Suku Baduy

Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo(Garna, 1993). Konon pada sekitar abad ke XI dan XII Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah Pasundan yakni dari Banten, Bogor, priangan samapai ke wilayah Cirebon, pada waktu itu yang menjadi Rajanya adalah Prabu Bramaiya Maisatandraman dengan gelar Prabu Siliwangi. Kemudian pada sekitar abad ke XV dengan masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini adalah Sunan Gunung Jati dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan daerah Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh dikarenakan rakyatnya banyak yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan para ponggawa yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan tempat asalnya dengan tekad seperti yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy “ Jauh teu puguh nu dijugjug, leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir, nyalindung dina gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang jeung paduduluran nu saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa wangatua” Artinya : “jauh tidak menentu yang tuju ( Jugjug ),berjalan tanpa ada tujuan, berjalan ditepi tebing, berlindung dibalik gunung, lebih baik malu dan hina dari pada harus berperang dengan sanak saudara ataupun keluarga yang masih satu turunan“.

Keturunan ini yang sekarang bertempat tinggal di kampong Cibeo (Baduy Dalam) dengan cirri-ciri : berbaju putih hasil jaitan tangan (baju sangsang), ikat kepala putih, memakai sarung biru tua (tenunan sendiri) sampai di atas lutut, dan sifat penampilannya jarang bicara (seperlunya) tapi amanah, kuat terhadap Hukum adat, tidak mudah terpengaruh, berpendirian kuat tapi bijaksana.

Versi lain menurut cerita yang menjadi senopati di Banten pada waktu itu adalah putra dari Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Seda dengan gelar Prabu Pucuk Umun setelah Cirebon dan sekitarnya dikuasai oleh Sunan Gunung Jati, maka beliau mengutus putranya yang bernama Sultan Hasanudin bersama para prajuritnya untuk mengembangkan agama Islam di wilayah Banten dan sekitarnya. Sehingga situasi di Banten Prabu Pucuk Umun bersama para ponggawa dan prajurutnya meninggalkan tahta di Banten memasuki hutan belantara dan menyelusuri sungai Ciujung sampai ke Hulu sungai , maka tempat ini mereka sebut Lembur Singkur Mandala Singkah yang maksudnya tempat yang sunyi untuk meninggalkan perang dan akhirnya tempat ini disebut GOA/ Panembahan Arca Domas yang sangat di keramatkan. Keturunan ini yang kemudian menetap di kampung Cikeusik ( Baduy Dalam ) dengan Khas sama dengan di kampong Cikeusik yaitu : wataknya keras,acuh, sulit untuk diajak bicara (hanya seperlunya), kuat terhadap hukum Adat, tidak mudah menerima bantuan orang lain yang sifatnya pemberian, memakai baju putih (blacu) atau dari tenunan serat daun Pelah, iket kepala putih memakai sarung tenun biru tua (diatas lutut).


Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud suku Pengawinan adalah dari percampuran suku-suku yang pada waktu itu ada yang berasal dari daerah Sumedang, priangan, Bogor, Cirebon juga dari Banten. Jadi kebanyakanmereka itu terdiri dari orang-orang yang melangggar adat sehingga oleh Prabu Siliwangi dan Prabu Pucuk Umun dibuang ke suatu daerah tertentu. Golongan inipun ikut terdesak oleh perkembangan agama Islam sehingga kabur terpencar kebeberapa daerah perkampungan tapi ada juga yang kabur kehutan belantara, sehingga ada yang tinggal di Guradog kecamatan Maja, ada yang terus menetap di kampong Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yang menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang, maka ditempat-tempat tersebut di atas masih ada kesamaan cirikhas tersendiri. Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan sungai Cisimeut yang masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping ( Baduy Luar ) desa Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh bepergian dengan naik kendaraan, berladang berpindah-pindah, menjadi buruh tani, mudah diajak berbicara tapi masih tetap terpengaruh adanya hukum adat karena merekan masih harus patuh dan taat terhadap Hukum adat.


Suku Baduy berasal dari daerah di wilayah Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak umumnya sewilayah Banten maka suku Baduy berasal dari 3 tempat sehingga baik dari cara berpakaian, penampilan serta sifatnyapun sangat berbeda Sebutan bagi suku Baduy terdiri dari:


Suku Baduy Dalam yang artinya suku Baduy yang berdomisili di Tiga Tangtu (Kepuunan) yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana. 


Suku Baduy Panamping artinya suku Baduy yang bedomisili di luar Tangtu yang menempati di 27 kampung di desa Kanekes yang masih terikatoleh Hukum adat dibawah pimpinan Puuun (kepala adat).


Suku Baduy Muslim yaitu suku Baduy yang telah dimukimkan dan telah mengikuti ajaran agama Islam dan prilakunya telah mulai mengikuti masyarakat luar serta sudah tidak mengikuti Hukum adat.

Maaf Aku Bukan Tani Berdasi


Ingatkah kita Tanggal 24 September 1960 UU Pokok Agraria dibuat. Penetapan Hari Tani ini untuk terus mengingatkan kita bahwa petani adalah salah satu soko guru bangsa ini yang kerap dilupakan. Semangat dari UUPA No. 5/1960 ini bertujuan membongkar ketidakadilan struktur agraria dan membawa kemakmuran bagi rakyat Indonesia yang sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Semangat yang masih relevan hingga hari ini. Begitu besarnya perlindungan terhadap petani dalam undang-undang ini dengan menegaskan bahwa tanah-tanah pertanian ditujukan dan diutamakan bagi mereka yang menggarapnya.

Terkadang dialektika tidak mampu mengalahkan apa yang seharusnya terjadi. kontradiksi demi kontradiksi terus terjadi khususnya pada kaum Tani yang menjerit dengan naik bahan baku dan lain-lain.

Misalnya Kapitalisme bangsat yang ingin mencengkeram kulonprogo, tanpa henti-henti menginginkan ekspansi khususnya tanah yang telah dimliki masyarakat kulonprogo. heh, aparat negara apakah kau dalam keadaan mati ?

Belum lagi skala nasionalisasi, sebagaimana harga getah dijambi dan tembakau dikendal harga rokok sudah dinaikkan. Namun, petani belum selayaknya mendapatkan kesejahteraan.

penggusuran yang hampir terdengar disekitar jawa, sumatera, papua, kalimantan dan lain-lain. ini menunjukkan sebuah bukti bahwa negara sekarang lagi gawat darurat perlu dibenahi dari bawah sampai atas. alias Nasionalisasi Aset Sekarang Juga dan Usir Komprador-Komprador Kapitalisme dari Indonesia Tercinta''''''''''''''''''

Pesan dari Ayah Tercinta :

...........Nak, teruslah berjuang kejarlah mimpi dengan teriak-teriakan mimpimu Bahwa orang Bertani tak mungkin lapar, miskin bahkan mati sekalipun. Kesejahteraan yang dicabut dari Tani adalah ketika alat produksinya dialihfungsikan untuk penguasa...........

TeriakKU

BBBBBBBBBBBEEEEEEEEEEEERRRRRRRRTTTTTTAAAAAAAAAANIIIIIIIIIIIIIIIIIII
AAAAAAAAATTTTTTTTTAAAAAAAAUUUUUUUUU
MMMMMMMMMMAAAAAAAAAAAAAAATTTTTTTTTTIIIIIIIII

Revolusi Rusia


A. Revolusi Rusia 1917 

Pada tahun 1917, rakyat Rusia memberontak terhadap pemimpin mereka Tsar.Atau bernama lengkap Tsar Nicholas II.

—Hasilnya adalah sistem pemerintahan yang benar-benar baru dengan ideologi komunis yang seharusnya merupakan pemberian kekuasaan bagi kelompok biasa, tetapi hanya dikuasai oleh beberapa orang yang mengontrol negara dengan penuh teror. 

B. Latar Belakang Terjadinya Revolusi Rusia

Sebab-sebab terjadinya revolusi Rusia 1917 antara lain karena :

Ø Ketidaksukaan rakyat terhadap kepemimpinan Tsar Nicholas II.
Ø Adanya perbedaan sosial yang mencolok antara kaum bangsawan dan rakyat.
Ø Perubahan agraria yang tidak memberikan dampak pada para petani.
Ø Kekalahan perang dengan Jepang pada tahun 1905, juga
Ø Perbedaan sosial yang mencolok antara kehidupan Tsar dan para bangsawan yang mewah dengan kehidupan rakyat biasa yang kesulitan dan miskin.

C. Jalannya Revolusi Rusia

· Pada tahun 1905, kekalahan memalukan diderita oleh Rusia dalam perang melawan Jepang.
· Pada Februari 1917 pemberontakan terjadi pada 23 – 25 Februari 1917.
· Terjadi pemogokan dan demonstrasi besar-besaran di kota Pertograd, dan tentara yang diutus menghentikan demonstran malah berbalik mendukung demonstran.
· Akhirnya 2 Maret 1917, Tsar Nicolas II dipaksa mengundurkan diri dan kemudian didirikan pemerintahan sementara (Vremennoye Pravitelstvo) yang dipimpin oleh kaum kadet.
· Pada tanggal 2 – 3 Juni 1917 Pertograd diguncang oleh demonstrasi yang dilakukan oleh tentara, pelaut dan pekerja.
· Akhirnya pada 24 Juni, kembali dibentuk pemerintahan koalisi kedua
· Program pemerintahan kedua dipimpin oleh Karensky. Ialah yang menjunjung kembali kehormatan Rusia yang merosot akibat perang.
· Setelah itu bentuk negaranya berubah menjadi Republik.
· Untuk mengembalikan kehormatan Rusia, Karensky memutuskan untuk menyerang Jerman secara besar-besaran. Namun gagal karena tidak mendapat dukungan dari rakyat.
· Keadaan dimanfaatkan oleh kaum Bolshevik, dengan cara diam-diam telah mempersiapkan pemberontakan jauh sebelumnya. Mereka membentuk pemerintahan sendiri tentara sendiri yang disebut Tentara Merah, dan menyebarkan propaganda antipemerintahan Borjuis
· Sebelum menyerang Istana Musim Dingin, yang menjadi simbol kekuasaan pemerintahan, kaum Bolshevik yang dipimpin oleh Lenin, terlebih dulu menguasai objek-objek vital seperti.
· Jembatan
· Pembangkit Listrik
· Bank
· Stasiun Kereta Api
· Lenin melakukan pemberontakan bersenjata yang mendapat tantangan dari tokoh komunis Lev Kamenev dan Grigory Zinoviov. Namun suara mereka dapat dikalahkan oleh Lenin.

D. Terjadinya Perang Saudara

· Pada masa pemerintahan Lenin terjadi perang saudara (Grazhdanskaya Voina)antara tentara merah dan tentara putih.
· Tentara putih adalah para pendukung Tsar yang memberontak di bawah pimpinan Jendral Denikin dan Wrangler.
· Tentara Merah adalah semua pasukan tentara Lenin.
· Pasukan tentara putih mendapat dukungan dari negara-negara sekutu karena ingin menghalau meluasnya paham komunis.
· Pada bulan Maret dan April 1918, pasukan negara-negara sekutu telah berada di teritori Rusia namun tidak memberi pengaruh apa-apa bagi Rusia.
· 2 tahun kemudian, kemenangan menjadi milik tentara merah karena pasukan tentara asing terpisah-pisah sehingga dapat dipatahkan oleh tentara merah.
· Akhirnya setelah perang saudara terbentuk 6 Republik yang berdaulat di wilayah bekas imperium Rusia, yakni Rusia, Ukraina, Belorusia, Armenia, dan Georgia.
· Tanggal 30 Desember 1922 terbentuklah U.S.S.R yang dipimpin oleh Lenin.
· Terjadi kekacauan ekonomi, karena banyak petani besar yang tidak mau menyerahkan hasil pertaniannya kepada pemerintah saat sistem ekonomi komunis berlaku.
· Melihat hal tersebut, Lenin mengubah sistem ekonominya menjadi NPP atau New Political Policy.
· Lenin meninggal 2 tahun setelah U.S.S.R. terbentuk tepatnya pada tahun 1924.
· Terdapat dua tokoh yang dapat menggantikan Lenin, yakni Stalin dan Trotsky. Namun kedua tokoh ini memiliki pandangan yang berbeda.
· Pada akhirnya Lenin digantikan oleh Stalin dengan struktur pemerintahannya yang menempatkan seluruh elemen negara di bawah kekuasaanya.
· Kebijakan tersebut berakhir setelah Stalin meninggal pada tahun 1953.

E. Dampak Revolusi Komunis

· Munculnya pemerintahan satu Partai (Partai Komunis).
· Timbulnya Soviet-Demokrasi sebagai lawan dari Liberal-Demokrasi.
· Meluasnya Komunisme ke seluruh penjuru dunia.
· Hingga saat ini, Komunisme merupakan faktor yang tidak dapat dilupakan dalam dunia politik dunia.

1+1 ?


Jika, gempa bumi saja, bisa menghasilkan getaran yang menghancurkan dengan berskala Richter. Apalagi getaran cinta ? yeach itulah namanya cinta. Rumusan studi yang sulit diukur dengan Barometer, penuh dengan perilaku Provokatif, bahasa yang Hiperbolaistik dan mungkinkah cinta bisa menjanjikan suatu kepastian ?

Tentu jawaban yang sebenarnya tidak bisa dijawab seorang Dosen, Professor, Doktor. Bahkan, seorang ahli sekalipun. Kajian matematika bisa saja mampu menghasilkan kepastian 1+1=2 . Kemudian, materialisme dialektika historis (MDH) dengan rumusan kontradiksi. Antara klas proletariat dan borjuasi adalah kondisi klas yang tidak mungkin didamaikan. Bagaimana kajian ini memberikan suatu kepastian siapa klas yang penghisap maupun yang ditindas. Karena sudah ditakdirkan Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan. Tentunya gak ada salahnya donk...layaknya seorang filsuf akan mengatakan why ? Kenapa persoalan cinta tidak bisa diilmiahkan.

Yeachh seorang agamawan yang alim saja belum ada jaminan apakah posisinya masuk surga maupun neraka semasa ia masih hidup didunia. Jawabannya adalah yea kepengen tahu dia masuk surga maupun neraka yea harus mati dulu donk. Namun, seorang tokoh revolusioner uni soviet sebut saja Lenin namanya, memperkenalkan “ jadilah intelektual yang progressif dan revolusioner”. Maksudnya, progressifitas dalam teoritis adalah sesuatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan kondisi material atau dilapangan alias praktek. Terus korelasinya dengan cinta ? yea korelasinya dengan cinta, jawabannya tentu ada dibenak masing-masing yang telah memilikinya yakni CINTA. Apakah anda sudah memilikinya ? yea penulisnya kurang tahu. Tapi, yang pasti begini. “Ibarat bumi dan bulan “. Dalam kajian Fisika disebutkan; bahwa bumi tidak akan pernah berputar kerotasinya, ketika satelitnya itu tidak ada. Dalam artian karena adanya bulanlah bumi itu berputar. Istilah yang lain, bulan menarik gravitasi bumi. Kemudian, menciptakan pasang-surut dimuka bumi”. Seterusnya siang dan malam.  Kesimpulannya yea, Yang Maha Kuasa menciptakan segala sesuatunya pasti memiliki  sebuah  tujuan. Adanya berpasang-pasangan bisa menutupi kelebihan maupun kekurangan satu sama lain, suatu kepastian saling memiliki akan hadir. Yea sebaliknya wanita, gak mungkin donk wanita itu mampu bisa hidup kesendirian, Tanpa diciptakan seorang ROMEO. Tentu love dalam hal ini sosok yang normal bisa hadir dikehidupan manusia....berjalan sesuai harapan...yea... entahlah... sisi negatif atau positif yea tanyakan saja sama dokter cinta alias Ahmad Dhani yang sebentar lagi akan mendekam kepenjara....hehehehehehe lebay boleh saja....tapi, jangan keterlaluan yea...anggap saja tulisan ini sebagai refreshing otak masing-masing pembaca. Serta dilarang untuk dijadikan kutipan skripsi.



Happy Birthday Retno


Tiada doa yang bisa kupanjatkan,,,
Selain doa semoga panjang umur dan bahagia,,,
Semoga akal semakin luas dan cerdas,,, 
semoga hati semakin bersih dan bijak,,, 
semoga jasad semakin cekatan dan terampil dalam berbuat kebajikan…
Selamat Ulang Tahun.....Retno  GirliciiaUuss....

MY WAY (마이 웨이)


MY WAY (마이 웨이)

Sutradara  Kang Je-Gyu
Produksi CJ Entertainment, SK Movies, 2012
Sinopsis-Nya :

Di masa pemerintahan kolonial Jepang atas Korea, dua orang anak laki-laki tumbuh dengan ambisi menjadi pelari marathon olimpiade. Tatsuo Hasegawa (later played by Joe Odagiri) adalah cucu seorang Jendral Jepang, sementara Kim Jun-Shik (later played by Jang Dong-Gun) adalah anak pekerja penjaga peternakan sang Jendral. Sebuah insiden kemudian meninggalkan konflik diantara keduanya, hingga keduanya bertemu kembali di sebuahTokyo Olympics. Jun-Shik yang merupakan peserta underdog dan kesehariannya menjadi penarik becak berhasil memenangkan pertandingan dan mencoreng malu di wajah Jepang dengan Tatsuo yang tetap berstatus bangsawan dan calon dokter sehingga memperuncing konflik diantara keduanya. Hasilnya, kemenangan Jun-Shik tak diakui dan rekan-rekannya yang ikut memberontak dijatuhi hukuman untuk mendaftar paksa sebagai prajurit Jepang. Disana, Jun-Shik yang mendapat tekanan dari prajurit Jepang malah tergerak untuk menyelamatkan seorang sniper Cina, Shirai (Fan Bing Bing) yang merupakan tentara musuh. Tekanan itu makin bertambah kala Tatsuo yang sudah berpangkat kolonel di masa-masa Perang Dunia II menemukan jalannya untuk memimpin pasukan Jun-Shik. Tujuannya hanya satu, menyiksa pelan-pelan rivalnya, namun perang yang berkembang membuat mereka bersama menjadi tawanan Soviet di kamp konsentrasiGulag, berperang untuk Jerman sampai akhirnya semua memuncak di tengah serangan D-Day AS ke Normandia. Dan seperti pelari profesional, Jun-Shik tak akan pernah berhenti sampai sejauh mana ia bisa.


Sekilas Info pra Produksi :

Nama-nama sineas Korea Selatan seperti Kim Ki-Duk, Park Chan-Wook atau Na Hong-Jinmungkin sudah bersinar atas film-film Korsel yang go-international ke festival-festival dan dipuji kritikus dimana-mana dengan style mereka dalam trend sekarang. Penuh twist, mostly like an artwork, penuh kesadisan fisik atau psikologis yang sangat dalam. Namun jangan pernah lupa dengan Kang Je-Gyu / Kang Je-Kyu. Dalam terms blockbuster, ia memang bekerja seperti seorang Steven Spielberg, bahkan ada yang menganggapnya sekelas Michael Bay. Ia tak pernah muncul dengan kedalaman plot dan dalam-dalam yang lain, kecuali dalam visual dan emosi yang kesannya sangat pop, kadang terasa sangatHollywood blockbusters. Penuh dengan klise-klise, adegan-adegan yang ‘inspired from’ (biasanya dari film-film raksasa Hollywood) dan ekplosifitas lainnya termasuk bujet. Tanpa dia, tak akan pernah perfilman Korsel melebarkan sayap sebesar sekarang. ‘Shiri’ (1999) adalah tonggak menginternasionalnya perfilman mereka, dan awal-awal masa keemasan ini berlanjut lagi dengan ‘Taegukgi’ (2004) yang semakin membawa perfilman mereka dikenal belahan dunia lain. Sebuah ‘versi lain’ (baca=unofficial remake, bila Anda menuduhnya begitu) dari ‘Saving Private Ryan’ dengan porsi hati yang kelewat gede bahkan visual yang nyaris melampauinya.


groundbreaking bagi perfilman mereka, Je-Gyu kembali dengan tema yang tak jauh dari ‘Taegukgi’. Sebuah drama tentang ikatan laki-laki di tengah kekejaman perang sebagai dasarnya, tapi tak akan sulit digolongkan sebagai ‘war movies’ atas tampilannya. Dan ini, juga sebuah karya groundbreaking, dalam hal bujet yang mencapai hampir 30.000.000 KW (Korean-Won), sepantaran bujet produksi film-film Hollywood, over 16.000 extras dari berbagai bangsa (dua pemeran utamanya saja dari Korsel dan Jepang, masing-masing adalah first rate idols, plus Fan Bing Bing dari China), 5500 shots (2000 lebihnya dipoles dengan CGI), 5 negara untuk set (Korea, China, Perancis, Rusia dan Latvia) plus set sebesar 250 hektar, 5 bahasa dalam skenario, dan masa pembuatan nyaris 10 bulan dengan riset bertahun. Itu masih ditambah lagi dengan lebih dari 57.000 peluru yang ditembakkan plus setahun lebih melobi seorang Andrea Bocelli untuk mau menyanyikan theme song yang ditulis khusus untuknya, ‘To Find My Way’. Sebelum peredaran luasnya, promo dan premierenya juga sudah melanglang buana ke berbagai festival dunia. Just huge.

So what about the title ‘My Way’ and olympic runners theme? Ah, mungkin saja Je-Gyujuga terinspirasi mengganti judul awalnya, ‘D-Day’ menjadi ‘My Way’ dari sebuah film produksi Afrika Selatan tahun 1972 (Emil Nofal & Roy Sargent; directors) berjudul sama yang meski terlupakan di negaranya tapi cukup besar gaungnya di Asia termasuk Indonesia yang baru mengedarkannya di era trend film-film tentang pelari bertahun-tahun setelahnya. Apalagi, film itu menjual popularitas lagu ‘My Way’ yang sangat everlasting sampai sekarang. Meski sebagian besarnya adalah perang, that runner themes, memegang peranan penting dalam latar keseluruhan film ini, sama seperti cinta dan persaudaraan, masing-masing dalam ‘Shiri’ dan ‘Taegukgi’. Dan Je-Gyu, apapun itu, tak pernah jauh-jauh dari tema ‘bonds between men’. So you’ve already got the picture what this is all about, let’s go to the plot.


Dari proses produksi rumit dengan bujet dan persiapan raksasa itu, Je-Gyu sudah membangun ‘My Way’ di kelas blockbuster seperti yang diharapkan. Intensitas adegan perang dan drama POW (Prisoner Of War) yang kabarnya diadaptasi secara lepas dari kisah nyata yang pernah disaksikan Je-Gyu lewat sebuah dokumenter, tampil dengan solid tanpa menyisakan prolog yang terlalu lama sebagai salah satu pencapaian terbaik dari sinema genre perang berkelas dunia. It grabbed us and never let go, dengan pengadeganan yang meski mengingatkan kita ke blockbuster-blockbuster Hollywood, dari ‘North By Northwest’ sampai ‘Pearl Harbor’ dan tentunya lagi-lagi, ‘Saving Private Ryan’, kadang nyaris menyamai dan di beberapa sisi lain muncul bahkan lebih dahsyat dari aslinya. Rentetan letusan senjata, man on man fights, ledakan demi ledakan, tank war, pesawat tempur, percikan mesiu yang menyentuh lensa kamera yang menggunakan teknik shakycam, semua hanya punya satu terjemahan. Kolosal luar biasa. Set buatan hingga yang mengambil lokasi antarnegara itu bersama kostum dan production values lainnya pun tak kalah solid, tak sekalipun terasa tersia-sia, termasuk sinematografi dan efek spesial yang tetap terjaga. Semua bergantian menyajikan keindahan visual dibalik kekejaman perang yang digambarkan, dibalik skor Lee Dong-Jun (juga komposer ‘Shiri’ dan ‘Taegukgi’) yang di-set dengan orkestrasi penuh.


Namun tampaknya Je-Gyu kali ini terbentur di dramatisasinya. Tak seperti ‘Taegukgi’ yang menusuk sampai ke hati dalam memancarkan empati penuh terhadap persaudaraan dua karakter utamanya, bahkan lovestory dalam ‘Shiri’ yang juga sama terasa mencuat ke depan melebihi pameran actionnya, tema ‘bonds between men’ dalam ‘My Way’ terasa terlalu bertabur hingga tak lagi bisa fokus ke salah satunya. Je-Gyu agaknya terlalu sibuk membangun heroisme dalam karakter Jun-Shik tanpa lagi menyisakan empati bagi Tatsuo dalam turnover yang kelewat singkat, meskipun ini bisajadi untuk mendeskripsikan hubungan mereka yang menjadi pesan utama dalam tagline-nya (‘In A World At War, My Enemy Is My Salvation’). Begitu hitam putihnya garis batas karakterisasi itu ditekan sampai ke titik paling maksimal, hingga heroisme dan envy-ness itu kadang terasa over-portion serta tak sejalan dengan eksekusi endingnya, dan memang dibawakan dengan style komikal oleh para pendukungnya. Bukan berarti akting mereka tak bagus, terlebih Fan Bing Bing yang tampil singkat namun sangat berkesan bersama karakter Jong-Dae yang diperankan oleh Kim In-Kwon. Tapi apa boleh buat, skenario yang ditulis Je-Gyu bersamaNa-Hyeon sudah seperti itu. Sedikit banyak, ini juga punya dampak terhadap karakter-karakter sampingan yang disempalkan demi dramatisasi atas ekses kekejaman perang yang bisa merubah jiwa-jiwa manusia di dalamnya, hingga jadi tak lagi kelihatan begitu berarti. Bahkan skor Lee Dong-Jun, which at many times terasa kelewat majestis untuk memancing emosi pun tak bisa sepenuhnya menyelamatkan ini.


And so, what’s left dari film yang seharusnya bisa menjadi mahakarya dari Kang Je-Gyusetelah ‘Shiri’ dan dalam skala yang hampir sama besar, ‘Taegukgi’, adalah adegan-adegan perang berbalut efek yang memang memberikan kepuasan atas ekspektasi sebesar proses produksinya. Dari luar, dramatisasinya boleh saja mengharu biru sebagian orang, but if you look deeper, dan pernah merasakan bagaimana sempalan tema cinta dan persaudaraan dari dua film Je-Gyu sebelumnya terasa begitu menghujam ke dasar hati paling dalam, mostly ‘Taegukgi’ yang akan membuat Anda meneteskan airmata, that’s if you’re still a human, you’ll be with me. ‘My Way’ jelas sebuah karya Je-Gyu yang lagi-lagi, menunjukkan kualitas epik dan groundbreaking-nya serta sekali lagi meyakinkan para produser bahwa ia bukan orang yang salah untuk diserahi bujet terbesar dalam sejarah sinema mereka. Bagus sekali, but in terms of blockbusters that blended perfectly with its dramatizations, ini tak bisa menyaingi ‘Taegukgi’. (dan)

http://danieldokter.wordpress.com/2012/05/28/review-my-way-2012/


Kebudayaan Tradisional di Negara Jepang

Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negara-negara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang telah mengembangkan budayanya yang unik sambil mengintegrasikan masukan-masukan dari luar itu. Gaya hidup orang Jepang dewasa ini merupakan perpaduan budaya tradisional di bawah pengaruh Asia dan budaya modern Barat.

Seni pertunjukan tradisional yang masih berjaya di Jepang dewasa ini adalah antara lain kabuki, noh, kyogen dan bunraku.
Kabuki adalah sebuah bentuk teater klasik yang mengalami evolusi pada awal abad ke-17. Ciri khasnya berupa irama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh para aktor, kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung. Make-up menonjolkan sifat dan suasana hati tokoh yang dibawakan aktor. Kebanyakan lakon mengambil tema masa abad pertengahan atau zaman Edo, dan semua aktor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria.
Noh adalah bentuk teater musikal yang tertua di Jepang. Penceritaan tidak hanya dilakukan dengan dialog tapi juga dengan utai (nyanyian), hayashi (iringan musik), dan tari-tarian. Ciri khas lainnya adalah sang aktor utama yang berpakaian kostum sutera bersulam warna-warni, dan mengenakan topeng kayu berlapis lacquer. Topeng-topeng itu menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.

Kyogen adalah sebuah bentuk teater klasik lelucon yang dipagelarkan dengan aksi dan dialog yang amat bergaya. Ditampilkan di sela-sela pagelaran noh, meski sekarang terkadang ditampilkan secara tunggal.
Bunraku, yang menjadi populer sekitar akhir abad ke-16, merupakan jenis teater boneka yang dimainkan dengan iringan nyanyian bercerita dan musik yang dimainkan dengan shamisen (alat musik petik berdawai tiga). Bunraku dikenal sebagai salah satu bentuk teater boneka yang paling halus di dunia. 

Berbagai seni tradisional lainnya, seperti upacara minum teh dan ikebana (merangkai bunga), terus hidup sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Upacara minum teh (sado atau chado) adalah tata-cara yang diatur sangat halus dan teliti untuk menghidangkan dan minum teh hijau matcha (dalam bentuk bubuk). Ada hal yang lebih penting daripada ritual membuat dan menyajikan teh, karena upacara ini merupakan rangkaian seni yang mendalam yang membutuhkan pengetahuan yang luas dan kepekaan yang sangat halus. Sado juga menjajaki tujuan hidup dan mendorong timbulnya apresiasi terhadap alam.

Seni merangkai bunga Jepang (ikebana), yang mengalami evolusi di Jepang selama tujuh abad, berasal dari sajian bunga Budhis di masa awalnya.

Seni ini berbeda dengan penggunaan bunga yang murni bersifat dekoratif saja, karena setiap unsur dari sebuah karya ikebana dipilih secara sangat cermat termasuk bahan tanaman, wadah di mana ranting dan bunga akan ditempatkan, serta keterkaitan ranting-ranting dengan wadahnya dan ruang di sekitarnya.

KEBUDAYAAN MODERN

Musik klasik masuk ke Jepang dari Barat. Penggemarnya cukup banyak dan sejumlah konser diadakan di berbagai tempat di Jepang. Jepang telah melahirkan banyak konduktor (seperti Ozawa Seiji), pianis, dan pemain biola dan mereka melakukan pertunjukan di seluruh dunia.

Sejak Kurosawa Akira memenangkan Golden Lion Award di Festival Film Venice pada tahun 1951, dunia perfilman Jepang menjadi pusat perhatian dunia, dan karya-karya dari sutradara besar seperti Mizoguchi Kenji dan Ozu Yasujiro mendapat sambutan luas. Pada tahun-tahun terakhir ini, Kitano Takeshi memenangkan Golden Lion Award pada Festival Film Venice 1997 dengan karyanya HANA-BI dan meraih penghargaan sebagai sutradara terbaik pada festival tahun 2003 dengan karyanya Zatoichi.
Film anime (kartun) Jepang yang menjadi hiburan bagi anak-anak Jepang sejak tahun 1960-an, kini diekspor ke seluruh dunia. Ada seri yang menjadi favorit anak-anak seluruh dunia, seperti Astro Boy, Doraemon, Sailor Moon, Detective Conan, dan Dragonball Z. Sementara itu, karya sutradara Miyazaki Hayao, Spirited Away, memenangkan Oscar sebagai film cerita kartun terbaik pada tahun 2003.

Untuk sastra, ada sejumlah pemenang Hadiah Nobel, yaitu Kawabata Yasunari dan Oe Kenzaburo. Sementara itu, karya-karya para pengarang yang lebih modern sepertiMurakami Haruki dan Yoshimoto Banana populer di kalangan kaum muda Jepang dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa.

http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp_09.html

Konflik Suriah Picu Rusia Melawan Amerika

Amerika Serikat dan Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, Penggunaan senjata kimia dalam perang sipil di Suriah menyisakan dua kubu besar di kalangan internasional. Kubu pertama, yakni mereka yang ingin menyerang Suriah dan kelompok kedua, yang menentang invasi. Kubu pertama dipimpin oleh Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris. Hanya, kongres Inggris menolak keinginan Perdana Menteri Inggris David Cameron untuk terlibat dalam penyerangan. Sejumlah negara Teluk, seperti Arab Saudi dan Qatar, diketahui telah sejak lama memasok senjata buat oposisi.

Kubu kedua, yakni kelompok negara yang menentang serangan tersebut. Rusia merupakan negara yang berdiri paling depan dalam barisan ini, selain Cina dan Iran. Bagi Rusia, Suriah merupakan pertaruhan gengsinya dengan AS. Berbeda dengan Iran yang memiliki kedekatan secara aliran dengan Presiden Bashar al-Assad (sama-sama Syiah), Rusia memiliki hubungan bisnis dan historis yang cukup panjang dengan rezim Assad.

Hubungan Rusia (dulu Uni Soviet) telah berlangsung selama beberapa dekade, bahkan sejak ayah Bashar al-Assad, Hafez al-Assad, berkuasa. Pada 1972, Hafez al-Assad telah menandatangani perjanjian pakta pertahanan keamanan dengan Rusia. Selama era itu, Moskow mengirimkan senjata senilai 135 juta dolar AS ke Damaskus. Pada 1980, Assad dan Presiden Uni Soviet Leonid Brezhnev bahkan menandatangani pakta kerja sama lanjutan selama 20 tahun terakhir.

Pemimpin Soviet terakhir, Mikhail Gorbachev, pada 1987 pernah mengatakan menjamin akan terus melanjutkan bantuan ekonomi dan militernya untuk Suriah. Janji ini terus dipegang hingga Hafez al-Assad digantikan oleh Bashar al-Assad. Di sisi lain, partai politik di Suriah dikuasai oleh Partai Bath yang dikategorikan masuk dalam kelompok sayap kiri. Kedekatan pandangan atau ideologi politik dengan Uni Soviet ini merekatkan keduanya. Selain dengan Suriah, Uni Soviet juga dekat dengan rezim Irak Saddam Husein yang telah diluluhlantakkan oleh AS dan sekutu.

Karena itu, jika Assad berhasil digulingkan dan Suriah berhasil ditaklukkan Barat dan sekutunya, ini bisa menjadi tamparan besar buat Presiden Rusia Vladimir Putin. Padahal, Putin telah berjanji akan mengembalikan masa kejayaan Rusia setelah sebelumnya, Negeri Beruang Merah itu bergelut dalam persoalan ekonomi.

Washington Post menulis ada empat alasan mengapa Rusia ingin melindungi Assad. Pertama, Rusia memiliki pangkalan di Suriah yang cukup strategis. Pangkalan ini merupakan markas militer terakhir Rusia di luar negara-negara Uni Soviet. Kedua, Rusia masih memiliki jiwa mental perang dingin. Dia ingin tetap mempertahankan aliansi militer terakhirnya. Ketiga, Rusia membenci ide intervensi Barat seperti yang dilakukan terhadap Suriah. Keempat, Suriah telah membeli perlengkapan militer cukup besar dari Rusia. Sejak abad 20, Rusia mungkin telah menjual lebih dari 1,5 miliar dolar AS senjata ke Suriah. Belakangan, Rusia dikabarkan telah menjual pesawat tempur MiG-29 dan s-300 ke Suriah.

Dalam tanggapan terakhirnya soal rencana serangan Barat ke Suriah, Putin meminta AS dan sekutunya agar membuktikan terlebih dahulu apakah Assad benar menggunakan senjata kimia ataukah tidak. Dia juga menilai ini hanya provokasi dari negara-negara tertentu. Rusia merupakan salah satu negara tetap Dewan Keamanan (DK) PBB. Rusia bersama Cina berulang kali mengeblok keinginan Barat yang ingin menjatuhkan Assad melalui resolusinya. Kecurigaan Putin bahwa senjata kimia itu merupakan propaganda kelompok tertentu dapat dimaklumi. Karena, memang saat insiden serangan senjata kimia itu berlangsung, masih memiliki posisi cukup kuat dan tidak dalam keadaan terdesak.

Media Iran, Press TV dalam salah satu artikelnya mengatakan, senjata kimia berasal dari intelijen Arab Saudi. Laporan ini memang tidak sepenuhnya bisa diterima. Namun, konflik di Suriah bisa menguntungkan Arab Saudi, baik secara ekonomi maupun politik. Secara ekonomi, mereka bisa mendapatkan keuntungan dari naiknya harga minyak sedangkan dari politik, jika Assad jatuh, mereka akan menambah satu sekutu baru di negara Arab.

Kini, bola terakhir ada di tangan AS dan Rusia. Jika AS menyerang dan Rusia membalas dengan memberikan bantuan ke tentara Assad, ini bisa menjadi babak baru perang di Timur Tengah. Perang ini bisa melibatkan Iran, Hezbullah Lebanon, yang mendukung Assad melawan kelompok Suni Arab yang didukung Barat.

Selamat Datang di Kampus Merah

Dalam sejarah perjalanan Bangsa ini keluar dari sebuah kemelut penjajahan, dan berdiri sebagai sebuah Bangsa yang berdaulat (Merdeka), tidak terlepas dari sejarah perjuangan pemuda Mahasiswa, dari di dirikannya BOEDI OETOMO 1908 hingga saat ini telah terjadi perubahan terhadap entitas perjuangan Mahasiswa itu sendiri, kita dapat dengan gamblang mendefinisikan dan memposisikan Mahasiswa hanya sebatas pada status social yang ada, namun tidak pada esensi dasar dalam fungsi, tugas dan tanggung jawab sebagai Mahasiswa, hal ini dikarenakan kita hanya dapat memahami mahasiswa pada konteks siswa (Pelajar) yang statusnya paling tinggi didalam tingkatan akademik, namun bagaimana lebih jauh kita mengartikan atau memaknai Mahasiswa pada peranan_nya, dimana sejatinya Mahasiswa maka kita dituntut untuk dapat melihat dan menganalisis fenomena social yang semakin carut marut, dari politik, hukum, ekonomi dan sebagainya, untuk dapat memberikan solusi terhadap problem yang menimpah rakyat saat ini. Apalah artinya Mahasiswa bila hanya duduk diam dan acuh tau dengan kondisi yang ada disekitar kita, Haruskah kita sebagai Mahasiswa hanya akan berbangga ketika orang mengenal kita sebagai Mahasiswa dan membiarkan segudang tanggung jawab yang diembankan diatas pundak kita, dan haruskah kita tertawa menyaksikan ribuan bahkan jutaan putra/putri ibu pertiwi harus MATI KELAPARAN diatas lumbun padi akibat beras kita yang di import, dan haruskah kita menutup mata ketika melihat penindasan dan penderitaan rakyat yang dilakukan oleh rezim kita saat ini…?? Saya kira TIDAK…!!

Sebagai Mahasiswa kita harus sadar akan tugas dan tanggung jawab kita sebagai “agen of social control” bukan sebagai “agen of change” sebab perubahan itu bukan ada ditangan Mahasiswa, karena Mahasiswa hanyalah sebagai pelopor perjuangan menuju sebuah totalitas perubahan, sementara perubahan itu ada pada rakyat. Menjadi seorang Mahasiswa bukanlah hal yang mudah, namun ironi melihat Mahasiswa kita saat ini, kita tak harus menafikan diri bahwa kelompok mayoritas dari Mahasiswa itu hedonis, individual, apatis serta pragmatis terhadap problem social, mereka lebih memilih diam dan memperkenalkan style (gaya/penampilan hidup) di kampus, mencari nilai tinggi IPK 3 koma sekian, harus cumlaude, dan cepat wisuda. Dan setelah wisuda bingung mencari pekerjaan dan pada akhirnya tidak sedikit sarjana yang menjadi pengangguran. Sementara Mahasiswa yang memiliki hobby membaca dan berdiskusi menjadi kelompok minoritas, dan seakan dianggap marginal bahkan sampai pada tinggkat proses pengasingan diri terhadap kelompok tersebut, hal ini terjadi sebuah kontradiksi yang sangat nyata dengan berbanding terbalik atas problem yang menimpa rakyat. Yang seharusnya tugas kita membebaskan mereka dari terbelenggu penindasan dan penghisapan, sebab kita yang dianggap sebagai massa yang sadar karena memiliki strata pendidikan yang lebih tinggi dari mereka, hal ini kemudian menjadi sebaliknya, Mahasiswa malah tersandra atas sebuah kesadaran palsu yang sengaja dibuat oleh kelompok borjuasi komprador yang menjadi penguasa dan menguasai pola pikir kita. Mahasiswa dibentuk dan kuasai pola pikirnya untuk dididik menjadi tenaga pekerja, itu artinya di didik menjadi buruh agar dengan mudah dipekerjakan dengan gaji murah dan dapat di PHK kapan saja, dan tidak ada perlawanan, maka dengan ekstrim dapat kita simpulkan atas kondisi obyektif yang ada bahwa, Mahasiswa saat ini sengaja di didik untuk menjadi budak dinegrinya sendiri. Dan ada yang di bentuk pribadinya menjadi penguasa baru di negri ini. IRONI MEMANG.

Apa guna menjadi seorang Mahasiswa bila hanya seperti itu, mengapa tidak harus tanggalkan saja status Mahasiswanya?? Menyandang identitas sebagai Mahasiswa maka seyogyanya lebih melihat pada tugas kita, salah satu dari sekian banyak tugas Mahasiswa adalah proses penyadaran massa rakyat, namun sebelum melakukan tugas yang amat sangat sulit itu, maka dimulai dari pribadi individu yang memiliki intelektual progresif yang revolusioner, bukan Mahasiswa namanya bila tidak pernah merasakan iklim aksi massa dijalan, bukan Mahasiswa namanya bila tak pernah merasakan kejamnya tindakan represifitas keamanan Negara siapa lagi kalau bukan Polisi dan TNI. Mahasiswa telah mencatatkan sejarah perjuangan yang dipelopori oleh Mahasiswa pasca kemerdekaan antara lain adanya tragedi MALARI (Malapetaka Lima Belas Januari 1974), tragedi SEMANGGI, tragedi TRISAKTI, hingga puncaknya pada REFORMASI 98. Namun hal ini menjadi bumerang bagi Mahasiswa saat ini, dimana ketika kran Demokrasi dibuka yang terjadi malah Mahasiswa semakin tidak berani menyampaikan aspirasi rakyat Indonesia pada umumnya.
Pertanyaan_nya pada siapa lagi Rakyat Indonesia menggantungkan Harapannya??

Bila telah terjadi krisis kepercayaan dari rakyat pada wakil rakyat (DPR/Legislatif), dan para pemimpin (Pemerintah/Eksekutif) negri ini, masih haruskah kita bergantung harapan itu pada Partai Politik, Ormas, dan LSM,,,?? Tidak kawan-kawan, harapan itu ada sama kita sebagai Mahasiswa, namun bukan pada Mahasiswa yang hedonis, apatis dan apalagi pragmatis, harapan itu ada pada kaum Intelektual Progresif alias Mahasiswa yang memiliki jiwa Militansi, karena cerdas saja itu tidak cukup. Dengan demikian maka selaku massa yang sadar akan problem social yang ada, maka sebagai tugas dan tanggung jawab kami sekedar menghadirkan satu pandangan yang berbeda atas kondisi material yang ada, untuk mengantar kawan-kawan dalam dinamika dialektika ilmiah, bukan dialektika ilusi ataupun utopis, untuk kita melakukan transformasi ilmu pengetahuan yang tidak hanya berbicara teoritik saja namun mengimbangi dengan praksis lapangan, maka dari itu FORUM SEKOLAH BERSAMA (SEKBER) Basis UMY hadir sebagai wadah membentuk intelektual Mahasiswa yang kritis, progresif serta Revolusioner. Menjadi Mahasiswa yang berwatak kritis, militansi dan progres, maka harus bermental baja. Maka dari itu menjadi Mahasiswa bukan hanya sekedar identitas saja, namun gerak praksis yang menjadi awal dari sebuah pelopor perubahan. Dengan demikian kami menyambut baik kawan-kawan yang sadar akan problematika social yang ada dengan ucapan “Selamat bergabung pada komunitas tempat orang-orang berkata “TIDAK” pada semua bentuk penindasan.”

“Lihat kawan,,,Air mata dan darah telah menghiasi wajah Bumi Pertiwi ini, Penindasan, Penghisapan dan Perampasan terjadi dimana-mana, maka tak ada pilihan lain selain dari TUNDUK TERTINDAS ATAU BANGKIT DAN LAWAN…!!”

Wisata Pendidikan

Pendidikan lebih dikenal oleh manusia sesudah manusia mengenal istilah perabadan. Misalnya peradaban Yunani manusia mengenal istilah pendidikan schola, scholae, dan scoholaa. yang bermakna “waktu luang”. Tentunya sangat erat hubungannya dengan Mahasiswa. Aktivitasnya lebih banyak belajar, memahami, meneliti, beroganisasi dan lain-lain. Singkatnya aktivitas Mahasiswa sangat berbeda jauh dengan kondisi buruh yang mereka harus bekerja Tanpa memiliki waktu luang seperti Mahasiswa yang mempunyai kesempatan untuk belajar.

Datangnya peradaban baru, manusia lebih mengenal sekolah dengan institusi/perguruan tinggi/ universitas terhadap apa yang dialami oleh kawan-kawan disini yang sebentar lagi akan memasuki gerbang keluarga baru dari Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Berwisata tentunya banyak orang ingin berwisata. Masuk kampus juga merupakan harapan banyak manusia agar mendapat gelar dan lain-lain. Namun, dengan pengeluaran biaya yang begitu banyak dikeluarkan. Registrasi yang jutaan bahkan ada yang ratusan juta, biaya kost-kostan dan lain-lain. Tentunya menjadi pertanyaan yang signifikan bagi kawan-kawan apakah memungkin pencapaian kecerdasan itu terwujud dibenak kawan-kawan? Daripada bingung, lebih baik maknai apa yang dikatakan oleh seorang tokoh pendidikan Paolo Freire “pendidikan harus memanusiakan manusia”. Pernahkah kawan-kawan berfikir sejenak tentang David Davinci penemu lampu yang terlahir bukan dari sebuah institusi. Galile-Galileo yang mengkonsepsikan bahwa dunia itu bulat dan banyak lagi.

Mahkluk sosial adalah manusia dalam sosiologi. Bagaimana manusia tidak bisa hidup tanpa melakukan hubungan terhadap yang lain. Pendidikan juga mengalami hal yang sama bagaimana seorang kaum intelektual harus mampu membangun konsepsi antara realitas maupun sosial. Kutipan dari benjami bloom seorang pelajar harus berkorelasi dengan afektif, kognitif dan psikmotorik. Yang nantinya mengantarkan kegerbang pendidikan kecerdasan dan kritis. Namun, semua itu tidak akan pernah terwujud ketika pola pikir dan paradigma kawan-kawan belum terbentuk. Tentunya peran sebuah alat sangat dibutuhkan disini Organization.

Kondisi hari ini diluar keidupan kawan-kawan Tempe sudah naik, tentunya bahan makanan yang ada disekitar kawan-kawan juga naik. Jangan terlalu khawatir, jika kawan-kawan mampu memposisikan dirinya. Biarpun jogja kota pelajar, tapi belum tentu semua bisa cerdas. Pembuktian yang riil adalah digenggaman tangan kawan-kawan yang siap memegang tampuk kepeloporan segala persoalan.

Tukar dollar dan rupiah juga bagaimana posisi dollar lebih tinggi dari mata uang rupiah. Tentunya ini juga akan berpengaruh pada aktivitas kawan-kawan kedepan. Sarjana bukan saja diwisudakan dikampus kita. Tapi, bukankah sarjana sudah banyak yang menjadi pengangguran ? lagi-lagi iqra’ “bacalah” Al-alaq ayat 1 Yang mampu mengantarkan kepada realitas dan kondisi sosial.

Gosip yang berkembang diluar kita banyaknya mahasiswa yang kesulitan mencari kost-kostan yang diakibatkan oleh overloat capacity dikampus serta banyak lagi persoalan-persoalan yang lainnya. sepaling tidak, kawan-kawan harus menekankan fikirannya untuk tetap fokus pada banyaknya persoalan.

Historis telah membuktikan tidak ada orang yang cerdas bahkan terkenal lahir diluar peradaban massa. Khususnya seorang Rasulpun juga terlahir diperadaban massa. Tentunya dengan keharusan itu akan ada pada orang-orang yang memili komunitas maupun perkumpulan yang mampu mengarahkan pada identitas pendidikan yang sesungguhnya.

Y.B. Mangunwijaya pernah mengatakan : “apa guna kita memiliki sejuta alumni sarjana yang cedas. Tapi dikemudian hari mereka akan menjadi penindas-penindas baru”. Singkatnya Mahasiswa harus cerdas serta berintelektual yang mempunyai arahan praksis. Agar, kemudian tidak menjadi budak atau melakukan penindasan Rakyat kecil yang semakin hari parah dialami oleh bangsa kita. Penggusuran, pemiskinan dan lain-lain. Ini merupakan proses intropeksi wajib bagi mahasiswa yang baru mengenal istilah institusi pendidikan.

Coba lihat artikel dibawah ini :

Si A yang sudah puluhan tahun merantau diluar negeri pada suatu waktu berkenaan untuk pulang ketanah air indonesia. Begitu tiba dijakarta ia dikejutkan dengan wajah Betawi yang sama sekali baru baginya. Sehingga ia tidak mengenali lagi kampung-kampung yang ia tempati puluhan tahun yang lalu. Jalan-jalan kini lebar-lebar dan licin. Bermalang-melintang dan penuh dengan berbagai kendaraan bermotor yang membisingkan. Gedung-gedung pencakar langitpun menjulang disana-sini dengan lampu neon yang memberikan pandangan indah pada malam hari. Banyak pusat-pusat perbelanjaan, supermarket atau plaza disamping pasar loak dan kaki lima. Pendek kata, betawi (suku asli masyarakat jakarta) sekarang tidak jauh beda dengan kota-kota besar dieropa dan Amerika. Walaupun, nampak sangat jorok dengan tumpukan sampah dimana-dimana yang tak pernah dijumpainya dizaman kolonial. Ketika ia ditengah-tengah kerabatnya ia mendapati kenyataan banyak diantara mereka yang sudah meninggal dan ada yang menjadi pembesar, kaya-raya dan sebagainya.

pada suatu ketika si A tadi memperhatikan lebih dalam kehidupan rakyat kecil, kehidupan kaum buruh, kehidupan kaum tani dan kaum miskin di perkotaan serta pengrajin dan nelayan. Ia mengetahui bahwa nasib mereka tetap miskin diperkotaan serta pengrajin dan nelayan. Ia mengetahui bahwa nasib mereka tetap miskin dan sengsara. Dilain pihak, ia melihat pemilik-pemilik modal raksasa asing (kaum imperialis) masih tetap merajalela dan bahkan menguasai kehidupan perekonomian dan keuangan indonesia. Walaupun, pemerintah kolonial sudah tidak ada lagi.