Radio adalah sebuah organisasi, sebuah perusahaan, sebuah teamwork. Ada sepasukan kru yang bekerja untuk menghantarkan suara penyiar mencapai telinga para pendengarnya. Pekerjaan diradio terdiferensiasi sedemikian rupa – sesuai dengan nature bidang kerja masing-masing. Maka, apapun struktur organisasinya, radio selalu terdiri atas tiga bidang kerja ; Produksi, marketing, dan teknisi.
1. Produksi
Tugas kru produksi adalah menghasilkan program untuk diudarakan. Kru produksi terdiri dari atas :
A. Sound enginer (mengurusi masalah suara, memilih latar musik terbaik, mengombinasikan bebunyian dan lain-lain.
B. Copywriter (penulis naskah).
C. Producer (produser).
D. Announcer (penyiar).
E. Reporter (pada radio yang memiliki program jurnalisme radio); pendek kata semua pihak yang terlibat dalam produksi program distudio maupun diluar studio. Kru produksi, selain bertugas menciptakan program yang disukai khalayak, juga berhubungan dengan marketing untuk kepentingan klien. Misalnya dalam merancang program untuk branding, atau memproduksi iklan.
2. Marketing
Tugas kru marketing adalah menjual dan memasarkan program kepada pihak lain (dengan imbalan berupa airtime untuk memasang iklan, kesempatan untuk branding, dan lain-lain). Ada yang mengistilahkannya sebagai account excecutive. Dalam lembaga penyiaran non komersial, istilah marketing, mungkin tak dikenal. Tapi, tetap ada posisi tertentu yang bertugas menghubungkan radio dengan pihak luar, entah itu pubic relations officer (staf humas), spokeperson, communicaton officer, dan lain-lain. Namanya memang berbeda, tapi pada prinsipnya tugasnya tetap sama, yaitu memasarkan program radio (dan radio) kepada pihak lain untuk mencapai keuntungan tertentu (yang belum tentu berupa uang, tetapi misalnya sosialisasi program).
3. Teknis
Bagian teknis bertugas mendukung aspek teknis dalam memproduksi program, maupun dalam mengoperasikan radio. Radio adalah media yang sangat tergantung pada alat dan tekhnologi. Dibutuhkan orang-orang khsusus untuk menangani alat-alat elektronik, sumber-daya listrik, komputer, dan hal-hal lain yang sejenis.
Diluar semua itu, sebagaimana organisasi atau perusahaan lain, ada unsur lain yang mendukung. Misalnya, staf ksekretariatan. Besar kecilnya staf radio tentu bergantung pada besar kecilnya lingkup radio tersebut. Namun, pengalaman menunjukkan radio adalah organisasi yang sebenarnya sangat simpel dan luwes. Teknologi memungkinkan beberapa fungsi digabung menjadi satu. Selain itu, karakeristik radio sendiri memungkinkan berbagai posisi dirangkap bersamaan. Seorang penyiar misalnya, lazim merangkap sebagai reporter atau penulis naskah. Dan sebaliknya, landasan pemikirannya begini : seorang penyiar yang oke, tidak cukup hanya bermodal suara. Ia juga harus punya wawasan, dan bisa menulis naskah sendiri. Dengan demikian, ia punya penghayatan yang bagus dengan modal intelektual yang memadai bagi profesinya. Demikian pula sebaliknya.
Seorang penulis naskah yang handal tidak hanya menguasai aspek radio copywriting. Kalau ia memahami bagaimana bersiaran, bagaimana berkomunikasi didepan mikrofon, naskah-naskahnya akan sensitif dan mampu mengeksploitasi potensi-potensi suara yang terbaik ! Reporter yang ideal jelas bukan hanya orang yang hanya bisa ngocol. Reporter jagoan adalah mereka yang berwawasan luas, mampu menata sekaligus menyampaikan pesan. Ia harus bisa menulis naskah yang baik, sekaligus menguasai dasar-dasar announcing sehingga mampu melaporkan liputannya dengan baik.
Model organisasi radio yang banyak dipakai sekarang adalah networking. Modalnya relatif kecil, operational cost-nya juga rendah. Kendati demikian, jangkauan khalayaknya cukup luas, apalagi bila networking bisa dilakukan dengan melibatkan sebanyak mungkin mitra lokal.
Catatan kaki :
Santi Indra Astuti, S.Sos M.si “Jurnalisme Radio Teori & praktek” . Hal 47-49
0 komentar:
Posting Komentar