Peran Media Televisi Untuk Media Massa Di Indonesia




Dalam kapasitasnya sebagai media massa, pada dasarnya televisi memiliki 4 (empat) fungsi sosial sebagaimana yang diungkapkan Wilbur Schramm, yakni fungsi memberikan penerangan (informasi), pendidikan, mempengaruhi dan mengisi waktu luang atau senggang (Williams, 1989:15). Namun dalam kenyataanya, penggunaan televisi baik oleh stasiun televisi maupun masyarakat penontonya justru lebih cenderung digunakan sebagai media hiburan dibanding fungsi sosial lainnya. Sebagai ilustrasinya misalnya, suatu penelitian di Brazil yang melibatkan 6 (enam) suku menunjukkan bahwa dari 1.972 responden yang ditanya mengenai acara favorit mereka di televisi, sebanyak 57% atau sekitar 898 orang lebih menyukai acara hiburan seperti telenovela, film seri atau film lepas, dan komedi atau humor dibanding acara lainnya (Kottak, 1990:66) 

Era industri televisi seperti saat ini, di mana hampir seluruh masyarakat tidak dapat lepas dari terpaan media, khususnya televisi, maka pada dasarnya para pengelolah media massa memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan gambaran realitas dari kenyataan yang sebenarnya. Sehubungan dengan ini, Denis McQuail dalam buku Mass Communication Theory (1994:65-66) menjelaskan 6 (enam) kemungkinan yang berhubungan dengan peran media yang berhubungan dengan gambaran realitas tersebut yakni: 

1. Sebagai jendela (a window on events and experiences), yang membukakan cakrawala kita mengenai berbagai hal di luar diri kita tanpa campur tangan dari pihak lain. Dengan kata lain, dalam hal ini realitas disampaikan apa adanya kepada publik/masyarakat. 

2. Sebagai cermin (a mirror of events in society and the world implaying a faithful reflection), dari berbagai kejadian disekitar kita. Isi media pada dasarnya adalah pantulan dari berbagai peristiwa itu sendiri. Dalam hal ini realitas media dipandang sebangun dengan realitas sebenarnya. 

3. Sebagai filter atau penjaga gawang (a filter or gatekeeper), yang berfungsi menyeleksi realitas apa yang akan menjadi pusat perhatian publik mengenai berbagai masalah atau berbagai aspek dalam sebuah masalah. Di sini realitas media dipandang tidak utuh lagi. 

4. Sebagai penunjuk arah, pembimbing atau penterjemah (a signpost, guide or interpreter) yang membuat audiens dapat mengetahui dengan tepat apa yang terjadi dari laporan yang diberikannya. Di sini realitas pada dasarnya sudah didesain sedemikian rupa; 

5. Sebagai forum atau kesepakatan bersama (a forum or platform), yang menjadikan media sebagai wahana diskusi dan melayani perbedaan pendapat atau feedback. Realitas di sini pada dasarnya sudah merupakan bahan perdebatan untuk sampai menjadi realitas intersubjektif; 

6. Sebagai tabir atau penghalang (a screen or barrier) yang memisahkan publik dari realitas yang sebenarnya. Dalam hal ini realitas yang ada di media dinili bisa saja menyimpang dari kenyataan yang sesungguhnya. 

Bagaimanapun peran media massa (khususnya televisi) pada dasarnya tidak hanya sekedar sarana pelepas ketegangan atau hiburan, namun isi dan informasi apapun yang ditayangkan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Sebab, apa yang ditayangkan oleh berbagai program acara televisi akan mempengaruhi kognisi khalayaknya. Realitas subjektif (Berger, 1966:13) atau sebagaimana yang digambarkan Lippman (1992) dengan jargon “the world outside and the pictures in our head” yang dibentuk oleh media akan menjadi gambaran realitas publik tentang berbagai peristiwa sosial yang terjadi disekitarnya. Realitas inilah yang kemudian akan mendorong respons atau sikap khalayak terhadap berbagai hal tertentu. 

Dengan begitu, gambaran atau informasi apapun yang dimunculkan media kerap kali memunculkan respon atau sikap tertentu pula, terlepas apakah benar atau salah realitas yang dikonstruksikan media tersebut. Di sinilah dituntut agar media massa, dalam hal ini televisi, dapat menyampaikan gambaran realitas yang berkualitas dan akurat mendekati realitas yang sesungguhnya, di samping masalah moralitas dan tanggung jawab media terhadap segala sesuatu disampaikannya. 

B. KESIMPULAN 

1. televisi sebagai media massa merupakan sarana komunikasi massa yang tidak terlepas dari efek-efek bagi masyarakat sebagai komunikan itu sendiri.
2. televisi mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kesehatan sosial masyarakat Indonesia.
3. pengaruh positif televisi di antaranya yaitu, televisi sebagai penghibur pirsawan, sebagai media informasi, pengetahuan dan pendidikan serta sebagai media aksi sosial masyarakat.
4. pengaruh negatif televisi yaitu diantaranya merusak moral dan budaya bangsa, menghabiskan banyak waktu berharga dan merusak perkembangan otak manusia. 

Kita sebagai manusia sememmangnya tidak sempurna. Namun kesempurnaan akan dicapai apabila kita saling terbuka menerima kritik dan saran. Untuk itu, dengan minta maaf penulis bermaksud memberi saran mengenai apa yang bisa penulis paparkan dalam artikel ini. Yang bisa penulis sarankan adalah sebagai berikut:
1. menonton televisi memang baik bagi masyarakat untuk mendapatkan hiburan, informasi, pendidikan dan melatih kepekaan sosial, tetapi jika menonton terlalu sering dan lama maka pengaruh-pengaruh buruk juga akan turut serta dalam benak kita.
2. pemerintah sebagai pemegang kekuasaan di negeri ini hendaknya menertibkan penyiaran di Indonesia dengan mengawasi jalannya penyiaran program televisi dan mempertegas sanksi bagi pelanggarnya. 

A. DAFTAR PUSTAKA 

· Berger, Peter L dan Thomas, Lukman. 1966. The Social Construction of Reality. A Treatise in The Sociology of Knowlegde. Diterjemahkan oleh Basari, Hasan, 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: sebuah Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3E 

· www.peran media massa.blogspot.com 

· . Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 

· www.halamansatu.net

· hanifa93.wordpress.com 

· www.tftwindo.org/livingwords

K.H Ahmad Dahlan


K.H.Ahmad Dahlan lahir tahun 1868 di kauman Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwisy.Ayahnya bernama Abu Bakar Imam dan Khatib Mesjid Besar Kauman, Ibunya bernama Siti Aminah binti K.H. Ibrahim penghulu besar di Yogyakarta. Silsilahnya menurut Yunus Salam adalah Muhammad Darwisy bin K.H.Abu Bakar bin K.H.Muhammad Sulaiman bin K.H.Murtadla bin K..H.Ilyas bin Demang Jurang Juru Kapindo bin Demang Juru Sapisan bin Maulana Sulaiman (Ki Ageng Gribig) bin Maulana Fadlullah bin Maulana ‘Ainul Yakin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik Ibrahim.

Saudara saudara K.H.Ahmad Dahlan:

1. Nyai Ketib Harum

2. Nyai Mukhsin (Nyai Nur)

3. Nyai H.Shaleh

4. K.H.Ahmad Dahlan

5. Nyai Abdurrahman

6. Nyai Muhammad Fakih

7. Basir

Guru gurunya:

1. K.H.Abu Bakar

2. K.H.Shaleh (Fiqih)

3. K.H.Muslim (Nahwu)

4. Nyai Raden Dahlan (Falak)

5. K.H.Mahfud dan Syeik Khaiyat (Hadist)

6. Syeik Amin dan Sayyid Bakri Satock (Qira’ah)

7. Syaikh Hasan (Ilmu bisa,racun binatang)dll

Kawin dengan Siti Walidah tahun 1889,memperoleh anak enam:

1. Johannah (1890)

2. Siraj dahlan (1898)

3. Siti Busyro (1903)

4. Siti Aisyah (1905)

5. Irfan Dahlan (1905)

6. Siti Zuharoh (1908)

Beliau juga pernah menikahi janda janda yang lain. Yang tidak dapat di temukan kapan beliau menikah, akan tetapi istri yang menemaninya sampai meninggal adalah siti Walidah.

Tahun 1890 berangkat ke mekkah dan berada di sana selama 8 bulan. Setelah menunaikan ibadah haji beliau langsung ke Imam Syafi’I Sayyid Bakhri Syatha dan mendapat nama haji Ahmad Dahlan. Tahun 1896 ayahnya meninggal dunia dan haji Dahlan di angkat menggantikan ayahnya. Tahun 1898 bermusyawarah tentang arah kiblat, tahun 1899 membangun suraunya sendiri, dan arah kiblat ke ka’bah, kemudian datang utusan dari kyai penghulu Muhammad Khalil Kamaludiningrat agar surau haji dahlan di bongkar. 

1903 K.H.Dahlan pergi ke mekkah bersama Siraj yang kedua kalinya, pulang dari sana beliau mendirikan pondok. Pada tahun 1909 beliau masuk budi utomo. Dan menjadi pengurus. Tahun 1912 beliau mendirikan sekolah rakyat yang bernama madrasah ibtidayyah diniyyah islamiyah. Tanggal 18 n0pember 1912 atau bertepatan dengan 8 dzulhijjah 1330H. permohonan kyai haji ahmad dahlan dengan 6 orang kawannya mendirikan muhammadiyah di kabulkan. 

PEMIKIRANNYA dan GERAKANNYA

1. Pemikiran dalam bidang agama

Dalam masalah beragama Ahmad Dalan selalu menghubungkan amal dengan ketauhidan.

Pengertian orang beragama menurut ahmad dahlan: …orang jg djiwanja meghadap kepada alloh dan berpaling dari lainja2nja hanja tertudju kepada alloh, tidak tertawan kebendaan dan harta benda,dengan bukti dapat dilihat menjerahkan harta benda dan dirinja kepada allah.

1. Dasar pemikiran

Haji dahlan menyatakan bahwa dasar hukum Islam adalah Al-Qur’an, Al-Hadist, Ijma’, dan Qias.

2. Persatuan Ulama

ü Untuk kebenaran dan kebaikan islam

ü Salah satu hasilnya: pelurusan arah kiblat mesjid.

ü “para pemimpin agama selalu mengambil keputusan sendiri, tidak mau saling bertemu, betukar pikiran. Mereka hanya saling menganggap diri benar.

3. Pemurnian agama

Dibedakan mana ajaran, mana yang bukan, mana yang tradisi atau adat.

“maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai Tuhannya, (Q.S.Al-Jaatsiyah:32)

Dan beberapa yang lain yang dilakukan dalam hal keagamaan:

a. Mempelajari Al-Qur’an dengan cara:

· Mengetahui artinya

· Mengetahui tafsir dan keterangan

· Mengetahui maksudnya

· Kalau larangan: sudahkah di tinggalkan, kalau perintah: sudahkah dilaksanakan

· (bila belum) tidak perlu membawa ayat baru.

b. Berislam lebih banyak pada sisi praksis

§ Ayat ayat yang menjadi perhatiannya adalah Al-Ma’un: 1-7, Al-faJar:17-23 dan At-Taubah:34-35

§ Agar selamat dari siksa neraka orang harus berbuat sesuatu, beramal.

§ Dalam perintah banyak mengerjakan perintah yang mempunyai akibat sosial

2. Pemikiran dalam bidang kemasyarakatan

A. Dorongan mati sebagai pendorong amal, ayat yang sering dibahas:

Tafsir Al-Ma’un:1-7 Orang yang mendustakan agama adalah:

v Orang yang menolak dan menghardik anak yatim dengan keras. Jika anak yatim meminta kepadanya maka dia menolak dengan sombong dan takabbur.

v Orang yang tidak menganjurkan kepada orang lain untuk memberi makan orang miskin, lebih lebih dirinya sendiri. Jadi jika kita tidak mampu melakukan kewajiban tersebut , maka kita menganjurkan kepada orang yang mampu untuk melakukannya, seperti lembaga/dll

v Jika ada orang yang tidak melakukan hal tersebut maka dia dianggap melakukan ibadah hanya karena riya’. Mereka melakukan shalat, tapi tidak berbekas sedikit pun makna shalat itu dalam kehidupannya.

v Mereka melakukan hanya ingin dapat pujian.

v Mereka tidak memberi apa yang menjadi kebutuhan kaum miskin.

Tafsir Al-Fajar:17-23 kesimpulannya: Sesungguhnya kerakusan dan ketamakan mereka terhadap harta benda dan kecenderungan mereka yang berlebihan dalam hal kelezatan, sehingga seluruh waktunya tersita untuk pemenuhan hal itu- membuat hati mereka keras dan tidak sedikit pun menaruh hati kepada penderitaan anak yatim. Akhlak mereka rusak dan kekuatanpun semakin menurun. Penyakit ini menyebar kepada teman teman sepergaulan mereka daan menyebar luas di kalangan masyarakat. Mereka bahkan melakukan perbuatan yang lebih jahat dari perkatannya. Allah telah menganugerahi kepada mereka harta benda yang melimpah, tetapi mereka tidak mau menolong anak yatim dan memberi makan orang miskin, bahkan mereka memperlakukan anak yatim dan orang miskin dengan sewenang-wenang.

Tafsit At-Taubah:34-35 kesimpulannya: Cara yang dilalkukan untuk memakan harta secara bakhil:

· Mengambilnya berupa risywah (sogokan) dengan membuat yang bathil menjadi haq.

· Mengambilnya dengan jalan riba.

· Kaum penjaga kuburan nabi dan orang orang shaleh mereka mengambil hadiah daan wakaf yang diberikan.

· Mengeluarkan harta untuk orang orang yang mereka anggap zuhud di dunia, agar oranng itu mendoakan mereka.

· Mengambil harta sebagai upah atas pemberian ampunan dosa.

· Mereka mengambil harta karena fatwa yang mereka berikan untuk menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

· Mereka mengambil harta dari orang yang berbeda ras dll.

Ayat ayat ini adalah ayat yang menggugah K.H.A.Dahlan untuk melakukan kebaikan. Oleh karenanya dalam muhammadiyah didirikan berbagai sekolah-sekolah, panti asuhan baik jompo maupun yatim, rumah sakit dan masih banyak lagi kegiatan kegiatan yang dilakukan muhammadiyah dalam mengentaskan masalah umat. Apalagi sekarang ini ribuan tempat tempat social yang didirikan oleh organisasi muhammadiyah.

B. Pendidikan dan lahirnya Muhammadiyah

Ø KHAD: dari nguru ngaji>mendirikan pondok>menjadi anggota dan pengurus Budi Utomo>menjadi guru agama di sekolah umum>dirikan sekolah sendiri.

Ø Sekolah KHAD (Madrasah Ibtidaiyah Diniyah) dengan sistem modern:

+ memakai sitem kelas, tidak perorangan

+ pakai meja/kursi, papan tulis

+ ada pelajaran umum dan agama

+ ada pelajaran menyanyi

+ di kelola oleh organisasi

Ø Organisasi itu diberi nama Muhammadiyah, diajukan kepemerintah bersama 6 anggota Budi Utomo dan dikabulkan pada 18 nov 1912. Proklamasi Muhammadiyah di Malioboro, di hadiri 60-70 orang

Ø Inti tujuan organisasi: kemajuan dan kegembiraan dalam menuntut ilmu agama dan mengamalkannya.

3. Pemikiran dalam bidang politik/kenegaraan bersikap netral, tidak ambil bagian secara resmi.

o Diperlakukan secara baik oleh colonial

o Tidak di senangi oleh kelompok intoleran

o Keanggotaan Muhammadiyah terbuka: dari berbagai latar belakang: pegawai pangreh praja, aktivis politik

o Pernyataan politik KHAD tidak terlihat. KHAD adalah pegawai kraton (khetib Mesjid Sulthan) yang berada di bawah penjajah kolonial.

REFERENSI:

1. K.H.Ahmad Dahlan Pemikiran dan Gerakannya (Drs.M.Yusron Ashofie)

2. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam (Drs.Musthafa kamal pasha)

3. Tafsir AL-Maraghi (Ahmad Musthafa Al-Maraghi)


Jurnalisme Dakwah


Jurnalistik Islami adalah Jurnalisme dakwah, maka setiap jurnalis muslim, yakni wartawan dan penulis yang beragam Islam berkewajiban menjadikan Islam sebagai ideologi dalam profesinya, baik yang bekerja pada media massa umum maupun media massa Islam (Muis, 2001; Amir,1999). Di sisi lain dakwah merupakan kewajiban yang melekat pada diri setiap muslim.
            
Romli (2003) mendefinisikan Jurnalisme dakwah adalah proses pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat dengan muatan nilai-nilai Islam. Suf Kasman (2004) memberi definisi yang lebih lengkap untuk Jurnalisme Dakwah, yaitu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam dengan mematuhi kaidah-kaidah jurnalistik dan norma-norma yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Pendapat ini sejalan dengan Malik (1984) yang mendefinisikan Jurnalisme Dakwah sebagai proses meliput, mengolah, dan menyebarkan berbagai peristiwa yang menyangkut umat Islam dan ajaran Islam kepada khalayak, crusade journalism yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai Islam.
            
Definisi yang lebih luas demukakan oleh Emha Ainun Najib (dalam Kasman, 2004: 20). Menurutnya, Jurnalistik Islami adalah teknologi dan sosialisasi informasi dalam kegitan penerbitan tulisan yang mengabdikan diri kepada nilai agama Islam.

Dalam konteks pendidikan jurnalisme, wartawan muslim dilihat sebagai sosok juru dakwah (da’i) di bidang pers, yakni mengemban da’wah bil qolam. Ia menjadi khalifah (wakil) Allah di dunia media massa dengan memperjuangkan tegaknya nilai-nilai, norma, etika, dan syariat Islam. Ia memiliki tanggung jawab profetik Islam: mengupayakan agar ajaran Islam tetap dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Jurnalis muslim tidak boleh tinggal diam beritu saja jika melihat ada kemunkaran dalam dunia yang digelutinya, misalnya menyaksikan pencitraan yang negatif tentang Islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umatnya di media massa, maka jurnalis muslim harus membela dan meluruskan sesuai dengan fakta (Romli, 2003).

Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran ilahi, jurnalis muslim bagaikan “penyambung lidah” pada nabi dan ulama. Karena itu ia pun dituntut memiliki sifat-sifat kenabian, yaitu Shiddiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah. Penjelasan aplikasi sifat-sifat tersebut dalam ranah kerja jurnalis dapat dilihat pada tabel 1.


Tabel.1
No
Sifat Kenabian
Penjelasan
1
Shiddiq
Al-shidq mengacu kepada pengertian jujur dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Dalam konteks jurnalistik, shiddiq adalah menginformasikan sesuatu yang benar dan membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja kesesuaian dengan ajaran Islam (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
2
Amanah
Artinya terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, merekayasa, memanipulasi atau mendistorsi fakta.
3
Tabligh
Artinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran, bukan malah memutarbalikkan kebenaran
4
Fathonah
Artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis muslim dituntut mampu menganalisis dan membaca situasi, termasuk membaca apa yang diperlukan umat dengan meneladani kecerdasan Nabi Muhammad SAW (prophetic intelligence)
Sumber: Romli (2003: 38-39)

Dalam skala yang lebih luas jurnalis muslim bukan saja berarti para wartawan yang beragama Islam dan commited dengan ajaran agamanya, melainkan juga cendekiawan muslim, ulama, mubalig yang cakap bekerja di media massa dan memiliki setidaknya lima peranan (Romli, 2003: 39-41):

Pertama, Sebagai pendidik (muaddib), yaitu melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Ia harus lebih menguasai ajaran agama Islam dari rata-rata khalayak pembaca. Lewat media massa, ia berperan mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah-Nya dan menajuhi larangan-Nya. Ia memikul tugas untuk mencegah umat Islam melenceng dari syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media massa nonIslami yang antiIslam.

Kedua, Sebagai pelurus informasi (musaddid). Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh para wartawan muslim. (1) informasi tentang ajaran dan umat Islam, (2) informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam, (3) jurnalis muslim hendaknya mampu menggali (dengan investigative reporting) tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia. Peran musaddid terasa relevan dan penting mengingat informasi tentang Islam dan umatnya yang datang dari pers barat biasanya bias (menyimpang dan berat sebelah), distorsif, manipulatif, penuh rekayasa untuk memojokkan Islam yang notabene tidak disukainya. Di sini, jurnalis muslim dituntut berusaha mengikis fobi Islam (Islamophobia) dari propaganda pers barat yang anti-Islam.

Ketiga, Sebagai pembaharu (mujaddid), yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam). Wartawan muslim hendaknya menjadi juru bicara para pembaharu, yang menyerukan umat Islam memegang teguh Al-Quran dan As-Sunnah, memurnikan pemahaman tentang Islam dan pengamalannya (membersihkannya dari bid’ah, khurafat, tahayul, dan isme-isme yang tidak sesuai ajaran Islam), dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan umat.

Keempat, Sebagai pemersatu (muwahid), yaitu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Oleh karena itu, kode etik jurnalistik yang berupa impartiality (tidak memihak pada golongan tertentu dan menyajikan dua sisi dari setiap informasi) harus ditegakkan. Wartawan muslim harus membuang jauh-jauh sikap sektarian (berpihak sebelah pada golongan tertentu).

Kelima, Sebagai pejuang (mujahid), yaitu pejuang-pejuang pembela Islam. Melalui media massa, wartawan muslim berusaha keras mendorong penegakan nilai-nilai Islam, menyemarakkan syiar Islam, mempromosikan citra lslam sebagai rahmatan lilalamin.

Akhlak dan Kode Etik Jurnalis Muslim

Dalam ranah praktis, jurnalis juga dituntut memiliki kemampuan teknis dan etis sebagaimana dituntunkan dalam Al-Qur’an. Hal ini menurut Romli (2003) dan Amir (1999) tercermin dalam berbagai bentuk ahlakul karimah, antara lain: (1) Menyampaikan informasi dengan benar, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta (QS. Al-Hajj: 30); (2)  Bijaksana, penuh nasihat yang baik, serta argumentasi yang jelas dan baik pula. Karakter, pola pikir, kadar pemahaman objek pembaca harus dipahami sehingga berita yang disusun akan mudah dibaca dan dicerna (QS. An-Nahl: 125); (3).  Meneliti fakta/cek-ricek. Untuk mencapai ketepatan data dan fakta sebagai bahan baku berita yang akan ditulis, jurnalis muslim hendaknya mengecek dan meneliti kebenaran fakta di lapangan dengan informasi awal yang ia peroleh agar tidak terjadi kidzb, ghibah, fitnah dan namimah (QS. Al-Hujarat: 6); (4). Tidak mengolok-olok, mencaci-maki, atau melakukan tindakan penghinaan sehingga menumbuhkan kebencian (QS. Al-Hujarat: 11); dan (5) Menghindari prasangka/su’udzon. Dalam pengertian hukum, jurnalis hendaknya memegang teguh “asas prduga tak bersalah”.

Selain poin-poin di atas masih, beberapa pedoman ahlak Qur’ani yang wajib diperhatikan bagi seorang muslim yang berprofesi sebagai wartawan atau praktisi media adalah sebagai berikut

Pertama, dalam menyampaikan informasi, waratawan muslim hendaknya melandasi dengan iktikad atau niat yang tinggi untuk senantiasa melakukan pengecekan kepada pihak-pihak yang bersangkutan sehingga tidak akan merugikan siapapun.

Kedua, ketika menyampaikan karyanya, wartawan muslim hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam gaya bahasa yang santun dan bijaksana. Dengan demikian apa yang disampaikannya akan dapat dimengerti, dirasakan, dan menjadi hikmat bagi khalayak.

Ketiga, dalam melaksanakan tugas jurnalistik, hendaknya wartawan muslim melaksanakannya secara profesional dalam ikatan kerja yang produktif, sehingga karyanya akan memiliki hasil yang optimal dan adil untuk semua pihak sehingga ia  akan dipandang sebagai aset utama perusahaan media.

Keempat, dalam melaksanakan tugas-tugasnya, wartawan muslim hendaknya menghindarkan sejauh mungkin prasangka maupun pemikiran negatif sebelum menemukan kenyataan objektif berdasarkan pertimbangan yang adil dan berimbang dan diputuskan oleh pihak yang berwenang.

Kelima, dalam kehidupan sehari-hari, wartawan muslim hendaknya senantiasa dilandasi  etika Islam dan gemar melakukan aktivitas sosial yang bermanfaat bagi umat. Wartawan muslim sudah seharusnya selalu memperkaya wawasan keislamannya untuk meningkatkan amal ibadah sehari-hari.

Keenam, dalam melaksanakan tugasnya, wartawan muslim hendaknya menjunjung tinggi asas kejujuran, kedisplinan dan selalu menghindarkan diri dari hal-hal yang akan merusak profesionalisme dan nama baik perusahaannya. Komitmen yang tinggi seyogyanya diberikan pada profesionalisme dan bukan ikatan primordialisme sempit.

Ketujuh, dalam melaksanakan tugasnya, wartawan muslim hendaknya senantiasa mempererat persaudaraan sesama profesi berdasarkan prinsip ukhuwah Islamiyah tanpa harus meninggalkan asas kompetisi sehat yang menajdi tututan perusahaan media massa modern.

Kedelapan, dalam melaksanakan tugasnya, waratwan muslim hendaknya menyadari betul bahwa akibat dari karyanya akan memiliki pengaruh yang luas terhadap khalayak. Karena itu, hendaknya semua kegiatan jurnalistiknya ditujukan untuk tujuan-tujuan yang konstruktif dalam rangka pendidikan dan penerangan umat.

Kesembilan, dalam melaksanakan tugasnya, wartawan muslim hendaknya menyadari dengan penuh kesadaran memahami banwa profesinya merupakan amanat Allah, umat dan perusahaan media. Karena itu wartawan muslim hendaknya selalau siap mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Allah, umat dan perusahaannya.

Kesepuluh, dalam melaksanakan tugasnya, wartawan muslim hendaknya selalu berkata atau menulis dengan prinsip-prinsip berbahasa yang diajarkan Al-Quran, yaitu qaulan ma’rufan (pantas), qaulan kariman (mulia), qaulan masyura (mudah dicerna), qaulan balighan (efektif/mengena), dan qaulan layyinan (lemah lembut).

Problematika Jurnalisme Dakwah

Jika ditelaah secara historis, terdapat banyak persoalan yang menyebabkan pers Islam selalau tertinggal dengan pers umum, salah satunya adalah “punah” nya pendidikan jurnalisme dakwah di lingkungan kampus. Padahal Jika berkaca pada sejarah, pers Islam sebenarnya pernah tumbuh pesat dan berkembang luas di tanah air. Kejayaan pers Islam puncaknya justru terjadi di awal masa pergerakan kemerdekaan. Saat ini umat Islam di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, dihadapkan pada sebuah dilema yang pelik berkaitan dengan kurangnya media massa yang memadai untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai keislaman. Konsekuensi dari kondisi ini tentu tidak hanya kurang tersalurkannya aspirasi umat, tetapi umat Islam sebagaimana dikatakan Kasman (2004: 5), hanya menjadi konsumen pasif bagi media massa non-Islam lain yang kerap memberikan informasi yang tidak relevan dan kontraproduktif bagi pemberdayaan umat.
Agar mampu bersaing dengan pers umum yang sangat beriorientasi komersial (comercial oriented), wartawan Islam sudah saatnya harus berani berhijrah menjawab berbagai tantangan. Di antaranya adalah sebagai berikut: (1) Jurnalis Islam harus menunjukkan ahlak sebagai pribadi muslim yang mendalamai dan menjalankan ajaran agama Islam secara kaffah; (2) Jurnalis Islam harus kritis terhadap pengaruh Barat; (3) Jurnalis Islam harus populis sehingga dapat “diterima” oleh umat Islam; (4) Jurnalis Islam harus mampu mengembangkan khazanah intelektual Islam; (5) Jurnalis Islam harus mampu mempersatukan kelompok-kelompok umat. Semua bekal ini dapat diberikan sejak calon-calon jurnalis duduk di bangku kuliah.

Penutup

Jurnalistik Islami adalah Jurnalisme dakwah, maka setiap jurnalis dan pengelola media yang berpredikat muslim berkewajiban menjadikan jurnalistik Islami sebagai ideologi dalam profesinya. Baik yang bekerja pada media massa umum maupun media massa Islam. Di sisi lain dakwah merupakan kewajiban yang melekat pada diri setiap muslim .

Jurnalisme Dakwah menjadi mutlak dikenalkan sejak dini dalam dunia pendidikan komunikasi dan jurnalistik mengingat mahasiswa Ilmu Komunikasi adalah calon-calon jurnalis dan praktisi komunikasi di masa mendatang, sehingga jika nilai-nilai keislaman terpancar dari ruh para jurnalis dan pengelola media, niscaya tidak akan bermunculan kemunkaran berkedok aktivitas jurnalistik.


Analisis Kasus Dakwah


PERBANDINGAN JUMLAH DAI DENGAN UMATNYA

Islam di Indonesia merupakan mayoritas terbesar ummat Muslim di dunia. Ada sekitar 85,2% atau 199.959.285 jiwa dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Walau Islam menjadi mayoritas, namun Indonesia bukanlah negara yang berasaskan Islam.

Sebagian besar ummat Islam di Indonesia berada di wilayah Indonesia bagian Barat, seperti di pulauSumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan. Sedangkan untuk wilayah Timur, penduduk Muslim banyak yang menetap di wilayah Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku Utara
Adanya keinginan untuk melihat besarnya jumlah pengikut secara kuantitatif juga merupakan suatu faktor untuk melakukan dakwah (proselytizing) tersebut. Usaha mengajak, merayu, memanggil dan atau menyampaikan ajaran-ajaran agama yang dilakukan secara lisan maupun tulisan oleh perorangan atau kelompok untuk menyadarkan orang lain akan arti pentingnya nilai-nilai agama di tengah masyarakat yang majemuk tidak jarang menimbulkan gesekan-gesekan sosial yang berujung pada tindak kekerasan.

Banyaknya kasus kekerasan yang berawal dari adanya pelecehan terhadap sebuah agama atau pemahaman keagamaan tertentu, tidak terlepas dari cara dan etika dalam menyiarkan dan menyampaikan ajaran agama tersebut kepada masyarakat.

Oleh sebab itu, guna menghindari terjadinya gesekan-gesekan sosial di tengah masyarakat yang majemuk (plural) seperti masyarakat bumi serumpun sebalai ini, seorang dai perlu memperhatikan nilai-nilai pluralistik dalam menyampaikan materi dakwahnya kepada masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada beberapa persoalan mendasar yang harus senantiasa diupayakan, jika agama diharapkan menjadi rahmah untuk semesta alam.

Pertama, penyiapan dai yang arif sekaligus bersikap inklusif. Kedua, memilih materi dakwah yang menyejukkan dan Ketiga, mensosialisasikan dakwah berparadigma transformatif sebagai modal menuju kerjasama antar umat beragama.

Dai yang Arif dan Inklusif

Adalah tugas setiap umat untuk tidak hanya melaksanakan ajaran agamanya, tetapi juga mendakwahkannya baik kepada diri sendiri maupun orang lain di mana dan kapan pun. Dakwah sebagai upaya penyebaran ajaran agama merupakan salah satu misi suci tiap agama sebagai bentuk keimanan setiap umat akan kebenaran agama yang dianutnya.

Bagi muslim, misalnya kewajiban ini tersirat dalam Al-Quran surat Al-Nahl (16): 125, “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan beragumentasilah dengan mereka dengan yang baik (pula). Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Demikian juga sebuah hadis yang sering kita dengar secara eksplisit yang menyerukan agar kita menyampaikan kebenaran dari nabi meskipun satu ayat (sedikit).

Dari ayat di atas, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dakwah hendaknya dilakukan secara bijaksana dan penuh kedewasaan. Kedewasaan sebagai umat yang akan mengantarkan keluhuran Islam di mata kelompok lain serta menjadikan orang lain merasa aman dan tak terancam dengan Islam.

Oleh sebab itu, dalam melakukan dakwah di tengah masyarakat plural setidaknya seorang dai harus bersikap arif dengan memperhatikan nilai-nilai toleransi yang termanifestasi dalam beberapa hal berikut.

1. Pertama, ia harus menyadari heterogenitas masyarakat sasaran dakwah yang dihadapinya. Kemajemukan masyarakat mulai dari agama, etnis, tradisi, hingga kemampuan intelektual mereka harus dipahami dan dihadapi oleh seorang dai dengan mengedepankan nilai-nilai humanism dan equalitas (kesamaan).

2. Dakwah yang dilakukan harus menafikan unsur-unsur kebencian dan menghindari pikiran serta sikap menghina dan menjelek-jelekkan agama atau faham keagamaan yang berbeda yang diyakini oleh orang lain. Para dai harus sadar bahwa esensi dakwah adalah dialog yang dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, perhatian, kesabaran dan kasih sayang.

Di samping itu, seorang dai juga harus menyadari bahwa kebenaran yang ia sampaikan bukanlah satu-satunya kebenaran tunggal, tetapi kebenaran tersebut bersifat relative sehingga masih terbuka peluang untuk dikritisi dan dibenarkan. Ketiga, dakwah hendaknya dilakukan secara persuasif, jauh dari sikap memaksa. Keempat, seorang dai harus menenggang perbedaan dan menjauhi sikap ekstrimisme dalam beragama. Karena sikap ekstrimisme biasanya akan berujung pada sikap intoleran, mengklaim pendapat sendiri paling absah dan benar sementara yang lain salah, sesat, dan bid’ah (heterodoks).

Materi Dakwah Menyejukkan

Yang harus diperhatikan adalah memilih materi dakwah yang mengedepankan nilai-nilai agama universal yang memberi kesejukan serta jauh dari pemahaman keagamaan yang bertendensi provokatif yang mengakibatkan massa bertindak ke arah yang destruktif. Pemahaman keagamaan yang dilandasi pada pengutamaan kemaslahatan hidup umat dan masyarakat dalam menata hubungan sosial guna memperoleh kedamaian, keharmonisan dan kebersamaan dalam kemajemukan adalah salah satu hal yang harus dilakukan para dai dalam menyampaikan materi dakwah mereka.

Untuk memilih materi dakwah seperti termaksud di atas, di samping ditentukan oleh apresiasi positif kepada yang lain, juga yang terpenting adalah kematangan para dai dalam memahami pesan-pesan atau ide moral agama secara keseluruhan. Sekadar ilustrasi sederhana, dalam Islam umpamanya mengapa kita suka menonjolkan ayat semisal,”Tidak akan rela orang-orang Yahudi dan Nasrani (terhadapmu) sampai kamu mengikuti agama mereka,”, tanpa dibarengi dengan penjelasan terhadap konteks ayat tersebut, sementara masih banyak ayat pluralis lainnya yang menghargai agama lain seperti Qs. Al-Baqarah (2); 62 dan 148. Dua ayat ini disamping mengandung kenyataan bahwa pluralitas itu bagian dari sunnat Allah sekaligus juga melalui pluralitas kita dituntut untuk berlomba dalam kebaikan.

Dakwah Berparadigma Transformatif

Orientasi dakwah yang lebih mengedepankan perbaikan kualitas keimanan individual dengan menekankan hanya pada ketaatan menjalankan ritual keagamaan telah mengabaikan satu dimensi penting dalam dakwah, yakni pengembangan dan pemberdayaan masyarakat secara menyeluruh. Keterbelakangan, ketertinggalan dan keterpinggiran umat dari percaturan (peradaban) global dewasa ini adalah beberapa realitas yang kurang tersentuh dalam materi dakwah.

Dakwah sebagai salah satu misi suci setiap agama Islam hendaknya tidak dijadikan sebagai alat untuk memecah belah persatuan, menciptakan disharmoni, menebar kebencian serta mengobarkan api kemarahan, tetapi ia dijadikan sebagai alat perjuangan untuk melawan semua penindasan, kekerasan dan kesombongan para pecundang untuk mencapai misi suci agama yakni keimanan, kesejahteraan, keharmonisan dan persaudaraan di tengah perbedaan. Karena perbedaan bukan untuk dipersamakan tetapi sebagai sebuah kekayaan ia harus diberdayakan.

REFRENSI :

· Masuknya Islam di Indonesia, situs Kidung Peziarah
· Prof Dr HAMKA. Sejarah Umat Islam.
· H Zainal Abidin Ahmad. Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang; Bulan Bintang, 1979.
· Nurun Maksuni, Pesantren dalam wajah Islam Indonesia, nusyria.net:2007· bangkapos.com

Robot Bisa Main Sepeda


Kemampuan robot asal Jepang semakin luar biasa. Jika beberapa waktu lalu ketika terjadi Tsunami di Jepang, dunia dikejutkan dengan kemampuan robot Jepang untuk membersihkan kerusakan yang disebabkan oleh tsunami dan bahkan menggunakan robot untuk membersihkan radiasi nuklir di Jepang, ternyata robot buatan Jepang memang semakin pintar, salah satunya adalah penemuan sebuah robot yang mampu mengendarai sepeda sama baiknya dengan manusia, robot ini juga memiliki kemampuan keseimbangan yang sangat baik. Seorang profesor asal Jepang yang disebut Dr. Guero adalah orang yang menciptakan robot pintar tersebut. Jika dilihat sekilas, banyak orang akan mengira robot pintar asal Jepang ini hanyalah mainan robot biasa atau mainan remote control. Tapi jika diamati lebih lanjut, Anda akan melihat betapa pintarnya robot ini. Anda tidak percaya? Di masa depan, dapat dipastikan teknologi robot, khususnya robot Jepang akan semakin pintar dan semakin canggih. Diharapkan robot-robot tersebut dapat mengerjakan berbagai hal untuk membantu manusia dan melayani manusia. Namun, saat ini saja jumlah manusia sudah sangat banyak, akankah di masa depan dunia ini juga akan dipenuhi oleh para robot berkemampuan tinggi dan bahkan bisa mengerjakan berbagai hal menggantikan manusia? Kita tunggu saja di masa mendatang.

Gerakan Romantisme


Dari paro kedua abad ke 19 hingga jaman kini seni dan sastra dan filsafat, bahkan politik, dipengaruhi, secara negatif maupun positif, oleh cara perasaan kita dalam merasakan sesuatu. Dalam pengertian yang lebih umum, ini merupakan ciri khas dari apa yang disebut gerakan romantisme.
                Gerakan romantisme, pada tahap awalnya, tidak bersangkut-paut dengan filsafat, kendati jauh sebelumnya ia memiliki hubungan dengannya. Dengan politik, lewat Rosseau, ia sudah terkait sejak awal. Namun sebelum kita dapat memahami pengaruh politik dan filsafatnya, kita mesti membahasnya dalam bentuknya yang paling mendasar, yakni sebagai perlawanan terhadap standar etika dan estetika yang telah mapan.
                Sosok terkemuka pertama dalam gerakan ini adalah Rosseau, namun dalam batas waktu tertentu dia hanya mengangkat kecenderungan-kecenderungan yang telah ada. Kalangan yang menjunjung tinggi tata krama diperancis abad ke 18 mengagumi apa yang mereka sebut la sensibilite, yang berarti mudah menangkap perasaan, dan lebih khusus lagi terhadap simpati, agar benar-benar memuaskan, perasaan meski bersifat langsung, keras dan tidak tersentuh oleh fikiran. Orang yang peka akan terharu dan meneteskan air mata melihat satu keluarga petani yang sangat miskin, namun bersikap dingin terhadap rencana matang untuk memiskinkan kaum petani sebagai sebuah kelas, kaum miskin diseyogyakan lebih memiliki kebaikan ketimbang kaum berpunya, orang bijak diyakini adalah seorang yang meninggalkan kebobrokan istana menuju kedamaian hidup diperdusunan yang suasananya tidak ambisius. Sebagai perasaan yang diungkapkan, sikap ini didapati dikalangan penyair hampir disetiap periode.
                Rosseau tertarik dengan pengkultusan kepekaan yang ada, dan memberinya lingkup yang sebenarnya tidak ia miliki. Dia seorang demokrat, tidak hanya dalam teorinya namun juga dalam seleranya. Dalam waktu yang lama dia menjadi gelandangan miskin, mendapat perlakuan baik dari orang yang hanya sedikit lebih miskin darinya. Dia membayar kebaikan ini dengan tindakan nyata, acapkali dengan ucapan terima kasih yang berlebihan. Namun dari sisi perasaan, tanggapan itu adalah hal yang paling sering dilakukan oleh mereka yang mengkultuskan kepekaan. Dengan selera sorang gelandangan dia mendapati bahwa pengekangan oleh komunitas paris sangat menjengkelkan darinya kalangan romantis mempelajari kebencian akan pembatasan ketentuan. Pertama,  dalam hal berpakaian dan bertingkah laku dalam lagu dan syair kepahlawanan, dan kemudian dalam seni dan cinta, dan yang terakhir dalam keseluruhan lingkup moral tradisional.
                Pada jaman Rosseau, banyak orang yang mulai bosan dengan yang namanya keamanan, dan mulai mengidamkan kegembiraan. Revolusi perancis dan Napoleon bisa memberikan apa yang mereka idamkan. Pada tahun 1815 dunia politik memang kembali tenang, namun ini adalah yang sangat tidak hidup, sangat kaku, sangat bertentangan dengan kehidupan yang bergairah, yang hanya bisa dinikmati oleh kaum konservatif yang merasa terancam. Akibatnya, banyak ketidaksetujuan, secara diam-diam, terhadap status quo sebagaimana pernah terjadi diperancis dibawah kekuasaan Roi Soleil dan inggris hingga masa-masa Revolusi perancis. Pemberontakan abad ke 19 terhadap sistem Aliansi Suci memiliki dua bentuk. Disatu sisi, terdapat pemberontakan industrialisme, kapitalis dan proletariat, melawan monarki dan aristokrasi; ini nyaris tak tersentuh oleh romantisme, dan dalam banyak hal menyerupai kondisi abad ke 18. Gerakan ini direpsentasikan oleh kalangan filsuf radikal, gerakan perdagangan bebas, dan sosialisme Marxis. Yang sangat berbeda-beda dari ini adalah pemberontakan kalangan romantik, yang sebagian bersifat reaksioner, dan sebagian revolusioner. Dalam periode pasca revolusi mereka secara bertahap memasuki dunia politik lewat nasionalisme. Tiap bangsa dianggap memiliki jiwa kolektif, yang tidak bisa bebas selama ada perbedaan antara batas-batas Negara dengan batas-batas Bangsa. Dalam paro pertama abad ke 19, nasionalisme merupakan prinsip revolusi yang kuat, dan sebagian besar kalangan romantis mendukungnya.
                Watak kalangan romantis banyak dibahas dalam fiksi. Mereka menyukai hal-hal aneh ; hantu, kastil kuno yang berantakan, dan kemurungan keturunan terakhir dari bekas keluarga ternama, praktisi hipnotis dan ilmu ghaib, dan penguasa tiran yang telah runtuh. Fielding dan Smollet menulis tentang orang awam dalam lingkungan yang mudah dijumpai ; juga tentang seorang realis yang bereaksi terhadap romantis, tema-tema itu terlalu biasa ; mereka merasa hanya terilhami oleh hal-hal yang besar, jauh, dan angker. Ilmu pengetahuan dari jenis yang agak meragukan, bisa dimanfaatkan jika ia mengarah kesesuatu yan mengherankan; namun pada intinya jaman pertengahan, dan apa yang kini dianggap berasal dari jaman itu, sangat menyenangkan bagi kalangan romantis. Meraka ahkan acapkali terasing dari realita aktual, baik masa lalu maupun kini. The ancient marinir adalah contoh yang khas, dan karya coleridge, kublakhan nyaris bukan merupakan gambaran historisnya monarki Marcopolo. Letak geografis romantisme cukup menarik : xanadu hingga “pantai Chorasmian”, tempat-tempat yang mereka minati, adalah tempat yang cukup jauh, situs purbakala, dan kawasan asia.
                Gerakan romantisme pertama kalinya muncul dijerman, kendati salah satu sumbernya adalah Rosseau. Kaum romantik jerman adalah kaum muda dipenghujung abad ke 18, dan dimata muda itulah mereka mengungkapkan apa yang menjadi ciri khas pandangan mereka. Mereka yang tidak mati muda pada akhirnya membiarkan individualitas mereka dikaburkan dalam keseragaman gereja katolik. (seorang romantik bisa menjadi katolik jika dia terakhir sebagai protestan, namun sebaliknya yang sudah katolik tidak bisa menjadi protestan, lantaran diperlukan perpaduan katolisme dengan pemberontakan atau protes). Karya coleridge dan shelley banyak dipengaruhi oleh kaum romantik jerman, terlepas dari pengaruh jerman, pandangan romantis juga menjadi lazim diinggris dalam tahun-tahun awal abad ke 19. Diperancis, kendati dalam bentuk bentuk yang lemah, ia berkembang pada jamannya victor Hugo hingga periode pasca-Restorasi. Di Amerika, aliran ini hampir tampak murni dalam karya Melville, Thoreau, dan Brook Farm, dan tampak agak lembut dalam karya Emerson dan Hawthorne. Kendati romantisme condong kepada katolisme, terdapat unsur protestanisme yang suka hilang dalam individualitas pandangan mereka. Adapun keerhasilan permanen mereka dalam membentuk adat-istiadat, pendapat umum, dan lembaga hampir seluruhnya terbatas pada negara- negara Protestan.
                Awal romantisme diinggris dapat kita ketahui dari tulisan para satris. Dalam karya Sheriden Rivals (1775), pahlawati diseyogyakan untuk menyenangkan para pendukungnya dan orang tuanya; namun pria kaya yang mereka seleksi berhasil mendapatkan cintanya dengan cara merayunya menggunakan nama samaran dari berpura-pura jadi miskin. Jane Austen mengkomedikan romantisme dalam Northanger Abbey dan sense and sensibility (1779-8). Northanger Abbey menampilkan tokoh pahlawati yang disesatkan dalam karya ultra-romantik Mrs. Radcliffe, mysteries of udolpho, yang diterbitkan pada tahun 1794. Karya romantik pertama yang baik diinggris - selain karya blake, yang beraliran swedonborgian dan nyaris tidak menjadi anggota gerakan manapun – adalah ancient marinernya coleridge yang diterbitkan tahun 1799. Ditahun berikutnya, dia dipasok dana oleh nedgword, dia pergi kegottingen dan menjadi sangat terpengaruh oleh Kant, yang justru tidak menjadikan tulisannya lebih baik.
                Setelah coleridge, wordsworth, dan southney menjadi reaksonis, kebencian terhadap dan Napoleon mengerem laju sementara perkembangan romantisme inggris. Namun kemudian dijalankan kembali oleh Byron, Shelley dan Keats, dan dalam batas tertentu mendominasi keseluruhan jaman viktoria.
                Gerakan romantisme pada dasarnya, bertujuan membebaskan kepribadian manusia dari belenggu kesepakatan dan moralitas sosial. Sebagian belenggu ini tidak mampu mencegah dilaksanakannya aktivitas yang dikehendaki, karena setiap komunitas kuno telah mengembangkan aturan berperilaku yang bersifat tradisional. Namun hasrat egois, bila sudah diumbar, tidaklah mudah dikembalikan untuk kepada kebutuhan masyarakat. Nasrani, dalam batas tertentu, telah berhasil menjinakkan ego, namun faktor ekonomi, politik dan intelektual memicu pertentangan terhadap gereja. Sementara gerakan romantisme membawa pemberontakan itu ke arah moral. Dengan mendorong muncul ego yang tidak patuh terhadap hukum ia menjadikan kerja sama sosial mustahil, dan menghadapkan muridnya pada pilihan anatara monarki ataukah Despotisme, Egosime, pada awalnya, menjadikan manusia berharap adanya sikap baik dari sesamanya, namun ketika mereka mendapati, dengan rasa marah, bahwa orang lain juga memiliki ego sendiri, mereka mengubah hasrat akan kebaikan menjadi kebencian dan tindak kekerasan manusia bukanlah binatang. Menyendiri, dan selama kehidupan masyarakat terus berlangsung, penyadaran-diri bukanlah prinsip luhur etika.

Deli


 
Menurut Hikayat Deli, seorang pemuka Aceh bernama Muhammad Dalik berhasil menjadi laksamana dalam Kesultanan Aceh. Muhammad Dalik, yang kemudian juga dikenal sebagai Gocah Pahlawan dan bergelar Laksamana Khuja Bintan (ada pula sumber yang mengeja Laksamana Kuda Bintan), adalah keturunan dari Amir Muhammad Badar ud-din Khan, seorang bangsawan dari Delhi, India yang menikahi Putri Chandra Dewi, putri Sultan Samudera Pasai. Dia dipercaya Sultan Aceh untuk menjadi wakil bekas wilayah Kerajaan Haru yang berpusat di daerah sungai Lalang-Percut.
 
Dalik mendirikan Kesultanan Deli yang masih di bawah Kesultanan Aceh pada tahun 1630. Setelah Dalik meninggal pada tahun 1653, putranya Tuanku Panglima Perunggit mengambil alih kekuasaan dan pada tahun 1669 mengumumkan memisahkan kerajaannya dari Aceh. Ibu kotanya berada di Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan.



Sebuah pertentangan dalam pergantian kekuasaan pada tahun 1720 menyebabkan pecahnya Deli dan dibentuknya Kesultanan Serdang. Setelah itu, Kesultanan Deli sempat direbut Kesultanan Siak Sri Indrapura dan Aceh. Pada tahun 1858, Tanah Deli menjadi milik Belanda setelah Sultan Siak, Sultan Al-Sayyid Sharif Ismail, menyerahkan tanah kekuasaannya tersebut kepada mereka. Pada tahun 1861, Kesultanan Deli secara resmi diakui merdeka dari Siak maupun Aceh. Hal ini menyebabkan Sultan Deli bebas untuk memberikan hak-hak lahan kepada Belanda maupun perusahaan-perusahaan luar negeri lainnya. Pada masa ini Kesultanan Deli berkembang pesat. Perkembangannya dapat terlihat dari semakin kayanya pihak kesultanan berkat usaha perkebunan terutamanya tembakau dan lain-lain. Selain itu, beberapa bangunan peninggalan Kesultanan Deli juga menjadi bukti perkembangan daerah ini pada masa itu, misalnya Istana Maimun.
 
Kesultanan Deli masih tetap eksis hingga kini meski tidak lagi mempunyai kekuatan politik setelah berakhirnya Perang Dunia II dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.

Partai Mahasiswa Berdaulat

Lenin



A. PEMBAHASAN 

1. Latar belakang pemimpin 

Lenin dilahirkan dengan nama Vladimir Ilich Ulianov di kota Simbirsk, Volga pada tanggal 10 April 1870 dari enam bersaudara. la merupakan keturunan bangsawan sehingga keluarganya mampu membiayai Lenin masuk perguruan tinggi. Ayah Lenin berprofesi sebagai pegawai negeri yang menjabat direktur sekolah konservatif dan ibunya seorang dokter anak. Masa kecil Lenin tidak jauh berbeda dengan anak-anak Volga lainnya yang dihabiskan dengan bermain bersama. Lenin kecil bersama teman dan saudara-saudaranya, namun ada perbedaan yang mencolok dari Lenin, ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dibandingkan dengan teman-teman sekelas lainnya. Hal itu terbukti dari medali emas yang Lenin dapatkan dari pihak sekolah karena nilainya yang selalu bagus dan tingkah lakunya yang baik. 

Lenin atau Vladimir Ilyich Lenin merupakan nama samaran dari Vladimir Ilyich Ulyanov, meninggal di Gorki, RSFS Rusia, Uni Soviet, 21 Januari 1924 pada umur 53 tahun, dikenal sebagai revolusioner komunis Rusia, pemimpin partai Bolshevik, perdana menteri pertama Uni Soviet, kepala negara pertama Uni Soviet secara de facto, dan penggagas Leninisme. (Nama Lenin sebenarnya adalah sebuah nama samaran dan diambil dari nama Sungai Lena di Siberia.) 

Masa Muda 

Lenin lahir sebagai putra dari Ilya Nikolaevich Ulyanov (1831 - 1924), seorang pegawai negeri Rusia yang berjuang meningkatkan demokrasi dan pendidikan bebas untuk semua orang Rusia. Beristerikan Maria Alexandrovna Blank (1835 - 1916). Lenin berasal dari sukubangsa yang berbeda-beda. Ia punya darah Kalmyk yang diwarisinya dari orangtua ayahnya. Dan ibunya mewarisi darah Jerman Wolga. 

Lenin terkenal pandai dalam bahasa Latin dan bahasa Yunani. Di bulan Mei 1887 kakaknya Alexander Ulyanov mendapat hukuman gantung karena merencanakan pembunuhan Tsar Alexander III. Ini membuat Lenin menjadi radikal, ia dikeluarkan dari Universitas Kazan karena turut serta dalam demonstrasi mahasiswa. Akan tetapi ia belajar sendiri. Tahun 1891 bisa mendapatkan izin menjadi seorang pengacara. 

Revolusioner & Akhir hidup 

Ketika sebagai pengacara di Saint Petersburg, ia mengenal karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Karya tentang Marxisme dilarang di Rusia, Lenin ditangkap dan dipenjara selama setahun. Lalu dibuang ke Siberia. Dalam penjara pun Lenin menunjukkan bakatnya dengan mengalahkan para penghuni penjara yang lain dalam bermain catur. 

Bulan Juli 1898, masih di Siberia, Lenin menikahi seorang wanita sosialis bernama Nadezhda Krupskaya. Tahun 1899, Lenin menulis buku tentang perkembangan kapitalisme di Rusia. Tahun 1900, Lenin diperbolehkan pulang dari Siberia. Lalu berkeliling Eropa dan mengunjungi konferensi-konferensi Marxis. 

Tahun 1903 Lenin bertengkar dengan pengurus Partai Sosial-Demokrat dan Buruh Rusia mengenai struktur kepartaian. Julius Martov, seorang pengurus, menginginkan sebuah struktur yang agak lepas dan otonom sedangkan Lenin menginginkan struktur yang sentralistik. Partai ini pecah menjadi dua. Orang-orang Lenin disebut kaum Bolshevik yang berarti mayoritas dan orang-orang Martov disebut kaum Menshevik yang berarti minoritas.

Bulan Februari 1917, berhubung dengan kekalahan besar Rusia di Perang Dunia I, Tsar Nikolas II dipaksa turun takhta. Lalu terbentuk kabinet yang dipimpin Alexander Kerensky. Pada tanggal 16 April 1917, Lenin kembali ke Petrograd, nama kota Saint Petersburg yang di 'Rusia'-kan. 

Pada bulan Juli Lenin mencoba mengadakan pemberontakan kaum buruh. Namun pemberontakan ini gagal, Lenin melarikan diri ke Finlandia. Bulan Oktober 1917 Lenin kembali dan mengadakan Revolusi Oktober. Saat ini Lenin berhasil, maka tanggal 7 November 1917 menurut tarikh Kalender Gregorian atau 25 Oktober menurut tarikh Kalender Julian, revolusinya berhasil dan Kerensky melarikan diri. 

Tanggal 30 Agustus 1918, Lenin ditembak oleh Fanya Kaplan, seorang wanita revolusioner, sebanyak tiga kali. Kaplan menganggap Lenin telah mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat namun kesehatannya mulai menurun dan tak pernah pulih. Lenin meninggal 

2. Gaya kepemimpinan 

Lenin dalam gerakannya, iya mengadopsi pemikiran daripada marx dengan konsep sosialismenya, namu lenin agak sedikit berbeda dengan yang sebelumnya tetapi ada relefansi dari kedua pemikir tentang kepimpinan, marx misalnya berdasarkan penelusurang sejahar dan analisis ekonomi, marx berpendapat bahwa seperti feodalisme yang dengan kekerasan akan bisa digulingkan dan diganti oleh kapitalisme, maka tatanan kapitalisme itu sendiri juga akan digulingkan dan akan diberi jalan bagi perkembangan sosilalisme. 

Sosok lenin adalah suatu gambaran dari pada marx itu sendiri bagaimana dia adalah seseorang diktator plotariat, untuk menjadi seorang diktaktor proletar haru dibutuhkan sebbuah organisasi atau partai sebagai alat perjuangan klas kaum proletar, pada saat dia keluar negri pada tahun 1895 ia menhubungi kelompok emansipasi di swis, dan kembali dan memusatkan perhatiannya pada usaha probaganda di kalangan rakyat luas dalam upaya membangun partai yang mendukung teori karl marx, dan terus intens dalam usaha propaganda, dalam usaha menbangun partai yang marxist, lenin menberikan sumbangan yang sangat besar, melebihi perorangan yang lain. Dalam menganalisis posisi kaum marxist berhadapan dengan kaum narodniks yang konsekuensinya harus mengadopsi landasan perjuangan partai sosial-demokrat jerman adalah kelompok narodnik yang pecahanya, merupakan kelompok marxist yang pertama yang didalamnya ada lenin yang gencar melakukan aktivitas politik propaganda, ada perbedaan antara lenin dan kelompok narodniks dalam mengonsepsi kapitalisme, narodniks menganggap bahwa kapitalisme sebagai kreasi yang artifiliasi yang diperkenalkan oleh barat, lenin menerjemahkan kapitalisme berkembang secara spontan, lenin menambahkan bahwa rusia yang feodal, maka kapitalisme merupakan fenomenah progresif. Argumen dalam berhadapan dengan kaum narodniks yang mengandung konsekuensinya adalah perkembangan klas buruh rusia di kota-kota, telah menumbuhkan kemungkinan lebih besar bagi terjadinnya revolusi sosialis, pada tahap tertentu kapitasisme sudah berkembang di rusia bahkan sudah sampai di daereh-daerah yaitu kaum tani kaya telah menguasai komune. Karena itu revolusi sosialis hanya bisa dilakukan jika melawan tzarisme sekaligus melawan kaum borjuis, termasuk petani kaya. Lenin menggandeng kaum tani yang homogen dalam aktivitas politik dengan bealiansi besar dengan klas buruh, karena lenin mempertanyakan pertangaan teoritik dalam propaganda pada kaum tani rusia, apakah kaum tani akan bergabung dengan kaum borjuis dalam revolusi atau akan bealiansi dengan klas buruh dalam merealisasikan revolusi sosialis di rusia, lenin menyatakan bahwa klas buruh merupakan satu-satunya dan wakil alami dari seluruh rakyat yang bekerja dan tertindar dirusia. Karena itu klas buruh harus menjadi pemimpin dalam perjuangan dari semua elemen masyarakat yang tidak puas denga absolutisme dan tidak berada dalam pertai liberal yang kelompok peragu dan berhati-hati. 

Perasaan lenin sangat halus, karena itu pertentangannya dengan teman-teman pribadinya sangat mempengaruhinya. Selama terjadi konsfrensi didalam partai pada tahun 1903, lenin dituduh lawan”nya menjadi ‘autokrat’ manakala dia berdiskusi, namun dia sendiri mengakui bahwa hal itu disebabkan karna dia ‘terlalu bersemangat’, ditahun 1917 lanin menjadi matang. Istrinya, telah melihat pengalaman selama 9 tahun dipengasingannya yang kedua, menyebutkan bahwa lenin telah melebur diri dalam tujuan-tujuan politik yang diperjuangkannya, sehingga dia bisa memutuskan hubungan dengan teman” dekatnya sekalipun, manakala teman”nya itu merugikan gerakan politiknya, dan sebaliknya. 

3. PENGARUH DAN POWER YANG DIMILIKI 

Perang Dunia I membuka peluang besar buat Lenin. Perang ini membawa malapetaka baik militer maupun ekonomi bagi Rusia dan akibatnya menambah ketidakpuasan rakyat kepada sistem pemerintahan Tsar. Akhirnya pemerintah Tsar ini digulingkan di bulan Maret tahun 1917 dan untuk sementara waktu tampaknya Rusia dipimpin oleh sebuah pemerintah demokratis. 

Begitu mendengar kejatuhan Tsar, Lenin buru-buru pulang ke Rusia dan sesampainya di negeri asalnya ia dengan cepat dapat melihat dan mengambil kesimpulan bahwa partai-partai demokratis --walau sudah mendirikan pemerintahan sementara-- tak punya daya kekuatan cukup dan kondisi ini sangat baik buat partai Komunis yang punya pegangan disiplin kuat untuk menguasai keadaan biarpun anggotanya sedikit. 

Karena itu Lenin mendorong dan memimpin kaum Bolshevik melompat kedepan mengambil pemerintahan sementara dan menggantinya dengan pemerintahan Komunis. Percobaan pertama di bulan Juli tidak berhasil dan memaksa Lenin menyembunyikan diri. Percobaan kedua di bulan Nopember 1917 berhasil dan Lenin menjadi kepala negara baru.
Selaku kepala pemerintahan, Lenin keras tetapi di lain pihak dia amat pragmatis. Mula-mula dia ajukan tekanan yang tak kenal kompromi adanya masa transisi singkat menuju masyarakat yang ekonominya sepenuhnya berdasar sosialisme. Ketika ini tidak jalan, dengan luwes Lenin mundur dan mengambil jalan sistem ekonomi campuran kapitalis-sosialistis. Ini berjalan di Uni Soviet selama beberapa tahun.
.
Ciri penting dari Lenin adalah dia seorang yang cepat bertindak sehingga dialah orang yang mendirikan pemerintahan Komunis di Rusia. Dia menganut ajaran Karl Marx dan menterjemahkannya dalam bentuk tindakan politik praktis yang nyata. Sejak bulan Nopember 1917 telah terjadi ekspansi kekuatan Komunis ke seluruh dunia. Kini, sekitar sepertiga penduduk dunia menganut faham Komunis.

Biarpun arti penting Lenin terletak pada seorang pemimpin politik praktis, Lenin juga menunjang pengaruhnya lewat tulisan-tulisan. Pikiran-pikiran Lenin tidaklah bertentangan dengan Marx tetapi ada perubahan tekanan. Lenin kelewat terpukau oleh taktik-taktik revolusi dan dia merasa punya kelebihan khusus dalam urusan ini. Dia tak henti-hentinya menekankan perlunya penggunaan kekerasan: "Tak ada masalah apa pun dalam hubungan perjuangan kelas dapat diselesaikan tanpa kekerasan," adalah ungkapan khasnya. Marx hanya mengaitkan perlunya kediktatoran proletariat sekali-sekali saja, tetapi Lenin sudah terlalu tergoda dengan itu. Misalnya ucapannya: "Diktatur proletariat tak lain dan tak bukan daripada kekuasaan berdasarkan kekerasan yang tak ada batasnya, baik batas hukum maupun batas aturan absolut."

Ide Lenin tentang kediktatoran sesungguhnya lebih penting ketimbang politik ekonominya. Ciri terpokok pemerintahan Soviet bukanlah di bidang politik ekonominya (banyak pemerintahan sosialis di banyak negeri) tetapi ciri pokoknya lebih terletak pada teknik mempertahankan kekuasaan politik untuk jangka waktu tak terbatas. Terhitung sejak saat Lenin hidup, tak ada satu pun pemerintah Komunis di mana pun juga di dunia ini --sekali berdiri dengan kokohnya-- dapat tergulingkan. Dengan pengawasan yang seksama terhadap semua lembaga kekuasaan dalam negeri --mass media, bank, gereja, serikat buruh dan lain-lain-- pemerintahan Komunis tampaknya sudah mengikis adanya kemungkinan-kemungkinan penggulingan pemerintahan. Bisa saja ada titik-titik lemah pada kekuatannya, tetapi tak seorang pun mampu menemukannya.

jelas Komunisme adalah gerakan besar yang punya arti penting sejarah. Tidaklah jelas benar, siapakah yang bisa dianggap paling berpengaruh dalam gerakan ini, Marx atau Lenin. Saya beranggapan Marx punya arti lebih penting karena dia mendahului dan mempengaruhi Lenin. Tetapi masih bisa dibantah anggapan ini karena kemampuan politik praktis Lenin merupakan faktor yang amat ruwet dalam hal mendirikan Komunisme di Rusia. Tanpa peranan Lenin, Komunis rasanya mesti menunggu bertahun-tahun untuk punya kesempatan memegang kekuasaan dan akan menghadapi perlawanan yang lebih terorganisir. Karena itu, bukan mustahil tidak bisa berhasil. Dalam hal memantapkan arti penting Lenin, orang jangan lupa betapa singkatnya masa kekuasaan dipegangnya. Juga, berdirinya diktatur proletariat di Uni Soviet lebih besar berkat Lenin ketimbang penggantinya, Stalin yang lebih keras.

Sepanjang hidupnya Lenin seorang pekerja keras dan tekun. Dia seorang yang kenamaan dan jumlah buku yang ditulisnya tak kurang dari 55 jilid. Dia mengabdikan seluruh hidupnya untuk tujuan-tujuan revolusi, dan meskipun dia mencintai keluarganya, dia tak mau pekerjaannya terganggu. Ironisnya, biar dia menghabiskan sepenuh umurnya dalam percobaan melenyapkan penindasan, hasil yang dicapainya dari perjuangan adalah penghancuran semua segi kebebasan pribadi. 

4. CAPAIAN 

Partai Bolsyevik dalam Revolusi 1917 

Selama tahun 1917 Bolsehvik bertumbuh dengan pesat. Pada bulan Januari, para anggota partai berjumlah 23.600. Jumlah anggota meningkat terus hingga menjadi 70.204 pada bulan April dan kira-kira 200.000 pada bulan Agustus. Angka-angka ini masih agak kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Rusia saat itu, yakni 100 juta, akan tetapi para Bolsyevik amat terkonsentrasi dalam kelas buruh yang berkesadaran tinggi, sehingga di beberapa daerah industrial strategis, kelompok Bolsyevik sejak awal bisa memimpin kaum buruh. Badan demokratik pertama yang dikuasai pihak Bolsyevik adalah konferensi aktivis pabrik ibu kota yang diselenggarakan pada akhir Mei. Pada tanggal 18 Juni, ketika dewan eksekutif soviet (yang masih didominasi kelompok Mensyevik dan SR) mengadakan sebuah demonstrasi massa, 90 persen dari spanduk yang dibawa para perserta bertuliskan slogan-slogan Bolsyevik. 

Menyaksikan revolusi Oktober, seorang Mensyevik terkemuka, Martov, harus menulis: "Harap mengerti, yang terjadi di depan mata kita adalah sebuah kebangkitan kaum proletariat -- hampir seluruh proletariat mendukung Lenin serta berharap mencapai emansipasi mereka lewat kebangkitan ini." Revolusi Februari tidak dipimpin oleh kaum Bolsyevik ataupun partai lain, melainkan oleh massa rakyat secara "spontan". Oleh karena itu kaum buruh dan prajurit revolusioner tidak bisa merebut kekuasaan, dan kekuasaan dalam pemerintah transisi tetap dipegang oleh unsur-unsur borjuis dan liberal. Para buruh dan prajurit sama sekali tidak puas dengan hasil itu. Sejak tanggal 3 Maret pertemuan-pertemuan prajurit dan buruh mulai menuntut agar soviet ibukota mengambil alih kekusaan, namun mereka belum memiliki organisasi dan kepemimpinan politik yang sunggup memaksa kehendak mereka. Kevakuman itu baru dipenuhi dengan bertumbuhnya partai Bolsyevik yang akhirnya bisa meraih mayoritas dalam soviet, menaikkan program revolusioner konkrit (Perdamaian, pangan, tanah! Semua kekuasaan untuk soviet!) guna menyatukan kaum buruh, tani dan prajurit kecil, yang kemudian menyelenggarakan insureksi secara berdisiplin. 

Dari fakta-fakta ini, tidak sedikit pengamat yang menyebut revolusi Oktober sebuah kudeta saja. Bagaimana peranan partai Bolsyevik dalam merebut kekusaan bisa disesuaikan dengan prinsip demokratik bahwa kaum buruh dan rakyat sendiri yang harus berkuasa, melalui soviet-soviet? Untuk menelusuri masalah ini, mari kita menyimak pola pikiran Lenin selama tahun 1917. Lenin secara konsisten melawan semua afonturisme, misalnya dalam Tesis-tesis April yang menjadi dokumen strategis utama bagi revolusi Bolsyevik. "Dalam tesis-tesis itu," tulisnya beberapa waktu kemudian, "saya dengan tegas mereduksi persoalannya menjadi masalah perjuangan untuk mempengaruhi soviet-soviet ... dua kali saya tekankan perlunya kerjaan penjelasan yang sabar dan gigih dan sesuai dengan kepentingan praktis massa." Partai Bolsyevik boleh bertindak secara independen untuk menumbangkan rezim lama, karena aksi ini hanya merupakan tindakan destruktif saja. Lembaga-lembaga negara buruh sudah berdiri dalam bentuk soviet, dan hak partai Bolsyevik untuk bertindak berdasarkan mayoritas yang sudah diraihnya dalam soviet itu. 

Seperti ditulis Lenin setelah berhasilnya pemberontakan tersebut: "Partai Bolsyevik adalah dalam mayoritas di Kongres Kedua Soviet Se-Rusia. Makanya hanya sebuah pemerintah yang dibentuk oleh pihak Bolsyevik merupakan pemerintahan soviet." Di dalam tubuh Partai Bolsyevik pun, perdebatan dan perjuangan demokratik harus terjadi agar partai itu menjadi siap melakukan revolusi. Saat Lenin pertama kali melontarkan slogan "Semua kekuatan untuk soviet" dia dilawan oleh seluruh pimpinan partai, yang masih pegang pada rumusan lama tentang "revolusi demokratik" yang dianggap mesti mendahului revolusi sosialis. Lenin harus meyakinkan mereka dengan argumen-argumen, bukan dengan senjata, dan itupun hanya mungkin karena argumentasinya senada dengan perasaan para aktivis buruh muda yang sedang masuk partai. Makanya revolusi yang dipimpin kaum Bolsyevik memiliki dasar demokratik yang kuat. 

KOMINTERN: Sebuah Partai Revolusioner Internasional 

Lenin dan Trotsky melihat revolusi di Rusia sebagai langkah pertama dalam revolusi internasional yang harus meluas ke seluruh Eropa. Oleh karena itu kaum Bolsyevik dan para simpatisan dari mancanegara mendirikan Internasional Ketiga (Internasional Komunis atau Komintern). Kongres pertama (1919) tidak berhasil banyak, namun dengan kongres kedua (1920) Komintern mengambil bentuk sebagai organisasi perjuangan internasional, yang berbeda dari Internasional Kedua (sosial-demokrat) dalam beberapa hal yang penting. 

Yang pertama, Internasional Kedua adalah sebuah federasi longgar yang terdiri atas partai-partai nasional yang independen, sedangkan Komintern jauh lebih tersentralisasi. Menurut Anggaran Dasarnya, "Internasional Komunis, dalam kata-kata dan juga dalam tindakan, harus menjadi satu partai komunis bagi seluruh dunia. Partai-partai yang bergerak di negeri-negeri masing-masing hanya merupakan seksi-seksi dari partai tersebut." Yang kedua, Komintern berupa partai pelopor revolusioner. Dulu Lenin telah memerangi unsur-unsur non-revolusioner dalam gerakan kiri Rusia; sekarang dia melakukan hal yang sama dalam gerakan internasional. Dia menghadap unsur-unsur "sentris" (centrist), yaitu kelompok-kelompok yang ditengah-tengah antara kubu revolusioner dan kubu refrormis, dengan polemik-polemik tajam. Di saat yang sama dia mengecam pula unsur-unsur "ultra-kiri" yang sifat utamanya adalah ketidaksabaran. 

Dalam tulisannya berjudal Kekiri-kirian (Left Wing Communism) Lenin menjelaskan bahwa para komunis harus bersedia bergerak di dalam serikat-serikat buruh yang konservatif atau ikut partisipasi dalam pemilihan-pemilihan borjuis, selama massa buruh dan rakyat masih percaya pada struktur-struktur semacam itu. Namun selalu dengan tujuan meyakinkan massa itu untuk putus dengan lembaga-lembaga borjuis dan reformis. Internasional Komunis mengerahkan jutaan buruh dalam perjuangan sosialis, namun akhirnya gagal juga, dan selama tahun 1920-an menjadi semakin tidak efektif sekaligus semakin didominasi oleh rezim soviet. Kenapa itu bisa terjadi? Tentu saja para pimpinan Bolsyevik, terutama Lenin dan Trotsky, amat berwibawa di mata partai-partai komunis lainnya. Mula-mula ini merupakan hal yang positif, karena partai-partai itu harus banyak belajar dari pengalaman-pengalaman Bolsyevik. Lenin berharap ini hanya akan menjadi fenomena sementara saja, karena dengan terjadinya revolusi-revolusi di barat kaum revolusioner di negeri-negeri barat mesti mengambil alih kepemimpinan. Tetapi revolusi di barat gagal. Alhasil para revolusioner di Jerman dan negeri-negeri lain semakin kehilangan kepercayaan-diri, sehingga tidak lagi berani berpikir secara independen. Sedangkan di Rusia sendiri, birokrasi Stalinis semakin menguat, sehingga akhirnya Komintern menjelma menjadi organisasi boneka rezim Stalin. Meski demikian, dokumen-dokumen dari kongres-kongres pertama Internasional Komunis sangat berguna untuk mengerti strategi dan taktik yang diajukan oleh para revolusioner paska-Oktober 1917 di tingkat global. 

5. KELEBIHAN LENIN 

Lenin merupakan simbol dari kemenangan revolusi secara keseluruhan, dan hampir semua pengamat setuju bahwa lenin mampu mendominasi para pendengarnya dengan kekuatan pikiran dan kepribadiannya, kata-kata lenin kemudian menjadi hal yang mempunyai kekuasaan otorisasi disoviet rusia, 

6. KELEMAHAN LENIN 
Seorang pemimpin harus pandai dalam hal orator. Lenin agak lemah dalam berorator, tapi dia pandai dalam berdebatan teori dan praksis, gaya lenin berbicara tampaknya tetap sama, dengan keterusterangan dan kelurusannya, serta dengan argumennya yang sederhan. Dia bukan orator besar bila dibandingkan dengan kerensky ataupun trotsky. 

B.PENUTUP 

1. KESIMPULAN 

Sejarah Lenin dan Partai Bolsyevik tidak lepas dari kekalahan dan kesalahan yang serius. Namun mereka berhasil menggabungkan dan menerapkan dalam praktek dua prinsip yang mahapenting. Pertama, bahwa kaum aktivis buruh serta aktivis revolusioner lainnya harus menbentuk sebuah organisasi independen yang menjunjung tinggi kepentingan kelas buruh dan rakyat tertindas untuk jangka panjang guna melakukan revolusi sosialis. Kedua, bahwa partai itu harus menjalin hubungan yang dekat dengan massa buruh dan rakyat tertindas dengan mengadakan intervensi dalam semua perjuangan, termasuk yang paling minimal sekalipun. Untuk mengkombinasikan kedua aspek ini, kaum revolusioner harus menggabungkan keteguhan dalam prinsip dengan fleksibilitas dalam taktik. Inilah yang pernah dijuluki "realpolitik revolusioner Lenin".