menyerupai stunami,
Angin kencang bak topan,

Sisi kanan dan kiri terlihat nelayan dan petani yang sedang melakukan aktivitas.
Semangka dan melon melengkapi sejuta keindahan pertanian serta pantai bak berlian dihiasi pasir maupun material besi.

Sekilas ini memberikan kebahagiaan dan senyuman untuk berpose didepan kamera,
Berdiri tegap dan action yang semestinya tidak pantas dilakukan.

Ada sisi yang lebih ekstrim dibalik keindahan yang dilihat.
bukan makhluk yang seram maupun binatang buas yang dipertantang.

Tapi, sekilas selayang pandang bangunan ala kolonial berdiri dibalik sejuta keindahan yang terlihat.
Tambang yang jelas - jelas merampas hak dan martabat ini telah dipertontonkan.

Rakyat bukan lagi dilindungi yang menjadi kewajiban kekuasaan, dengan kewajiban dan kekuasaan yang ada mereka mengangkangkan kedaulatan rakyat di eksploitasi kepada bandit-bandit "comprador capitalism."

Seharusnya 7 setan desa segera bertobat.
apakah kebahagiaan anak-anak yang kecil belia
harus kehilangan segalanya.
orang tua ronta di plintir keperadaban penjara  kesengsaraan dihari Tua.

Melankolis bukanlah jawaban untuk menyatakan berhenti,
Retorika memang sudah mampu untuk angkat bicara.
proses dialektika, sepaling tidak dengan seperti ini sedulur borjuasi bisa musnah bisa mendengar dan melihat.

BENCANA TAMBANG
Pesisir Lahan Pantai Kulon Progo
=====================

0 komentar:

Posting Komentar