Ajaran Revolusi Tan Malaka

Tan Malaka nama lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka Pada tanggal 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang –Sumatra Barat  menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.
ü      Masa anak nakal yang cerdas
Masa kecil ibrahim (tan malaka) ia lewati sebagai mana anak-anak sebaya pada umumnya ia sering di marahi ibunya karena bandel dan nakal. Pada masa pendidikan ia di tempatkan di pendidikan formal sangat terbatas dan hanya ada dua sekolah yaitu sekolah pemerintah dan sekolah kelas satu di khususkan untuk para bangsawan yang bertujuan agar mendapat pendidikan lanjuntan. Sedangkan kelas dua hanya memberikan pendidikan dasar yang rudimenter saja. Kelas dua hanya berlangsung selama tiga tahun. Pada tahun 1902 berlangsung lima tahun.
Tidak berapa lama ibrahim juga menarik simpati horensma dan isrinya karena menyukai ibrahim maka mereka menganggap sebagai anak angkat dan memanggilnya namanya ibrahim menjadi ipie. Pada tahun 1912 ibrahim mengalami kejadian yang penting yaitu pengukunhannya untuk memperoleh gelar. Sehingga di lanjutkan dengan pertunangan. Akan tetapi ibrahim menolak untuk di jodohkan. Sejak itu, Ibrahim memiliki gelar sultan Ibrahim dengan gelar datuk Tan Malaka.
ü      Masa-Masa Belajar Di Belanda
Berdasarkan keputusan dari kementrian pada tanggal 10 januari 1914. Tan Malaka mulai belajar di sekolah Harleem.di belanda menyalurkan bakat musiknya dengan memainkan biola dengan kelompok musik sekolah tersebut. Tan Malaka tinggal bersama seorang pelarian dari Belgia yng bernama Hermans dan Van der Mey.
Pada tahun 1916 Tan Malaka pindah ke Busum karena saran Fabius. Pada tahun-tahun terakhir di belanda mengalami kegagalan dalam menempuh ujian akta guru kepala. Tan Malaka merasa malu ia pulang ketanah air jika ia tidak membawa ijazah tersebut, kegelisahannya itu lambat laun berkurang semenjak Tan Malaka mulai aktif di Indisce Vereeniging.. yaitu sebuah organisasi yang perhimpunan hindia yang berdiri semenjak 1908 di Den Haag.
Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini telah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang orisinil, berbobot dan brilian hingga berperan besar dalam sejarah perjaungan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia mendapat julukan tokoh revolusioner yang legendaris. Pada tahun 1921 Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Mungkin tidak ada tokoh yang mengalami diskriminasi yang begitu hebat oleh bangsanya sendiri selain Tan Malaka pahlawan yang menjadi legenda perjuangan kemerdekaan indonesia ini bahkan masih mendapatkan perlakuan yang tidak adil walupun ia sudah sekian lama gugur dalam revolusi fisik.
Teori Tentang Negara
Banyak para ilmuan yang memberikan gagasan tentang pegertian maupun menerjemahkan tentang teori negara. Negara ialah sebuah konsep yang tidak dapat di lihat dan di cium oleh indra kita, namun satu hal di atas dunia ini ada entitas yang di sebut sebagai negara yang dapat di identifikasikan bila sudah terwujud birokrasi, lembaga-lembaga negara, tentara, polisi dan badan perwakilan.
Teori kemunculan negara
Entitas negara sebenarnya merupakan hal yang relatif baru dalam sejarah umat manusia. Ia baru muncul belakangan setelah manusia menyempurnakan perkembangangan model struktur kekuasaan di dalam masyarakat. Struktur kekuasaan sosial merupakan hal yang tak terhindarkan dalam hidupan manusia.
Pengelompokan manusia adalah keniscayaan karena manusia adalah makhluk sosisal. Artinya adalah bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia harus hidup di dalam kelompok dan masyarakat agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pemgelompokkan manusia pada sejarahnya tidak serta merta dalam negara, perlu evolusi dalam waktu yang lama sampai pada tahapan dimana manusia hidup dalam sebuah entitas negara.
Hakikat Negara Menurut Tan Malaka
Negara merupakan saebuah wilayah tertentu yang di diami oleh rakyat tertentu oleh kekuasaan yang sah dan yang tertentu pula. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Hegel yang berangkat dari dialektika pertentangan atas faham idialisme Hegel mendefinisikan negara sebagai faham kesusilaan (moral). Manusia sebagai kebenaran sebenarnya hanya dapat di tangkap oleh pikiran manusia melalui proses dialektika prses dari tesis melalui antitesis menuju sintesis yaitu lebih kepada perkembanganan masyarakat dalam lingkungan atau suatu wilayah karena Hegel menganggap bahwa sejarah manusia itu baik dari segi bersikap.
Marx menolak ajaran hegel tentang dialektika dan asas pokok dari aliran idialisme yaitu bahwa hukum dialektika hanya berlaku di dalam dunia yang abstrak yaitu dalam pikiran manusia. Marx menyatakan bahwa hukum dialektika terjadi dalam dunia keberadaan dan menyebutnya sebagai materialisme. Marx menganggap bahwa negara tidak lebih hanya sebagai alat pemaksa yang pada saatnya akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berkembangnya masyarakat komunis.negara akhirnya akan menlenyap pada saat komunis telah berhasil karena tidak ada lagi yang tertindas.
Sedangkan Lenin negara dan revolusi menyatakan bahwa dua badan yang terpenting menjadi mesinnya. Negara adalah birokrasi dan tentara. Bahwa birokrasi dan tentara adalah lintah darat yang yang melekat pada badan masyarakat borjuis, lintah darat yang timbul dari pertentangan yang membela dua masyarakat itu namun lambat laun menghisap lubang hidup masyarakat
Hakikat negara yang di sampaikan oleh Tan Malaka sebagian besar merupakan salinan dan modifikasi dari pemikiran Marx-Engels, lenin.Tan Malaka juga memiliki penjelasan sendiri dalam memaknai negara yaitu di lihat dalam beberapa tulisannya mulai dari alasan munculnya negara dalam hal ini Tan Malaka sepakat dengan Marx bahwa negara kita itu sebagai manefestasid dari pertentangan kelas. Jika di dalam masyarakat terdapat dua kelas yang bertentangan dan tak mungkin lagi di damaikan maka akan muncul sebuah kekuasaan yang akan membatasi dan menempatkan pertentangan di dalam masyarakat. Kekuasaan muncul dari masyarakat namun kemudian akan semakin mengasikan diri dari masyarakat peran negara seolah-olah sebagai wasit dari semua pertikaian yang berdiri di atas semua kepentingan.
Negara dengan sendirinya tidak ada dan tidak perlu ada jika di dalam masyarakat tidak terdapat kelas-kelas yang saling berlawanan. Perlawanan kelas tersebut di akibatkan oleh perbedaan kepemilikan alat reproduksi. Negara adalah lembaga yang mendapatkan legitimasi menindas dan menghukum. Dalam pemahaman Tan Malaka kekuasaan negara bisa ditumbangkan jka kondisi obyektif masyarakat sudah cukup. Kondisi obyektif tersebut terletak pada kebutuhan dan kemakmuran. Saat negara sudah tidak mampu lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Tan Malaka lebih banyak merujuk kepada negara kapitalis. Pengertian masa dari zaman ke tangan para proletar untuk indonesia Tan Malaka menyebutnya dengan murba)
Pertentangan kelas tidak akan terjadi, jika masyarakat terbebas dari belenggu ketergantungan terhadap ekonomi. Implikasi dari hal tersebut adalah tidak diperlukannya lagi kekuasaan yang mengikat dan membelenggu hak-hak mereka. Dengan kata lain masyarakat yang telah dalam tahapan tersebut tidak lagi memerlukan negara, yaitu tidak perlu membutuhkan alat penindas negara seperti birokrsi, tentara, mahkamah dll.
Dengan analisa khas tentang ajaran marxisme Tan Malaka memaparkan perkembangan masyarakat dan negara dengan ilmu tahapan, yaitu masyarakat komunisme asli, masyarakat budak (slave), masyarakat feodal, masyarakat kapitalis dan masyarakat sosialis. Pada tahapan pertama adalah masyarakat komunis. Negara adalah kelas di atas kelas. Pada tingkat kedua ialah dimana masyarakat telah terpecah menjadi kaya dan budak. Pada tingkat ketiga negara telah menjadi kelompok ningrat dan kaum aristokrat.
Tan Malaka berkesimpulan bahwa akan berlaku hukum dialektika dalam kemajuan sebuah negara yaitu tesis melalui antitesis menuju sintesis. Tesis adalah sebuah masyarakat yang berada atas dasar kerja sama dan memilki alat serta hasil produksi yang sama yaitu masyarakat komunisme asli, antitesis ialah adalah masyarakat kapitalis yang mulai terpecah dan menimbulkan pertentangan atas dasar milik bersama terhadap milik seseorang. Sedangkan sintesisnya ialah masyarakat seluruh dunia yang menuju masyarakat modern. Pada tahapan ini telah terjadi pertentangan dalam masyarakat kapitalis yakni pertentangan antara kaum pekerja dan majikan.
Ajaran-Ajaran Tan Malaka Jalan Menuju Revolusi Dan Jejak-Jejak Perjuangan Tan Malaka
Persatuan islam dan komunisme
Tan Malaka hidup dalam komunitas muslim yang taat ketat dan puritan. Dalam kesadarannya yang paling mendasar ia tidak hanya memahami islam sebagai sesuatu yang beku. Tan Malaka tidak menganggap islam sebagai sekadar institusi agama, namun ia meletakkan islam sebagai roh hidup dari segala aktivitasnya. Oleh karena itu ia tidak meletakkan islam sebagai sesuatu yang sakral dan transeden tapi d jadikannya sebagai jalan pembebasan atas ketertindasan manusia. Pemahaman Tan Malaka tentang islam tidak terlepas dari dinamika keagamaan. Pemahaman Tan Malaka sejalan dengan pemikiran Kasman Singodimedjo bahwa islam bukanlah sesuatu yang beku dan statis Kasman Singodimedjo menjelaskan bahwa idjitihad sebagai tanda dari ajaran islam untuk berprogresif revolusioner. Rasionalitas islam menurut Tan Malaka di buktikan dari ketiadaan hal-hal kegaiban yang berlebih seperti apa yang ada di dalam ajaran lain bahwa pertempuran Muhammad selalu menggunakan tangan dan pedangnya. Tan Malaka menyimpulkan bahwa agama monoteis yang di bawa Muhammad adalah yang paling konsekuen terus dan terus maka itulah menurut logika Muhammad adalah yang terbesar di antara para nabi yang mengajarkan monoteisme. Maka Tan Malaka menyimpulkan dengan demikian sarekat islam sebagai salah satu gerakan yang pan islamisme
Perlawanan Yang Teratur Dan Terorganisr
Penolakan Tan Malaka keputusan Prambanan pada tanggal 25 desember 1925 merupakan sesuatu sikap penting dalam sejarah hidupnya ia di tuduh sebagai Trotskydalam perspektif stalin namun ketegasan sikapnya membawa pada posisi yang benar untuk melakukan gerakan harus strategi dan taktik tidak hanya bergerak tanpa dibarengi tanpa pembecaan dan kemungkinan yang terjadi secara matang dan konprehensif
Persatuan perjuangan kelas menuju kemerdekaan 100%
Setelah kemunculannya kembali untuk melakukan perjalanan menuju anyer sampai surabaya awal oktober 1945 dari pengamanannya langsung di tengah-tengah massa rakyat, ia menyimpulkan bahwa sikap yang di ambil massa rakyat untuk melakukan perlawanan dengan mengangkat senjata berbanding terbalik dengan sikap pengecut pemerintah dan politisi di jakarta yang hanya yang mengedepankan perundingan-perundingan.
Kesimpulan Tan Malaka yang di sampaikan adalah bahwa rakyat indonesia tak perlu sangsi atas hak kemerdekaan. Hak itu adalah hak Indonesia yang di warisi oleh semangat perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang penjajahan. Rakyat harus menolak segala perjanjian yang tak didasarkan atas kemerdekaan 100%. Karena apabila tidak di dasarkan atas itu maka kemerdekaan akan merosot harganya akan lambat laun akan di jajah kembali.

0 komentar:

Posting Komentar