Pendidikan lebih dikenal oleh manusia sesudah manusia mengenal istilah perabadan. Misalnya peradaban Yunani manusia mengenal istilah pendidikan schola, scholae, dan scoholaa. yang bermakna “waktu luang”. Tentunya sangat erat hubungannya dengan Mahasiswa. Aktivitasnya lebih banyak belajar, memahami, meneliti, beroganisasi dan lain-lain. Singkatnya aktivitas Mahasiswa sangat berbeda jauh dengan kondisi buruh yang mereka harus bekerja Tanpa memiliki waktu luang seperti Mahasiswa yang mempunyai kesempatan untuk belajar.
Datangnya peradaban baru, manusia lebih mengenal sekolah dengan institusi/perguruan tinggi/ universitas terhadap apa yang dialami oleh kawan-kawan disini yang sebentar lagi akan memasuki gerbang keluarga baru dari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Berwisata tentunya banyak orang ingin berwisata. Masuk kampus juga merupakan harapan banyak manusia agar mendapat gelar dan lain-lain. Namun, dengan pengeluaran biaya yang begitu banyak dikeluarkan. Registrasi yang jutaan bahkan ada yang ratusan juta, biaya kost-kostan dan lain-lain. Tentunya menjadi pertanyaan yang signifikan bagi kawan-kawan apakah memungkin pencapaian kecerdasan itu terwujud dibenak kawan-kawan? Daripada bingung, lebih baik maknai apa yang dikatakan oleh seorang tokoh pendidikan Paolo Freire “pendidikan harus memanusiakan manusia”. Pernahkah kawan-kawan berfikir sejenak tentang David Davinci penemu lampu yang terlahir bukan dari sebuah institusi. Galile-Galileo yang mengkonsepsikan bahwa dunia itu bulat dan banyak lagi.
Mahkluk sosial adalah manusia dalam sosiologi. Bagaimana manusia tidak bisa hidup tanpa melakukan hubungan terhadap yang lain. Pendidikan juga mengalami hal yang sama bagaimana seorang kaum intelektual harus mampu membangun konsepsi antara realitas maupun sosial. Kutipan dari benjami bloom seorang pelajar harus berkorelasi dengan afektif, kognitif dan psikmotorik. Yang nantinya mengantarkan kegerbang pendidikan kecerdasan dan kritis. Namun, semua itu tidak akan pernah terwujud ketika pola pikir dan paradigma kawan-kawan belum terbentuk. Tentunya peran sebuah alat sangat dibutuhkan disini Organization.
Kondisi hari ini diluar keidupan kawan-kawan Tempe sudah naik, tentunya bahan makanan yang ada disekitar kawan-kawan juga naik. Jangan terlalu khawatir, jika kawan-kawan mampu memposisikan dirinya. Biarpun jogja kota pelajar, tapi belum tentu semua bisa cerdas. Pembuktian yang riil adalah digenggaman tangan kawan-kawan yang siap memegang tampuk kepeloporan segala persoalan.
Tukar dollar dan rupiah juga bagaimana posisi dollar lebih tinggi dari mata uang rupiah. Tentunya ini juga akan berpengaruh pada aktivitas kawan-kawan kedepan. Sarjana bukan saja diwisudakan dikampus kita. Tapi, bukankah sarjana sudah banyak yang menjadi pengangguran ? lagi-lagi iqra’ “bacalah” Al-alaq ayat 1 Yang mampu mengantarkan kepada realitas dan kondisi sosial.
Gosip yang berkembang diluar kita banyaknya mahasiswa yang kesulitan mencari kost-kostan yang diakibatkan oleh overloat capacity dikampus serta banyak lagi persoalan-persoalan yang lainnya. sepaling tidak, kawan-kawan harus menekankan fikirannya untuk tetap fokus pada banyaknya persoalan.
Historis telah membuktikan tidak ada orang yang cerdas bahkan terkenal lahir diluar peradaban massa. Khususnya seorang Rasulpun juga terlahir diperadaban massa. Tentunya dengan keharusan itu akan ada pada orang-orang yang memili komunitas maupun perkumpulan yang mampu mengarahkan pada identitas pendidikan yang sesungguhnya.
Y.B. Mangunwijaya pernah mengatakan : “apa guna kita memiliki sejuta alumni sarjana yang cedas. Tapi dikemudian hari mereka akan menjadi penindas-penindas baru”. Singkatnya Mahasiswa harus cerdas serta berintelektual yang mempunyai arahan praksis. Agar, kemudian tidak menjadi budak atau melakukan penindasan Rakyat kecil yang semakin hari parah dialami oleh bangsa kita. Penggusuran, pemiskinan dan lain-lain. Ini merupakan proses intropeksi wajib bagi mahasiswa yang baru mengenal istilah institusi pendidikan.
Coba lihat artikel dibawah ini :
Si A yang sudah puluhan tahun merantau diluar negeri pada suatu waktu berkenaan untuk pulang ketanah air indonesia. Begitu tiba dijakarta ia dikejutkan dengan wajah Betawi yang sama sekali baru baginya. Sehingga ia tidak mengenali lagi kampung-kampung yang ia tempati puluhan tahun yang lalu. Jalan-jalan kini lebar-lebar dan licin. Bermalang-melintang dan penuh dengan berbagai kendaraan bermotor yang membisingkan. Gedung-gedung pencakar langitpun menjulang disana-sini dengan lampu neon yang memberikan pandangan indah pada malam hari. Banyak pusat-pusat perbelanjaan, supermarket atau plaza disamping pasar loak dan kaki lima. Pendek kata, betawi (suku asli masyarakat jakarta) sekarang tidak jauh beda dengan kota-kota besar dieropa dan Amerika. Walaupun, nampak sangat jorok dengan tumpukan sampah dimana-dimana yang tak pernah dijumpainya dizaman kolonial. Ketika ia ditengah-tengah kerabatnya ia mendapati kenyataan banyak diantara mereka yang sudah meninggal dan ada yang menjadi pembesar, kaya-raya dan sebagainya.
pada suatu ketika si A tadi memperhatikan lebih dalam kehidupan rakyat kecil, kehidupan kaum buruh, kehidupan kaum tani dan kaum miskin di perkotaan serta pengrajin dan nelayan. Ia mengetahui bahwa nasib mereka tetap miskin diperkotaan serta pengrajin dan nelayan. Ia mengetahui bahwa nasib mereka tetap miskin dan sengsara. Dilain pihak, ia melihat pemilik-pemilik modal raksasa asing (kaum imperialis) masih tetap merajalela dan bahkan menguasai kehidupan perekonomian dan keuangan indonesia. Walaupun, pemerintah kolonial sudah tidak ada lagi.
0 komentar:
Posting Komentar