"Orang-orang
pesimis akan berkata, bahwa seluruh dunia ini adalah sebuah penjara,
kamar-kamar para mahasiswa adalah seperti sel-sel dalam penjara."
Logika tidak dapat dipisahkan
dalam kehidupan keseharian kita, untuk mencapai sebuah kebenaran seseorang
harus menggunakan logika, tanpa menggunakan sebuah alat yang disebut logika
dalam kehidupannya. Maka, manusia akan semakin jauh dari kebenaran. Dalam definisi
verbal, terdapat berbagai macam definisi tentang logika, namun hampir semua
definisi menyimpulkan, Logika adalah aturan berpikir benar. Logika berasal dari
kata Yunani kuno logos yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan
lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Jika, dikaitkan dengan logika
pergerakan ini. Maka, kita akan lebih jauh mengenal terlebih dahulu, menelaah
lebih jauh studi logika dialektik.
Logika dialektik mengajarkan,
bahwa sebab kemajuan dan perkembangan dalam masyarakat didasarkan atas
interaksi antara tiga kekuatan berikut: Tesis, Antitesis dan Sintesis. Secara
sangat sederhana dapat diterangkan, konflik atau ketegangan dialektik antara
kekuatan penguasa dan rakyat dalam suatu masyarakat akan membentuk Tesis dan
antitesis dari masyarakat tersebut. Ini juga berlaku dalam artian luas, antara
kekuatan pembela status quo dengan kekuatan pro-reformasi atau sikap
konservatif dengan kaum progressif, kaum tertindas dengan pemeras yang menindas
dan lain-lain. Logika dialektik ini menganggap prinsip kontradiksi sebagai
penyebab semua kejadian. Dalam kajian analisis kelas dikatakan kondisi kelas
proletariat dengan kelas borjuasi adalah kondisi kelas yang tidak bisa
didamaikan. Kelas proletariat menginginkan kesejahteraan. Serta, kelas borjuasi
ingin memperkaya diri sendiri dengan menindas kelas proletariat. Akhirnya kelas
borjuasi beragam cara melakukan penghisapan terhadap kaum proletariat.
Sebaliknya kaum proletariat mengorganisir diri melawan status quo yang
dipertahankan oleh kaum borjuasi seperti yang digambarkan pada revolusi Kuba. Setelah
kita mengenal logika dialektik. Selanjutnya penyaji akan mengajak kawan-kawan
untuk mengenal logika formal yang sering diidentitaskan oleh rezim penguasa
(aturan-aturan berfikir borjuis).
Logika formal adalah cara
berpikir yang didominasi oleh hukum identitas, hukum kontradiksi dan hukum tak
ada jalan tengah (excluded middle). Preposisinya rumusan analisisnya seperti
ini :
1.
A
sama dengan A (hukum identitas)
2.
A
tidak sama dengan B (kontradiksi)
3.
Dan
A tidak mungkin menjadi B (hukum tiada jalan tengah),
A tetap
A, B tetap B (absolut).
Hubungannya dengan logika
dialektik. Tentunya, direalitas sosial. Logika kedua ini sangat saling
bertentangan. Karena logika dialektik muncul sebagai kritik terhadap logika
formal. Kemudian, Logika dialektik menjadi lawan yang revolusioner terhadap
logika formal.
Melihat skema penindasan yang
begitu banyak memakan korban. Tentunya dalam identitas perjuangan dibutuhkan
klarifikasi keberpihakan. Keberpihakannya apakah ke proletariat ataukah ke
borjuasi. Dengan kepastian pilihan keberpihakan. Tentunya kawan-kawan akan
sangat mudah memahami logika formal maupun logika dialektik secara menyeluruh.
Sebelumnya penyaji akan memancing alur maupun fikiran kawan-kawan dengan
menguji beberapa pertanyaan. Apakah benar orang belajar harus memakai seragam ?
Pertanyaan berikutnya, kenapa harus ada orang miskin dan kaya. Apa yang membuat
dia miskin, apakah dia malas bekerja atau memang itu dikarenakan suatu takdir ?
Sebagai kaum intelektual yang
revolusioner tentunya pertanyaan tersebut akan terjawab nantinya. Ketika, kawan
– kawan memahami sepenuhnya kerja-kerja penindasan yang bersandarkan pada logika
formal.
Mengapa mahasiswa harus bergerak
? Melihat situasi politik yang didominasi kepentingan para elit penguasa yang
berselingkuh dengan komprador kapitalisme. Penggusuran maupun pemiskinan
terhadap rakyat. Sudah sepantasnyalah kita nyatakan : “berbareng bergerak merebut kedaulatan, wujudkan demokrasi tuntaskan
revolusi, bersatu kita menggempur, bercerai kita menghimpun” (Jargon
Sekber).
0 komentar:
Posting Komentar