Bretten Woods telah menghasilkan tiga lembaga yang sering disebut sebagai “unholy trinity” yaitu IMF, Bank Dunia, dan WTO. Paska keruntuhan Bretten Woods ketiga lembaga ini masih tetap eksis dan mempengaruhi sebagian besar ekonomi politik internasional (EPI) berjalan. Dalam perkembangannya moneterisme dalam EPI terbentuk melalui Washington Consensus, Structural Adjustment dan kemudian muncul yang namanya Neo-Liberalisme. Dalam paper ini akan dijelaskan secara singkat mengenai Bank Dunia dan salah satu produk terbesarnya yaitu Structural Adjustment Program (SAP) menurut artikel “The World Bank” dari Richard Peet.
Bank Dunia merupakan sebuah “agen perkembangan” yang mempunyai misi “mimpi kita adalah dunia tanpa kemiskinan” (Peet,2009:127). Bank Dunia meminjamkan uang sampai dengan US$17juta setiap tahun kepada negara klien yang pada umumnya adalah negara dunia ketiga dan negara-negara bekas komunis. Melalui dua macam intervensinya yaitu pinjaman langsung dan pengaturan kondisi kebijakan telah membuat Bank Dunia institusi perkembangan terpenting di dunia (Peet,2009:127).
Struktur Bank Dunia terdiri dari lima spesialisasi (Peet,2009). Yang pertama adalah The International Bank for Reconstruction and Development(IBRD) yang bertugas membuat pinjaman pengembangan, jaminan pinjaman dan menawarkan jasa analisis dan konsultasi. Spesialisasi kedua adalah The International Development Association (IDA), bertugas memberikan pinjaman kepada negara-negara yang 'biasanya tidak layak kredit' di pasar keuangan internasional. Ketiga adalah The International Finance Corporation (IFC) memberikan pinjaman dan pendanaan ekuitas untuk proyek-proyek swasta di negara berkembang. Kemudian The Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA) yang terkonsentrasi pada penyediaan asuransi investasi. Dan yang terakhir adalah The International Center for Settlement of Investment Disputes (ICSID) yang memfasilitasi penyelesaian sengketa investasi antara pemerintah dan investor asing.
Tujuan dari Bank Dunia kemudian tercantum pada artikel 1 perjanjian Bretten Woods. Tujuan tersebut adalah 1) membantu rekonstruksi dan pengembangan wilayah anggota dengan memfasilitasi penanaman modal untuk tujuan produktif, termasuk pemulihan ekonomi yang hancur atau terganggu oleh perang. 2)untuk mempromosikan investasi asing swasta, 3) untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang seimbang dalam jangka panjang dalam konteks perdagangan internasional serta memberikan keseimbangan pembayaran untuk mendorong investasi dalam mengembangkan produktivitas sumber daya alam masing – masing anggota, 4) untuk mengatur pinjaman atau jaminan serta untuk memperhatikan pengaruh investasi internasional dalam ranah bisnis di negara anggota.
Salah satu pengaplikasian tujuan tersebut adalah melalui Structural Adjustment. Kecewa dengan proyek pinjaman sebelumnya, McNamara mengatakan pada 1979 bahwa Bank Dunia harus menggunakan program pinjaman untuk mendorong “reformasi” khususnya pada negara-negara “middle income” (Peet,2009:137). Strucural Adjustment kemudian akan mempromosikan orientasi ekspor dan liberalisasi perdagangan pada negara-negara di dunia. Dengan demikian tidak ada lagi negara yang “inward oriented” dan menutup perekonomiannya terhadap dunia luar.
Pada masa itu juga tumbuh pandangan bahwa negara dunia ketiga telah mengahadapi kondisi baru dimana kondisi perdagangan kian memburuk dan terjadi defisit transaksi. Hal ini yang kemudian memaksa mereka untuk mempertimbangkan kembali bagaimana mereka bisa menyesuaikan pola pembangunan dan struktur ekonomi (Peet,2009:137). Program pinjaman baru Bank Dunia kemudian dianggap sebagai solusi dengan memberikan pinjaman, memberikan perpanjangan dan memberikan dukungan langsung bagi reformasi kebijakan tertentu.
Program ini semakin didukung dengan adanya penelitian tentang pembangunan di Sub-Sahara Afrika pada tahun 1981 yang digagas olehBank’s African Strategy Review Group diikoordinasikan oleh Eliot Berg. Laporan ini menemukan bahwa masalah dasar di wilayah sub-Sahara adalah lambatnya pertumbuhan ekonomi, lambannya kinerja pertanian, tingkat pertambahan penduduk yang cepat, neraca pembayaran dan krisis fiskal. Problem ini kemudian diperburuk oleh kurang tepatnya kebijakan domestik (Peet,2009:137). Kebijakan yang kurang tepat tersebut diantaranya kebijakan perdagangan dan nilai tukar yang over-proteksi industri, terlalu banyak kendala administrasi dan sektor publik terutama pemerintahan yang korup dan tidak efisien. (Peet,2009:137). Kesimpulan dari penelitian tersebut menyebbutkan bahwa masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan merubah area makroekonomi suatu negara.
Dalam World Development Report tahun 1987 Bank Dunia mulai meletakkan peranannya dalam pinjaman Structural Adjustment. Bank mengatakan bahwa pihaknya telah semakin mengakui bahwa hampir mustahil untuk memiliki proyek investasi yang menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi dalam lingkungan kebijakan yang buruk (Peet,2009:139). Oleh karena itu Bank kemudian memperkenalkan instrumen baru untuk mendukung program pengembangan negara dan kebijakan reformasi struktural yaitu melalui structural adjustment loans berfokus pada kebijakan ekonomi makro dan perubahan kelembagaan di tingkat negara, dan pinjaman penyesuaian sektor mempromosikan kebijakan sektoral (Peet,2009:139).
Kebijakan yang harus diambil negara seiring dengan adanya structural adjustment adalah 1) kebijakan perdagangan yang meningkatkan daya saing internasional: mempertahankan nilai tukar yang realistis dan mengganti hambatan kuantitatif dengan pengurangan tarif dan memindahkan pemikiran mereka ke arah strategi perdagangan yang “outward oriented” yang akan meningkatkan kinerja perdagangan dan membantu mereka mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. 2) kebijakan yang bertujuan untuk stabilitas makroekonomi: defisit fiskal yang lebih rendah melalui pengurangan pengeluaran publik yang penting untuk meningkatkan tabungan dan meningkatkan alokasi sumber daya. 3) kebijakan pelengkap meningkatkan alokasi sumber daya, seperti menurunkan kontrol harga, peraturan investasi dan peraturan pasar tenaga kerja (seperti upah minimum yang tinggi) (Peet,2009:140).
Pada akhirnya proteksi negara pada industri telah menyebabkan industri menjadi tidak efisien dan berkualitas rendah, barang-barang juga menjadi mahal harganya. Jadi ide dari structural adjustment ini adalah untuk mengurangi hambatan perdagangan dengan cara mengalihkan fokus ekonomi negara kepada “outward oriented” bukan “inward oriented” untuk kemudian barang-barang yang diekspor diharapkan dapat bersaing kompetitif dengan pasar dunia dan pertumbuhan ekonomi negara akan berkembang pesat. Pada akhir 1980an serangkaian kebijakan structural adjustment ini akhirnya dapat terlaksana.
Sumber :
http://rizkaperdana-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-78900-Ekonomi%20Politik%20Internasional-World%20Bank%20dan%20Structural%20Adjustment.html
Peet, Richard. 2009. “The World Bank”, dalam Unholy Trinity: The IMF, World Bank and WTO. London: Zed Books, pp. 127-177
0 komentar:
Posting Komentar