Pekerjaan itu bagi manusia lebih dari sekedar alat untuk memenuhi kebutuhan. Didalam pekerjaan manusia merealisasikan dirinya sendiri. Hasil dari ukiran dari seorang pengukir mencerminkan kecakapan, kemampuan dan hakikat pengukirnya. Didalam pekerjaan manusia mengambil dari bentuknya yang alamiah dan memberikan bentuknya sendiri kepadanya. Manusia mengobyetifikasikan diri kedalam alam melalui pekerjaannya. Produk perkerjaannya mencerminkan hakikatnya sendiri. Manusia kerasan didalam alam karena dibenarkan hakikatnya. Dalam pelbagai pekerjaan manusia melahirkan bakat-bakatnya pada alam dan dengan demikian manusia merealisasikan dirinya sendiri. Pada aspek lain, Karl Marx memandang bahwa pekerjaan meruapakan tanda bahwa manusia itu makhluk sosial. Manusia memerlukan orang lain. Pengakuan manusia lain dapat membuat seorang bahagia dan merasa diakui. Pekerjaan adalah jembatan antara manusia yang selalu berinteraksi.
Seorang buruh supaya ia dan keluarganya bisa hidup dan memenuhi kebutuhannya selama sehari membutuhkan uang sebesar Rp 8.000,-. Jadi, nilai tenaga kerjanya yaitu Rp. 8.000,-. Untuk nilai itu ia menawarkan tenaganya dipasaran. Si Kapitalis membutuhkan tenaga kerja tersebut membelinya dengan harga yang diinginkan si tenaga kerja tersebut. Si Kapitalis kini bisa mempergunakan tenaga kerja itu semaunya. Karena ia telah membelinya. Secara teori Si Kapitalis bisa memperkerjakannya selama 24 jam penuh. Tentu saja ia tidak akan melakukannya karena kualitas tenaga orang tersebut akan menurun. Si kapitalis juga tahu bahwa tenaga kerjanya membutuhkan waktu untuk istirahat, rekreasi dan sebgainya. Si Kapitalis lantas menyuruh orang tersebut untuk bekerja 8 jam sehari.
Kita andaikan bahwa orang tersebut dalam waktu 4 jam bisa menghasilkan barang yang berharga Rp. 8000,-. Ini artinya bahwa sebetulnya sesudah 4 jam orang tersebut bisa berhenti bekerja karena ia sudah menciptakan nilai dibutuhkan supaya ia dan keluarganya dapat hidup. Tetapi, karena ia sudah menjual tenaga kerjanya maka ia harus bekerja 4 jam lagi. Waktu kedua dirampas oleh Si Kapitalis. Waktu kedua adalah nilai lebih. Waktu kedua oleh Karl Marx disebut nilai lebih karena waktu tersebut melebihi waktu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup si pekerja selama sehari. Kini pekerja tersebut dalam waktu 8 jam menghasilkan barang senilai Rp 16.000,-. Dan ia hanya mendapatkan Rp. 8.000,-.
Nilai lebih adalah keuntungan yang dikantongi Si Kapitalis dari contoh diatas, Si Kapitalis memperoleh keuntungan Rp. 8000,- dalam sehari. Keuntungan itu dicurinya dari si tenaga kerja. Karl Marx menyebut keuntungan kaum kapitalis sebgaia "nilai lebih yang dicuri". Nilai lebih adalah satu-satunya sumber keuntungan bagi si kapitalis.
0 komentar:
Posting Komentar