Germa (Gerakan Mahasiswa)


Hidup Mahasiswa….!!!!!!
       Berbicara tentang gerakan mahasiswa maka kita harus mengerti tentang gerakan beserta sejarah gerakan mahasiswa itu sendiri. Gerakan mahasiswa merupakan salah satu gerakan yang dipelopori oleh mahasiswa yang mengintegralkan dalam sebuah wadah perlawanan. Dalam buku gerakan massa karya timur mahardika disebutkan gerakan berasosiasi dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk respon atau reaksi atas kondisi tertentu (realitas sosial).
         Dalam sejarahnya gerakan mahasiswa atau pemuda diawali sebelun pra revolusi 1945, pada waktu itu gerakan masih bersifat primordialisme. Yang pertama, muncullah trikoro darmo yang masih bersifat kedaerahan, kemudian indicji party yang dibuat orang-orang pribumi di Negeri Belanda. Dan juga Boedi Oetomo yang didirikan 1908, walaupun masih bersifat kedaerahan tetapi mempunyai kekuatan dalam membangun organisasi pemuda ataupun mahasiswa..
         Setelah pemerintahan orde lama runtuh (ORLA) yang ambil kekuasaan rezim  soeharto mahasiswa merasa kegelisahan, tahun 1967 ketika UU PMA (penanaman modal asing) dibuka selebarnya-lebarnya bagi investasi modal untuk masuk ke Indonesia dengan dukungan soeharto. Maka Freeport yang masih berdiri di papua saat ini, atau perusahaan asing yang bertahan dan mengekploitasi sumber daya alam kita untuk keuntungan mereka adalah produk soeharto yang sekarang mau diberi pengampunan oleh pemerintah SBY-BOEDIONO yang juga merupakan produk orde baru. Malapetaka lima belas januari (MALARI) tahun 1974 memberikan pengalaman pada kita, ketika mahasiswa untuk menuntut untuk mencabut UU PMA tersebut ternyata diobrak-abrik oleh rezim, karena kekuatan mahasiswa belum bisa menyatu bersama rakyat dalam melakukan perjuangan agar bisa lepas dari penindasan dan ketidakadilan. Akibat kegagalan mahasiswa dalam kasus MALARI tersebut maka di keluarkanlah normalisasi kehidupan kampus dan badan koordinasi kampus (NKK/BKK) yang dikeluarkan oleh menteri pendidikan Daoud Yousup.
        Memuncaknya kembali gerakan mahasiswa mei 1998, ratusan ribu mahasiswa turun kejalan untuk menuntut turunnya kekuasaan soeharto. Dalam sejarah GM di manapun posisi mereka terhadap penguasa selalu kritis,. Biasanya gerakan dimulai dengan tuntutan-tuntutan demokratis, seperti tuntutan kebebasan berorganisasi, kebebasan demonstrasi, mogok, kebebasan pers, dan lain-lain. Awalnya mereka "menyerang" sistem otoritarian di dalam kampus, kemudian gerakan bergeser dengan menyerang sistem kapitalisme militeristik.
         Peran dan posisi mahasiswa, ada pendapat yang mengatakan bahwa posisi mahasiswa adalah posisi yang strategis dan peran yang dimilikipun sangat menentukan, adapula yang mengatakan bahwa posisi mahasiswa tidaklah penting sedangkan peranannya pun hanyalah sebagai alat pembantu kekuatan sesungguhnya, maka kemudian kita coba melihat peran dan posisi mahasiswa, kata peran adalah sesuatu yang harus dilakukan sedangkan posisi adalah sebuah jabatan untuk kemudian dijadikan alat untuk melaksanakan perannya karena itulah berbicara kita tentang peran dan posisi adalah dua buah kata yang tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling membutuhkan dan dari dua kata peran dan posisi tersebut kemudian ditambahkan dengan kata mahasiswa dan membentuk suatu tingkat yang cukup istimewa didalam masyarakat karena jabatan dan tugas yang diembannya. Posisi mahasiswa yang dimaksudkan adalah sebagai bagian dari kaum intelektual karena kehadiran mereka dikalangan warga masyarakat yang berkecimpung dengan ilmu pengetahuan dan dilingkungan orang yang menerapkan ilmu sebagai alat kepentingan, sedangkan peran yang dimaksudkan adalah dengan hadirnya mereka di jabatan tersebut maka mereka dapat melaksanakan perannya sebagai kekuatan korektif terhadap penyimpangan yang terjadi didalam berbagai aspek kehidupan masyarakat luas akan persoalan yang ada dan menumbuhkan kesadaran itu untuk menerima alternative perubahan yang dikemukakan atau didukung oleh mahasiswa itu sendiri sehingga masyarakat berubah kearak kemajuan.
         Posisi mahasiswa yang selalu di dengungkan katanya mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan) mengalami proses dekonstruksi, karena mahasiswa dibenturkan pada dua persoalan antara interen dan eksterennya sendiri. Dimana persoalan interen yang dihadapi adalah bagaimana dia memikirkan biaya kuliah yang masih bergantung kepada orang tuanya, persoalan perkuliahan ini yang menjadi hambatan didalam berproses melaksanakan perannya dalam melihat realitas social, makanya kemudian banyak yang mempertanyakan tentang posisinya sebagai agent of change, maka ada beberapa solusi alternatif untuk posisi mahasiswa salah satunya adalah sebagai social control dimana mahasiswa tetap respon akan permasalahan-permasalahan yang terjadi dimasyarakat. Ketika kita tahu akan peran dan fungsi kita sebagai mahasiswa dan jelas kita punya tanggung jawab yang sangat besar dalam perubahan bangsa ini, maka kita harus satukan perjuangan kita untuk sebuah perubahan tersebut dalam suatu wadah yaitu organisasi sebagai alat perjuangan kita karena Siapa yang akan melakukan perubahan kalau kita tidak memualinya.

Hidup Mahasiswa….

0 komentar:

Posting Komentar