Dalam sejarah perjalanan Bangsa ini keluar dari sebuah kemelut penjajahan, dan berdiri sebagai sebuah Bangsa yang berdaulat (Merdeka), tidak terlepas dari sejarah perjuangan pemuda Mahasiswa, dari di dirikannya BOEDI OETOMO 1908 hingga saat ini telah terjadi perubahan terhadap entitas perjuangan Mahasiswa itu sendiri, kita dapat dengan gamblang mendefinisikan dan memposisikan Mahasiswa hanya sebatas pada status social yang ada, namun tidak pada esensi dasar dalam fungsi, tugas dan tanggung jawab sebagai Mahasiswa, hal ini dikarenakan kita hanya dapat memahami mahasiswa pada konteks siswa (Pelajar) yang statusnya paling tinggi didalam tingkatan akademik, namun bagaimana lebih jauh kita mengartikan atau memaknai Mahasiswa pada peranan_nya, dimana sejatinya Mahasiswa maka kita dituntut untuk dapat melihat dan menganalisis fenomena social yang semakin carut marut, dari politik, hukum, ekonomi dan sebagainya, untuk dapat memberikan solusi terhadap problem yang menimpah rakyat saat ini. Apalah artinya Mahasiswa bila hanya duduk diam dan acuh tau dengan kondisi yang ada disekitar kita, Haruskah kita sebagai Mahasiswa hanya akan berbangga ketika orang mengenal kita sebagai Mahasiswa dan membiarkan segudang tanggung jawab yang diembankan diatas pundak kita, dan haruskah kita tertawa menyaksikan ribuan bahkan jutaan putra/putri ibu pertiwi harus MATI KELAPARAN diatas lumbun padi akibat beras kita yang di import, dan haruskah kita menutup mata ketika melihat penindasan dan penderitaan rakyat yang dilakukan oleh rezim kita saat ini…?? Saya kira TIDAK…!!
Sebagai Mahasiswa kita harus sadar akan tugas dan tanggung jawab kita sebagai “agen of social control” bukan sebagai “agen of change” sebab perubahan itu bukan ada ditangan Mahasiswa, karena Mahasiswa hanyalah sebagai pelopor perjuangan menuju sebuah totalitas perubahan, sementara perubahan itu ada pada rakyat. Menjadi seorang Mahasiswa bukanlah hal yang mudah, namun ironi melihat Mahasiswa kita saat ini, kita tak harus menafikan diri bahwa kelompok mayoritas dari Mahasiswa itu hedonis, individual, apatis serta pragmatis terhadap problem social, mereka lebih memilih diam dan memperkenalkan style (gaya/penampilan hidup) di kampus, mencari nilai tinggi IPK 3 koma sekian, harus cumlaude, dan cepat wisuda. Dan setelah wisuda bingung mencari pekerjaan dan pada akhirnya tidak sedikit sarjana yang menjadi pengangguran. Sementara Mahasiswa yang memiliki hobby membaca dan berdiskusi menjadi kelompok minoritas, dan seakan dianggap marginal bahkan sampai pada tinggkat proses pengasingan diri terhadap kelompok tersebut, hal ini terjadi sebuah kontradiksi yang sangat nyata dengan berbanding terbalik atas problem yang menimpa rakyat. Yang seharusnya tugas kita membebaskan mereka dari terbelenggu penindasan dan penghisapan, sebab kita yang dianggap sebagai massa yang sadar karena memiliki strata pendidikan yang lebih tinggi dari mereka, hal ini kemudian menjadi sebaliknya, Mahasiswa malah tersandra atas sebuah kesadaran palsu yang sengaja dibuat oleh kelompok borjuasi komprador yang menjadi penguasa dan menguasai pola pikir kita. Mahasiswa dibentuk dan kuasai pola pikirnya untuk dididik menjadi tenaga pekerja, itu artinya di didik menjadi buruh agar dengan mudah dipekerjakan dengan gaji murah dan dapat di PHK kapan saja, dan tidak ada perlawanan, maka dengan ekstrim dapat kita simpulkan atas kondisi obyektif yang ada bahwa, Mahasiswa saat ini sengaja di didik untuk menjadi budak dinegrinya sendiri. Dan ada yang di bentuk pribadinya menjadi penguasa baru di negri ini. IRONI MEMANG.
Apa guna menjadi seorang Mahasiswa bila hanya seperti itu, mengapa tidak harus tanggalkan saja status Mahasiswanya?? Menyandang identitas sebagai Mahasiswa maka seyogyanya lebih melihat pada tugas kita, salah satu dari sekian banyak tugas Mahasiswa adalah proses penyadaran massa rakyat, namun sebelum melakukan tugas yang amat sangat sulit itu, maka dimulai dari pribadi individu yang memiliki intelektual progresif yang revolusioner, bukan Mahasiswa namanya bila tidak pernah merasakan iklim aksi massa dijalan, bukan Mahasiswa namanya bila tak pernah merasakan kejamnya tindakan represifitas keamanan Negara siapa lagi kalau bukan Polisi dan TNI. Mahasiswa telah mencatatkan sejarah perjuangan yang dipelopori oleh Mahasiswa pasca kemerdekaan antara lain adanya tragedi MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari 1974), tragedi SEMANGGI, tragedi TRISAKTI, hingga puncaknya pada REFORMASI 98. Namun hal ini menjadi bumerang bagi Mahasiswa saat ini, dimana ketika kran Demokrasi dibuka yang terjadi malah Mahasiswa semakin tidak berani menyampaikan aspirasi rakyat Indonesia pada umumnya.
Pertanyaan_nya pada siapa lagi Rakyat Indonesia menggantungkan Harapannya??
Bila telah terjadi krisis kepercayaan dari rakyat pada wakil rakyat (DPR/Legislatif), dan para pemimpin (Pemerintah/Eksekutif) negri ini, masih haruskah kita bergantung harapan itu pada Partai Politik, Ormas, dan LSM,,,?? Tidak kawan-kawan, harapan itu ada sama kita sebagai Mahasiswa, namun bukan pada Mahasiswa yang hedonis, apatis dan apalagi pragmatis, harapan itu ada pada kaum Intelektual Progresif alias Mahasiswa yang memiliki jiwa Militansi, karena cerdas saja itu tidak cukup. Dengan demikian maka selaku massa yang sadar akan problem social yang ada, maka sebagai tugas dan tanggung jawab kami sekedar menghadirkan satu pandangan yang berbeda atas kondisi material yang ada, untuk mengantar kawan-kawan dalam dinamika dialektika ilmiah, bukan dialektika ilusi ataupun utopis, untuk kita melakukan transformasi ilmu pengetahuan yang tidak hanya berbicara teoritik saja namun mengimbangi dengan praksis lapangan, maka dari itu FORUM SEKOLAH BERSAMA (SEKBER) Basis UMY hadir sebagai wadah membentuk intelektual Mahasiswa yang kritis, progresif serta Revolusioner. Menjadi Mahasiswa yang berwatak kritis, militansi dan progres, maka harus bermental baja. Maka dari itu menjadi Mahasiswa bukan hanya sekedar identitas saja, namun gerak praksis yang menjadi awal dari sebuah pelopor perubahan. Dengan demikian kami menyambut baik kawan-kawan yang sadar akan problematika social yang ada dengan ucapan “Selamat bergabung pada komunitas tempat orang-orang berkata “TIDAK” pada semua bentuk penindasan.”
“Lihat kawan,,,Air mata dan darah telah menghiasi wajah Bumi Pertiwi ini, Penindasan, Penghisapan dan Perampasan terjadi dimana-mana, maka tak ada pilihan lain selain dari TUNDUK TERTINDAS ATAU BANGKIT DAN LAWAN…!!”
0 komentar:
Posting Komentar