Di KTT GNB, Iran Ngotot Lanjutkan Program Nuklir


TEHERAN - Tekanan internasional, khususnya AS dan negara-negara Barat lain, tak menyurutkan sikap Iran dalam mengembangkan program nuklir. Pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad bersikukuh untuk melanjutkan program nuklirnya. Teheran menyatakan bahwa mereka tak akan menghentikan pengayaan uranium karena program itu dikembangkan untuk tujuan damai.

Penegasan itu kembali ditegaskan Iran di tengah-tengah KTT Ke-16 Gerakan Non-Blok (GNB) di Kota Teheran, Selasa (28/8). KTT organisasi yang beranggotakan 120 negara dan 17 negara pengamat tersebut berlangsung sejak Minggu (26/8) hingga Jumat lusa (31/8). "Aktivitas pengayaan uranium Iran tak akan dihentikan dan akan terus lanjutkan. Kami akan melanjutkan di bawah pengawasan IAEA (Badan Energi Atom Internasional, lembaga PBB yang mengawasi masalah nuklir)," tegas Ali Asghar Soltanieh, utusan khusus Iran untuk IAE, kepada pers di sela pertemuan tingkat menteri GNB kemarin. "Kami tak akan pernah menyerah. Sebab, itu menjadi hak kami untuk melakukan pengayaan (uranium)," lanjutnya. Sikap Iran itu kian memperuncing perseteruan dengan IAEA dan Dewan Keamanan (DK) PBB. Sebelumnya, DK PBB telah berkali-kali mendesak Iran untuk menghentikan kegiatan pengayaan uranium. Empat sanksi ekonomi pun telah dijatuhkan untuk mengisolasi Negeri Para Mullah itu. Sanksi tersebut diikuti AS dan Uni Eropa. Aktivitas pengayaan Iran muncul kembali ke permukaan pekan ini setelah IAEA berencana merilis laporan terakhir hasil inspeksinya pada sejumlah fasilitas nuklir. Sebagian temuan itu sudah bocor ke media Israel dan AS pekan ini. Khususnya, data yang mengonfirmasi pernyataan Presiden Mahmoud Ahmadinejad 25 Juli lalu bahwa Teheran telah memasang ratusan mesin pemisah uranium centrifuge baru. Penolakan Iran untuk memberikan izin kepada pengawas IAEA mengunjungi fasilitas militer Parchin, luar Teheran, juga masuk dalam laporan tersebut. Sumber diplomat Barat pekan lalu kepada Associated Press membeber upaya Iran untuk menutupi fasilitas militer Parchin. Lokasi tersebut ditutup sejenis plastik agar tidak bisa dideteksi satelit. Dari satelit itu, IAEA selama ini memantau aktivitas nuklir Iran. Termasuk, pembersihan beberapa bangunan di dalamnya. oltanieh menyatakan, isu Parchin sudah dimunculkan secara tak proporsional. Dia mengklaim isu bahwa Iran sedang menguji coba rancangan hulu ledak bom atom telah direkayasa dan dipalsukan oleh intelijen asing. Iran, lanjut dia, sudah minta peninjauan dokumen IAEA yang dipakai untuk menguatkan tuduhan tentang Parchin. Dia mendesak IAEA menutup bab terkait tudingan tersebut. Selain itu, Soltanieh menyatakan bahwa pemerintah Iran sudah memprotes bocornya laporan IAEA kepada Israel dan AS sebelum dirilis secara resmi. Ketegasan Iran untuk melanjutkan pengayaan uranium, ungkap Soltanieh, pada dasarnya tidak diatur dalam Non-Proliferation Treaty. Khususnya, status tingkat pengayaan. "Terkait dengan tingkat pengayaan dan seberapa banyak pengayaan, itu belum diatur secara jelas (dalam traktat). Tidak ada pembatasan," tuturnya. "Semua itu (pengayaan nuklir, Red) kita lakukan di bawah pengawasan IAEA," tandasnya. (AFP/AP/cak/dwi)

Konflik Sampang Bukan Soal Sunni dan Syiah

JAKARTA--Menteri Agama Suryadharma Ali menegaskan bahwa konflik yang terjadi Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur bukan pertikaian antarkelompok Sunni dan Syiah seperti yang diberitakan media massa belakangan ini. Menurutnya itu adalah pertikaian masalah pribadi antara dua tokoh di wilayah tersebut.

"Bukan konflik aliran Sunni dan Syiah tapi akarnya adalah keluarga Tajul Muluk dan Rois kakak beradik kandung," ujar Suryadharma dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (28/8). Konflik pribadi Tajul dan Rois ini yang, kata dia, tidak selesai sehingga meluas menjadi konflik warga karena keduanya memiliki pengikutnya masing-masing. Namun, Suryadharma tidak menjelaskan bentuk masalah pribadi dua tokoh di Sampang tersebut. "Jadi ini tidak berdasarkan pemahaman keagamaan mereka masing masing. Oleh karena itu saya mohon kepada media untuk memberitakan bahwa ini adalah semata mata konflik keluarga," tuturnya. Sementara itu terkait perkembangan penanganan paska kericuhan di Sampang, tutur Suryadharma, saat ini pemerintah masih rutin memberikan bantuan akomodasi terhadap sekitar 220 warga yang mengungsi di Gedung Olahraga Sampang. Terutama solusi bagi anak-anak yang saat ini masih harus masuk sekolah. "Penyelesaian jangka panjang mencari tahu mengenai kecenderungan dari masyarakat yang mengungsi apakah akan kembali atau meminta dipindahkan ke tempat lain. Ketika bertemu dengan ibundanya Tajul Muluk dan Rois, beliau mengatakan ingin pindah ke tempat lain," papar Suryadharma. Saat ini, bersama Gubernur Jawa Timur sedang turun ke wilayah pengungsian untuk mengetahui keinginan warga pengungsi. Meski belum mengetahui keinginan seluruhnya dari warga, pemerintah akan tetap membantu memenuhi kebutuhan mereka selama di pengungsian. "Nanti akan dibangun juga dialog sehingga ada penyelesaian konflik keluarga. Akan diupayakan tokoh masyarakat dan agama untuk membangun dialog antara kedua pengikut sehingga bisa dibangun rekonsiliasi antara kedua orang ini dan kalau bisa rekonsiliasi pengikutnya,"pungkasnya.(flo/jpnn)