MALANG, KOMPAS.com - Perajin tempe di Kota Malang, Jawa Timur, mengaku rugi atas kenaikan harga kedelai. Keuntungan yang selama ini didapat menurun hingga 50 persen. Keluhan itu disampaikan Rianto, kepada Kompas.com, Selasa (15/5/2012) malam.
"Rata-rata setiap hari dari produksi tempe sebanyak 60 kilogram menghasilkan keuntungan hingga Rp 100 ribu. Saat ini, keuntungannya hanya Rp 50 ribu. itu masih kotor," akunya.
Harga kedelai sejak tiga bulan terakhir, memang berangsur naik. Mulai harga Rp 5.500 per kilogram naik menjadi Rp 6.750 per kilogram. "Saya harus menyiasati agar keuntungannya tak terus anjlok, dengan cara mengurangi ukuran tempe atau menaikkan harga jual eceran," katanya.
Jika sebelumnya setiap potong dijual seharga Rp 2.000, sejak harga kedelai naik berubah menjadi Rp 2.500. Rianto yang sehari-harinya menjual tempe di Pasar Kedungkandang Kota Malang itu, tak mau bersikap curang, dengan menambah bahan campuran seperti singkong atau bahan campuran lain.
"Saya lebih mementingkan mutu. Karena pembeli saya sudah tahu kualitas tempe yang saya jual. Kalau dicurangi, nanti tak beli ke saya lagi. Selain itu, jika dicampur, pembeli akan protes," katanya.
Sementara itu, menurut Ketua Primkopti Bangkit Usaha Kota Malang, Choirul Anwar, kenaikan harga kedelai sudah melampaui harga ekonomis. "Seharusnya, maksimal Rp 5.500 ribu per kilogram," katanya.
Dari itu, kata Choirul pemerintah harus memperhatikan kepentingan petani kedelai. Tujuannya, agar harga stabil dan kebutuhan kedelai dipenuhi petani lokal. Apalagi, Balai Penelitian Tanaman Kacang dan Umbi-Umbian telah menemukan sejumlah varietas kedelai unggulan.
"Secara kualitas kedelai asli Indonesia tak kalah dengan kedelai impor. Agar swasembada kedelai terpenuhi secara cepat, pemerintah harus memberikan subsidi," harapnya.
Selama ini, beber Choirul, sekitar 90 persen kebutuhan kedelai diimpor dari Amerika, Kanada dan Argentina. Primkopti Bangkit Usaha Malang membutuhkan kedelai sebesar 10 ton perhari untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tempe bagi 396 perajin, yang ada di Malang. "Semoga pemerintah bisa memberikan subsidi. Kasihan petani dan para perajin tempe. Agar tak kalah saing dengan kedelai impor," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar