Analisa Singkat Teori Krisis dalam Marxian



Krisis di Eropa semakain menajam yang berimbas pada terus bertambahnya angka pengangguran khususnya di 17 Negara uerozone (pengguna mata uang euro) yang bahkan mencapai rekor baru menjadi 19 juta orang (12%) di febuari 2013, naik11,9% di januari 2013. Menurut data Uerostat yang dikutip AFP (4/2013). Selama februari 2013 ada penambahan pengangguran sebanyak 22 ribu orang di uero zone dan 76 ribu orang di Uni eropa secara keseluruhan selama sebulan. Dalam setahun jumlah pengangguran di euro zone bertambah 1,78 juta orang, dan di unieropa secara keseluruhan bertambah menjadi 1,8 juta orang, angka pengangguran tertinggi dialami Spanyol sebesar 26,3%. Lalu diikuti oleh Portugal yang mencapai 17,5% (detik.com).

Pada tahun 2008 , tercatat Amerika Serikat (AS) mengalami krisis finansial akut, yang diawali dengan kredit macet Lehman Brother, yang akhirnya 250.000 yang terkait sektorfinansial menghilang, krisis ini juga berdampak pada indurtalisasi besar Amerika yaitu General Motors untukmempertahankan kerja produksinya , General Motors menutup industri perakitan dan memotong ouput produksi dilini-lini produksi, Truck, kendaraan sport, dan kendaraan serba gunanya hingga mencapi 2/3 bagian, yang akhirnya berdampak pada pemutusan hubungan keja diatas 59.000 dari 123.000 pekerja di Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada. Dan dalam tahun tersebut, tercatat kerugian hingga $ 28,6 miliar yang terjadi pada tiga besar industri otorderoit seprti Chrysler, Ford, danGeneral Motor (M.Ridha), Krisis juga berdampak pada gelombang penghancuran ekonomi di berbagai belahan dunia, Jepang, Eropa, atau bahkan dibeberap Negara Asia ( ciri penting terbentuknya kapitalisme Monopoli ditandai dengan hilangnya kejayaan Inggris dalam perdagangan international setelah perang Napoleon, dan dominasi perdagangan International dikuasai Amerika Serikat. Ini dapat dilihat menjelang PD I AS menguasai sampai 32,5 % sedangkan Inggris hanya 14 % dan Ketrlibatan AS dalam PD II berakibat pada pengusaan ekonomi International, pada tahun 1942 produksi Barang di Amerika Serikat mencapai 42 % sehinnga AS menjadi kekuatan penting dunia, S. K Shanderson)

Krisis yang dialami Negara Adidaya tersebut bukanlah yang pertama kalinya dalam sejarah, Krisis pertama di AS terjadi pada Tahun 1819,yang terkenal sebagai “Panic Of 1819” pasca kemenangan perang AS atas Inggris ditahun 1812, Sistem kredit perbankan mulai massif, kredit ini diberikan oleh bank lokal baik kepada pengusaha maupun pada pemerintah AS untuk pembiayaan perang dan pada tahapan tertentu Kredit tersebut mengalami kemacetan karena ketidakmampuan para pengusaha membayar utang, diawali dengan menurunnya permintaan Eropa akan impor bahan makanan dari AS dan pemerintah sendiri tidak mampu menanggulangi krisis karena Pemerintah juga memeiliki hutang yang sangat besar, dan krisis berikutnya yang sangat berdampak luas terjadi pada tahun 1930 yang dikenal dengan “Great Depression”, Krisis ini diawali dengan kejatuhan modal yang di Wall Street pada bulan Oktober 1929 dimana ditahun 1932 harga saham Dow Jones turun hingga 89% sebelum krisis, dan krisis ini pulih sepuluh tahun kemudian, berkat keterlibatan AS dalam Perang Dunia ke II dan ekonomi AS mulai bergerak kembali.

Pada tahapan berikutnya bagi kita, apakah krisis itu merupakan gejolak yang timbul secara sepontan tanpa ada latar belakang yang mendasari, ataukah krisis itu merupakan dampak dari perkembangan sistem ekonomi politik kapitalisme, Pemahaman terhadadap krisis dalam literatur teori bukanlah hal yang baru, misalkan seperti yeori siklus Bisnis G. Cassel, argumentasi Cassel tentang krisis dimana depresi ekonomi dijelaskan dalam satu rangkaian yang mendorong naiknya ongkos – ongkos produksi, mengurangi probabilitas sehingga memacetkan aktivitas bisnis, Cassel beragumentasi bahwa asal – usul krisis tersebut tidak lain diakibatkan oleh kesalahan kalkulasi oleh para pembisnis mengenai keadaan masa depan pasar modal atau mengenai suplai simpanan –simpanan yang akan terjadi untuk menyepadankan dengan spekulasi mereka. Cassel terjebak pada permukaan permaslahan dan tidak menalisis lebih dalam, yang menjadi pertanyaan adalah, yang menjadi suplai modal ini siapa, dan mengapa suatu kekurangan itu terjadi, maka yang harus dianalis sebanarnya adalah melacak pembentukan modal di tempat lahirnya – yaitu lingkup produksi- Ia (bca: modal) diproduksi oleh kaum buruh dan dihakmiliki (dirampas) oleh kapitalis sebagai nilai lebih yang terakumulasi di kantong kapitalis.

Dalam tulisan kali ini, saya akan mendiskusikan teori tentang krisis dalam analisis Marxian, yang diambil dari beberapa catatan dari Henryk Grossmann (1881 – 1950) dan juga dari bebrapa karya Das Kapital Marx.

Dalam Capital, Marx meyatakan:

Monopoli Modal mencapai sebuahbelenggu atas cara produksi yang sejalandan bersama dengannya. Sentralisasi alat – alat produksi dan sosialisasi kerja pada akhirnya mencapaisuatu titik dimana mereka menjadi tidak cocok dengan pembungkusnya. Pembungkusini pecah berantakan. Genta kematian hak milik perseorangan kapitalis 

Seblum kita mendiskusikan kalimat diatas, maka sebelumnya yang harus ditekankan tentang pembahasan teori Krisis, maka kita harus terlebih dulu mendiskusikan tentang tentang reproduksi kapitalis dalam totalitasnya, yang dinyatakan dalam sebuah perumusan Sirkuit Kapital dalam Kapital Jilid II sebagai berikut: M-C...P... C’ – M’ dan jika diperluas menjadi (lihat Gambar 1)

kita akan membahas secara singkat sirkuit ini Marx mengalis sirkuasi ini menjadi beberapa bagian, Kapital Uang , Kapital Produktif , Kapital barang dagangan,pada tahapan pertama: Tingkat Pertama Secara tersendiri M-C hanyalah komoditi yang diperjual belikan, bagaimana kapitali smembeli komoditi dengan ia membeli tenaga kerja dan alat-alat produksi dan dalam pertukaran sirkuit tersebut merupakan capital dan uang yang dinamakan sebagai capital uang. Tingka tKedua : Untukmenghasilkan nilai lebih kapitalis sudah tentu harus memperkejakan tenaga kerja untuk memproduksi komoditi, Pekerja menitipkan upah mereka pada komoditi dan kapitalis juga membeli alat-alat produksi (capital produktif), Nilai dari Alat-alat Produksi yang terpakai berpindah ke dalam hasil-Produk-karena kerja yang menghasilkan alat-alat produksi bagian dari jumlah seluruh kerja yang diperlukan untuk menghasikan produk akhir, Bagian dari capital yang digunakan untuk membeli alat produksi tindaklah menciptakan nilai baru atau nilai lebih bagain ini tersimpan saja dalm produk (komoditi), Nilai ini akan kembali pada si kapitalis saat produk itu di jual. Bagian dari capital itu diubah menjadi alat-alat produksi yaitu bagian mentah, bahan mentah, perkakas-perkakas kerja. Tidak mengalami perubahan nilai secara kuantitatif dalam proses produksi bagi marx disebut sebagai capital konstan. Di pihak lain Tenaga kerja yang digunakan yang sesungguhnya,menciptakan nilai baru dan nilai lebih. Bagian Kapital yang dikeluarkan lebih dulu untuk membeli tenaga kerja , bertambah besar dalam proses produksi ,sehingga marx menamakannya capital Variabel. Dari semua perkakas produktivitas pengusaha pertanian, kerja manusia ialah para kapitalis bersandar kepadanya untuk pembayaran-kembali kapitalnya, dan persediaan tanah, pacul,bajak dan yang lainnya tanpa suatu bagian dari kerja manusia sama sekali bukanlah apa-apa ,Tingkat Ketiga: Komoditi yang telah lengkap selesai, yang menyimpan nilai-lebih pada akhirnya dinamakan sebagai capital-komodity, dan ia harus dijual, capital uang pertama telah berubah menjadi capital produktif dan kemudian menjadi capital komoditi, dan Akhirya menjadi capital uang, proses pertambhan nilai pada sirkuit tersebut tidak lain hasil dari intrerupsi ...P...(produksi), seperti yang dikatakan Marx, dalam Das 
Kapital Jilid II,

Perubahan dalam nilai, semata – mata termaksud padametamorfosis P , proses produksi itu dengan demikian tampil sebagai proses metamorfosis kapital, berlawanan dengan semata-mata metamorfosis formal dari bidang sirkulasi.

Dan Marx Melanjutkan :

Disini kapital tampil sebagai suatu nilai yang melauisuatu rangkaian transformatif yang saling berkaitan dan menentukan, suataurangkaian metamorfosis yang merupakan sekian banyak tahapan atau tingkatansuatu proses keseluruhan.

Menurut Henryk Groesman , untuk meneliti lebih lanjut tahapan – tahapan modal secara keseluruhan pada perputrannya, Marx kembali pada persoalan –persoalan krisis diberbagai karyanya, untuk mengetahui apakah, tahapan – tahapan tersebut dalam proses produksi, akan berjalan mulus tanpa adanya hambatan, atau adakah proses normal produksi yang menghadapi penghancuran – penghancuran dalam berbagai tahapan sirkulasi tersebut, Jika itu benar, kendala – kendala dan faktor-faktor apa yang merintangi proses reproduksi itu pada suatu tahapn tertentu.

Grossmaan melihat bahwa teori tentang keruntuhan kapitlisme Marx adalah juga tentang krisis-krisis, memulainya dengan satu faktor penting dalam melakukan penyelidikan atas tendesi keberdaaan krisis, dengan melihat akumulasi dari sudut pandang krisis, dimana perputran petama M (modal Uang) mengawali perputarankedua M’ (Modal yang diperluas).

(lihat Gambar 2) Jika ketiadaan kecemderungan – kecenderungan kontra – aksi dan modifikasi maka akan terjadi keruntuhan sistem dari tahapan atau tingkatan–tingkatan akumulasi, dalam sistem kordinat OX Mewakili suatu kondisi valorisasi normal, dan Oz mewakili garis akumulasi dalam persesainnya dengan kondisi Ekulubium, maka krisis valorisasi sebagai arah penyimpangan dari garis ZS, sehingga memiliki kecenderunganter terhadap keruntuhan sistem. 

Namun pertanyaanya bagaimana mengenai teori krisis, kitaakan kembali pada grafik yang dibuat Groesmaan. (lihat Gambar 3)

Dalam Gambar 3, bahwa dalam sistem kordinat, kerutuhan itu muncul pada titik z1, dan memanivestasikan diri dalam bentuk Devaluasi (penurunan) modal yang besar sekali, yang akumulasi berlebihnya dimualai pada r 1, (ini secara grafik dinyatakan oleh garis bertitik z1 – o1) dalam kasus itu, akumulasi modal yang berlebihakan dikurangi balik pada besaran yang diperlukan bagi valorisasi normalnya,dan sistem itu akan dikembalikan dalam suatu keadaan ekulibium baru padatingakat yang lebih tinngi o1 – x1.

Maka, dalam hal ini  krisis – krisis yang dailami sistem kapitalisme tidak lain sekedar suatu proses penyembuhan (ekulubium) darisistem untuk meningkatkan tingkatan akumulasi kapital, dalam pemantapan tingakatan ekulibuim , menurut Groemaan kapitalis jika harus dipaksakan bukan hal sulit bagi mereka untuk melapaskan modal dalam jumlah besar. Proses akumulasi melaju kembali, atas dasar ekpantif, dan didalam batas-batas tertentu(misalnya pada titik o1- r2) ia dapat berlangsung tanpa sedikitpun penghacuranpada titik equlibium, Tetapi melampui batas – batas tertentu, dari titik r2 Modal yang diakumulasikan kembali bertumbuh terlalu besar, dan massa nilai lebih kembali menurun, dan Valorisasi kembali mengendor hingga akhirnya menujutitik z2, keruntuhan kembali diikuti oleh devaluasi modal, z2 – o2, danberjalan terus seperti itu,

Mari kita coba telaah kembali, Marx menganalisis bahwa kapitalisme merupakan suatu system yang mereproduksi dirinya sendiri, pertama-tama akumulasi primitive merupakan sirmulasi capital sebelum adanya nilai lebih, pengubahan kembali yang terus menerus nilai lebih menjadi kapital muncul dalam bentuk besaran kapital yang meningkat yang masuk ke dalam proses produksi, dan ini gilirannya menjadi dasar peningkatan produktivitas kerja, Perkembagan produktivitas kerja merupakan dasar peningkatan atas nilai kapital yang ada, karena peningkatan atas produktifitas kerja akan meningkatkan massa dan kebergaman nilai pakai atas produksi yang dimana nilai tukar telah terwakili dengan sendirinya,Terbentuknya kapital tambahan tidak luput dari obyek-obyek subtansial kapital variabel maupun kapital konstan yang memproduksi komoditas yang akhirnya ditranformasikan menjadi kapital, Namun Massa kerja yang dikuasai oleh kapital tidak diaktualisasikan sesuai nilainya melainkan pada ketatapan ketersediaan bahan– bahan mentah serta ketetapan untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri, dan dengan demikian nilei lebih yang baru ditambahkan.

Bagi Marx kedua aspek yang terlibat dalam proses akumulasi tidak dapat dipandang dalam keadaan yang diam, Marx mengkrik Ricardo dalam hal ini,karena mengacuakan produksi nilai pakai dengan nilai, proses kerja dengan prosesvalorisasi,: dimana Ricardo tidak mengakui bahwa corak produksi kapitalismengandung, dalam dirinya suatu halangan bagi perkembangan bebas tenaga –tenaga produktif, suatu halangan yang muncul dari permukaan dalam krisis.

Menurut Grosmaann, Marx melihat halangan bagi perkembangan tenaga – tenaga produksi bersifat rangkap, pertama, tingkat kesempurnaan teknologi yang dapat dicapai dalam kapitalisme adalah jauh lebih rendah daripada yang semestinya dari suatu pendirian sosial, Baginya Marx adalah yang pertama menunjukkan bahwa dibawah kapitalisme, sedikitnya jangkaun atas perbaikan alat-alat produksi, dari pendirian modal, yang terpenting adalah ke-ekonomian (ekonomis) dalam pemakain kerja yang dibayar. Kedua: Persaingan mengakibatkan pemborosan yang luar biasa dari tenaga – tenaga produktif melalaui persaingan merebut jalur – jalurpemasaran, Kelebihan produksi di satu pihak dan pengagguran di pihak lainnya.

Perlawanan/pertentangan antara kapitalisme, dan tenaga–tenga produksinya, merupakan perwujutan dari kecenderungan pada suatu tingkatan produksi yang tidak terbatas dari nilai pakai– dan satu produksi yang terkekang dalam batas – batas valorisasi, Marx menulis dalm Das Kapital jilidIII,

Kontradiksi itu – dalam artian kata yang paling umum-ialah: bahwa cara produksi kapitalis melibatkan suatukecenderungan ke arah perkembangan mutlak tenaga –tenaga produktif, tanapamemandang nili –dan nilai lebih yang dikandungnya, dan bakkan tanpamenghiraukan hubumgan sosial di dalamnya dimana produksi kapital itu terjadi,sedangkan di pihak lain tujuannya ialah mempertahankan niali kapital yang adadan untuk memvalorisasi nilai ini sebesar mungkin.

Modal melaksanakan sasaran rangkap ini dengan kemajuan teknologi: dengan komposisi perkembangan modal organik yang semakin tinggi, yang pada akhirnya mempunyai kosekwensi pada, jatuhnya tingkat laba,pendepresian modal yang ada dan terjadi krisis mendadak pada proses produksi pada tingkatan – tingkatan produktif kerja dengan mengorbankan tenaga –tenaga produktif yang sudah ada (Marx, Das Kapital III)

Dan Marx menekankan kembali:

Devaluasi secara berkala dari kapital yang ada merupakan sutau alat yang akan selalu ada pada produksi kapitalis, untuk menunda kejatuhan dalam tingkatan laba, dan mempercepat akumulasi nilai kapital denagn pembentukan kapital baru, mengangu kondisi-kondisi tertentu itu di dalam mana proses sirkulasi dan reproduksi modal berlangsung, dan oleh karenanay dibarengidengan pemberhentian dan krisis mendadak dalam proses produksi.

Jatuhnya tingkatan laba,mengkibatkan  massa kapital akan bertumbuh dan bersaamaan dengan devaluasi kapital yang ada, yang menghentikan kejatuhan dan memberikan percepatan pada akumulasi kapital, dan serentak komposisi kapital menjadi tinggi, dan terdapat suatu kemerosotan kapital variabel diabandingdengan kapital konstan, dimana kemerosotan relatif kapital variabel dibandingdengan kapital konstan berkesesuain dengan dengan perkembanagn tenaga – tenaga produktif, memberikan suatu doroangan atas pemenuhan kebutuhan penduduk yang bekerja, Karena semakin besar modal yang berfungsi maka masin besar .. maka makin besar pula ketersedian tentara kerja cadangan, menrut Groesmaan pembahasan Marx dalam teori akumulasinya dimana pembentukan tentara kerja cadangan bukanlah suatu pernyataan teknik dari pengintroduksian mesin tetapi dalam ketiadaan kesempurnaan valorisasi modal yang khas pada tahapan – tahapn maju dari akumulasi kapital. Seluruh proses kapitalisme bergerak tidak beraturan melalui krisis-krisis dan devaluasi modal yang mnyertainya, sehingga tenaga produksi menemukan kemungkinan untuk divalorisasi. 

Marx menulis

Perkembanganproduktivitas kapital dicerminkan dalam dua cara – pertama: dalam ukuran tenagaproduktif yang sudah dihasilkan, skala-skal produksi dalam nilai maupun massasejauh ini merupakan kondisi – kondisi produksi yang baru berjalan dan dalambesaran mutlak kapital produktif yang sudah diakumulasi, - kedua: dalamproduksi kapital yang secara relatif rendah, dari keseluruhannya, yangdikeluarkan untuk upah –upah, yang dari kerja-guna yang diperlukan untukmemproduksidan mevalorisasi kapital tertentu.

Rintangan sesungguhnya bagi produksi kapitalis adalah kapital itu sendiri, Modal dan swapolarisasi yang muncul sebagai titik pangkal dan titik akhir sebagai motif tujuan produksi hanya produksi untuk kapital, bukan sebaliknya, yaitu untuk perkembangan pola hidup masyrakat proletar, dan rintanagn – rintangan yang didalaminya merupakan bentuk pemelihraan dan valorisai nilai – kapital mau tidak mau pasti terjadi, dan pada tahapan tertentu mengharuskan perampasan hak milikdan pemiskinan besar – besaran yang harus dialami kaum proletriat,.. maka cara produksi kapitalis secara historis untukmengembangkan kekuatan – kekuatanmaterial dari produksi dan menciptakan pasar dunia yang bekesusuain, maka diwaktu bersamaan merupakan kontradiksi yang tetap antara tugas sejarah ini dan hubungan sosial yang berkeseuain dengnnya (Marx, Das kapital III)...

Kita ketahui bersama bahwa kapitalisme hari ini telah bermetmorfosis mejadi Imprealisme, dan bagaimankah teori tentang krisis inimenempatkan Imprealisme, lenin menegaskan bahwa kapitalisme telah berkembang dengan cirikannya suatu kemacetan dan pembusukan inhern, yang dikaitkan dengan kecenderungan Monopoli – Monopoli. Dan kedua hal tersebut merupakan pakar dar ikecenderungan menuju krisis dan akan berakhir pada keruntuhan kaptalisme dalam bentuk ketidaksempurnaan valorisasi yang diakibatkan oleh hiper akumulasi. Pertumbuhan Monopoli secara intern dalm sistem kapitalisme ketidakmampuan dalam volarisasi yang berkaitan dengan akumulasi modal Groesmaan menyebut, seperti itulah watak dari agresivitas Impreallisme yang timbul dari suatu krisis Valorisasi, Maka Imprealisme adalah suatu upaya untuk memulihkan Valorisasi Modal dengan cara apapun, untukmengatasi krisis kapitalisme atau mencegah keruntuhan kapitalisme, dan ini dapat kita lihat dari kekuatan rezim imprealis dalam tingkatan Nasional, mereka akan mengintensifkan serangan terhadap klas pekerja, dan dalam politik internasional, rezim imprealis, mengubah nasion –nasion lain menjadi bagian dari kekuasaanya, ini dasar yang tersembunyi dari negara rentenir borjuasi, dan dasar dari sifat parasit kapitalisme.

Ditulis Oleh Kawan Opet

0 komentar:

Posting Komentar